Tuesday, December 11, 2012

5 Pertemuan tak di sengaja

Seorang perempuan berkacamata, mengenakan jilbab pink dan baju kotak-kotak serta rok merah marun dan menenteng sebuah plastik pink yang entah apa isinya, terlihat jalan menunduk menuju perpustakaan. Tujuannya adalah mengembalikan sebuah buku yang sudah seminggu di pinjamnya, berjalan di koridor kampus yang menuju perpustakaan dan parkiran, tiba-tiba ketika perempuan itu mengangkat wajah, dia kaget, karna hampis saja menabrak seorang laki-laki yang berjalan berlawanan arah, ternyata laki-laki itu juga berjalan dengan menunduk. laki-laki itu berambut ikal dan berkacamata, memakai jaket hitam dan tas ransel di punggungnya, meraka sempet bertatapan beberapa detik dan langsung saja si perempuan menghindar ke kanan dan melanjutkan jalannya. dan itulah pertemuan pertama mereka.

Hari berikutnya, ketika si perempuan menyelesaikan kuliah kelas terakhirnya hari itu, si perempuan segera bergegas menuju mesjid kampus untuk melakukan sholat isya, karna saat itu telah menunjukkan jam 21.45 WIB, si perempuan masuk ke dalam mesjid untuk meletakkan tas, kemudian menuju toilet untuk berwudhu, di depan pintu mesjid, dia berpapasan lagi dengan seorang laki-laki berkacamata yang akan memasuki mesjid, dan mereka bertatapan beberapa detik, dan si perempuan segera berlalu untuk wudhu, begitu juga dengan si laki-laki, dia segera masuk ke dalam mesjid. Dan ini pertemuan ke dua mereka.

Selesai sholat dan ketika berjalan menuju pintu mesjid, si perempuan tanpa sengaja melihat ke beberapa orang laki-laki yang sedang bercengkrama di dekat pintu mesjid, dan tatapannya kembali beradu dengan seorang laki-laki berkaca mata, dan mereka bertatap beberapa detik, dan si perempuan kemudian berlalu, ini pertemuan ketiga mereka.

Saat si laki-laki terburu-buru menuju lift kampus, karena dia sudah sangat terlambat untuk masuk kelas, tanpa sengaja dia menabrak seorang perempuan berkaca mata yang mengenakan jilbab hitam. Buku-buku yang di bawa perempuan itu berserakan di lantai, segera mereka berdua menunduk untuk mengambil buku-buku tersebut, sambil menyerahkan buku yang di ambilnya si laki-laki berkata, "Maaf, saya tidak sengaja, soalnya buru-buru, maaf banget ya?" sambil menunjukkan ekspresi bersalah, si perempuan tersenyum " iya ga' apa-apa kok" menerima buku dari si laki-laki dan segera berlalu. Ini bertemuan ke empat mereka dan ini percakapan pertama mereka.

Sore itu hujan begitu lebat, perempuan berbaju hijau dan jilbab yang senada sedang duduk di halte pemberhentian bus, menunggu hujan reda dan juga menunggu angkutan umum yang akan membawanya ke kampus untuk kuliah kelas malam. sudah hampir sejam dia menunngu, tapi hujan tak kunjung reda.

Seorang laki-laki yang kehujanan sedang berlari menuju halte, laki-laki berkaca mata dan berjaket hitam itu, pakaiannya agak sedikit basah karena hujan, dia duduk di samping perempuan berbaju hijau yang sedang serius membaca sebuah buku yang entah apa judulnya, di perhatikannya perempuan itu dengan seksama, dia mengingat-ingat sesuatu, seperti sudah familiar sekali dengan perempuan yang ada di sampingnya itu, dan kemudian dia memberanikan diri untuk menyapa perempuan yang sedang serius membaca itu, "maaf mbak, sepertinya kita pernah ketemu ya?" si perempuan kaget karena tiba-tiba ada suara laki-laki yang menyapanya, di lihatnya ke samping ternyata ada seorang laki-laki berkacamata di sampingnya, di perhatikan dengan saksama wajah laki-laki itu, sambil tersenyum si perempuan berkata "sepertinya begitu mas, soalnya muka nya ga' asing, kayak sering ketemu".

"kamu anak kampus U (meneyebutkan salah satu kampus di kotanya) bukan?" laki-laki bertanya
"iya, kamu juga ya?, berarti kita satu kampus donk?"
"iya, kamu anak apa? aku Informatika"
"Aku Manajemen"
.....
.....

