Tuesday, December 13, 2011

Ranting Berduri


Di suatu kesempatan seorang Guru sedang duduk bersama seorang Muridnya, dan Sang Guru pun memulai perbincangan, "Wahai Muridku maukah engkau aku beritahukan salah sebuah hikmah kehidupan dari banyaknya hikmah kehidupan yang bertebaran di bumi dan langit Allah ini?"

Sang Murid pun menjawab dengan penuh semangat, "Tiada kata yang pantas untuk menjawab pertanyaanmu wahai Guruku selain aku pasti akan menerima ilmu hikmah yang akan engkau berikan tersebut."

Setelah mendengar jawaban dari Sang Murid, Sang Guru akhirnya memberikan suatu perintah kepada muridnya, “Baiklah jika engkau ingin aku beritahukan sebuah hikmah kehidupan tersebut, saat ini engkau akan aku tugaskan untuk mencari duri atau ranting pohon yang ada dijalanan, kemudian jika engkau telah menemukan duri atau ranting pohon dijalan maka singkirkanlah, dan setelah itu duduklah engkau pinggir jalan tersebut sebelum matahari terbenam, kemudian pulanglah dan temuilah diriku di masjid.”

Kemudian Sang Murid dengan penuh rasa penasaran menjawab perintah Sang Guru, “Baiklah Guruku, aku akan menjalankan perintahmu, aku mohon pamit Guru, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”

“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh,” jawab sang guru.

Singkat cerita Sang Murid akhirnya menjalankan apa yang diperintahkan oleh Gurunya. Dia kesana kemari mencari duri atau ranting pohon yang berada di tengah jalan, setelah tidak berapa lama mencari akhirnya ia temukan ranting pohon yang bahkan penuh dengan duri, lalu disingkirkannya ke tempat yang nantinya tidak ada orang yang terganggu dengan ranting penuh duri itu. Setelah selasai dengan tugas pertama, Sang Murid langsung mengerjakan tugas selanjutnya yaitu duduk di pinggir jalan tepat dimana ranting berduri tadi ia ambil dari tengah jalanan.

Sekian lama duduk di pinggir jalan, semakin ia bingung dengan apa yang diperintahkan Sang Guru, karena semenjak ia menyingkirkan ranting berduri hingga menjelang matahari terbenam, yang ia lihat hanyalah orang-orang yang berjalan lalu-lalang, tidak ada hal aneh yang ia rasakan, perasaan ini terus berlangsung hingga matahari hampir terbenam. Ia telah menyelasaikan apa yang Gurunya perintahkan, lalu bergegas menuju Masjid untuk melaksanakan sholat Maghrib.

Setelah selesai Sholat maghrib berjama’ah dan berdzikir, Sang Murid langsung menemui Sang Guru yang memang telah menunggunya di Masjid. Ia pun berkata, “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,”

“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh,” jawab Sang Guru.

“Wahai Guruku, tugas yang telah engkau perintahkan kepadaku telah aku jalankan, apakah hikmah yang ingin engkau sampaikan kepadaku wahai Guruku, sungguh sejak aku melakukan apa yang engkau perintahkan, pikiranku terus bertanya-tanya apa hikmah dari semua ini,” jelas Sang Murid dengan mimik wajah penuh pertanyaan.

Sang Gurupun menjawabnya, “Wahai Muridku, sungguh perbuatan yang engkau lakukan adalah perbuatan yang mulia, perbuatan yang diperintahkan oleh Allah dan RasulMu Muhammad SAW, perbuatan yang dianggap remeh oleh banyak orang saat ini, perbuatan yang terlihat kecil di pandangan mata akan tetapi sangat besar dihadapan Allah, satu hikmah yang ingin aku beritahukan kepadamu adalah apakah ketika engkau menyingkirkan ranting berduri tersebut dan kemudian engkau berdiri di pinggir jalan dan kemudian banyak orang yang berlalu lalang dijalanan tersebut adakah terngiang di hatimu agar orang-orang yang berlalu tersebut mengucapkan terima kasih kepadamu atau bahkan memberikan imbalan atas apa yang engkau lakukan tersebut?” tanya Sang Guru.

Sang Muridpun menjawab, “Wahai Guruku, ketika melakukan itu semua dan melihat banyak orang yang berlalu melewati jalan di depanku tidak ada sama sekali terbersit di dalam hatiku agar nantinya ada orang-orang yang mengucapkan terima kasih kepadaku bahkan memberikan imbalan atas apa yang telah aku lakukan tersebut, demi Allah.”

Dengan mata bersinar Sang Guru akhirnya menjalaskan apa hikmah yang tersembunyi dari apa yang telah diperintahkannya kepada Muridnya, “Wahai Muridku, engkau telah menemukan hikmah dari apa yang telah aku perintahkan kepadamu, yaitu senantiasalah engkau berbuat baik dimanapun engkau berada, sekecil apapun itu, dan janganlah engkau mengharapkan sepatah kata terimaksihpun dari lisan orang-orang yang telah engkau bantu, biarlah Allah yang akan membalas semua perbuatan baikmu, biarlah Allah yang akan mengucapkan terima kasih kepadamu, dan jadilah engkau orang-orang yang mengharapkan imbalan dari Allah yaitu berupa ampunanNya.”

Wahai muridku perhatikanlah firman Allah SWT, “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (yaitu) mata air (dalam Surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan Nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan Kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi Balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera,” (QS. Al-Insan [76] : 5-12) Dan perhatikanlah bagaimana Nabi Muhammad SAW telah bersabda bersabda. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata, “Aku membaca Hadits Malik dari Sumayya —budak— Abu Bakr dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Ketika seorang lelaki tengah berjalan di suatu jalan ia mendapati batang kayu yang berduri di jalan tersebut, lalu ia mengambil dan membuangnya, maka Allah 'azza wajalla berterima kasih kepadanya dan mengampuninya’.” (HR. Muslim) Dari semua yang telah engkau ketahui di hari ini, semoga dengan hikmah tersebut engkau bisa memahaminya dan menjalankannya di dalam kehidupan keseharianmu.

Dengan wajah yang penuh dengan hikmah kehidupan yang dia alami di hari ini dan diperjelas lagi oleh perkataan Sang Guru, maka Sang Murid pun menjawab, “Terima kasih wahai Guruku atas hikmah yang telah engkau beritahukan kepadaku di hari ini, hikmah ini menyadarkan diriku atas begitu luar biasanya sebuah amal perbuatan yang dikerjakan dan dilakukan dengan berharap balasan kepada Allah semata, Insya Allah aku akan menjalankan hikmah ini dengan baik.”

Oleh Abdul Malik Hakim

No comments:

Post a Comment