Dan inilah pertemuan tak di sengaja mereka yang ke lima, dan ini adalah awal dari sebuah perjalanan panjang mereka.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Isti sedang memandangi hujan yang turun dari balik jendela kamarnya, hujan yang turun sejak tadi pagi, Rio suaminya memperhatikan tingkah istrinya tersebut dari balik kaca mata minus yang di pakainya, Rio berjalan mendekati isti yang sedang berdiri bersandar di jendela kamar, "ada apa dinda? adakah yang mengganggu pikiranmu saat ini?" isti memalingkan wajah kepada suaminya sambil tersenyum " ga ada mas, cuma sedang mengenang masa lalu" Rio ikut tersenyum "masa lalu yang mana? tentang aku ya? sambil menjawil hidung istrinya yang mancung.

"Tau ga' mas, hari ini hari apa?"
"hari minggu" rio menjawab dengan sedikit kebingungan "kenapa memang nya?"
Isti kembali tersenyum, "hari ini itu, hari pernikahan kita mas, 20 tahun yang lalu, di tanggal dan bulan ini kita menikah, ga inget ya mas?" sambil pura2 manyun.
"inget sayang, mas ga' lupa kok" sambil mengeluarkan setangkai mawar dan sebuah kodak yang di bungkus kertas kado
Isti tersenyum riang dan segera memeluk suaminya, "terima kasih mas, untuk kado dan 20 tahun kebersamaan kita", "iya dinda, terima kasih juga, karna kamu telah menjadi bidadari dalam kehidupan mas", "boleh di buka mas kadonya?", "boleh, buka aja "isti penasaran dengan kado yang di berikan suaminya, dan ternyata isi dari kado tersebut adalah replika sebuah halte pemberhentian bus, "mengenang 20 tahun yang lalu" ucap isti pada suaminya, " iya, mengenang 5 pertemuan tak sengaja 20 tahun yang lalu" sambil memeluk istrinya dari belakang dan mereka berdua memandang keluar jendela, menikmati hujan yang turun dari langit.


Read More..

Campur Aduknya Kitab Injil Sekarang

Kita sebagai umat Islam tidak ragu ragu lagi untuk mengakui bahwa didalam Bibel , ada tiga jenis kesaksian yang berbeda, yang dapat diketahui tanpa memerlukan keahlian khusus. Tiga jenis tersebut adalah sebagai berikut :

1.Anda akan dapat mengenali apa yang boleh disebut sebagai “Firman Tuhan” dalam Bibel.
2.Anda juga akan mengamati apa yang bisa disebut sebagai “Perkataan Nabi Tuhan”
3.Anda juga akan sangat mudah mengamati bahwa bagian terbesar isi Bibel adalah catatan catatan para saksi mata dan telinga, atau tulisan orang dari kabar angina. Catatan catatan seperti ini disebut “Perkataan ahli sejarah”.
Anda tidak perlu bersusah payah mencari contoh contoh dari ketiga jenis bukti tersebut pada Bibel. Contoh contoh kutipan ayat di bawah ini akan membuktikan sejelas jelasnya ketiga jenis bukti tersebut, yakni sebagai berikut :

Jenis Pertama :

“ Seorang Nabi akan Aku bangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini. Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan.” (Ulangan 18:18)

“Akulah Tuhanmu, dan tak ada juru selamat selain daripadaKu” (Yesaya 43:11)

“Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.” (Yesaya 45:22)

Dalam kutipan ayat ayat di atas, kata ganti orang pertama tunggal perlu anda perhatikan, dan tanpa kesukaran sedikitpun, anda akan setuju bahwa pernyataan pernyataan tersebut
Jenis Kedua

“Berserulah Yesus dengan suara nyaring, Eli, Eli lama sabakhtani?” (Matius 27:46)

“Jawab Yesus , “ Hukum yang terutama ialah dengarlah hai orang orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.” (Markus 12:29)

“Kata Yesus, “ Mengapa kau katakan Aku baik ? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja.” (Markus 10:18)

“Bahkan anak kecil sekalipun dapat mengatakan bahwa Yesus Berseru, Yesus menjawab dan Yesus berkata merupakan kata kata dari seorang manusia, yakni kata kata Nabi Tuhan, bukan kata kata Tuhan”.

Jenis Ketiga

“Dan dari jauh Ia (Yesus) melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau kalau Ia mendapatkan apa apa dari pohon itu. Tapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapatkan apa apa selain daun daun saja, sebab memang bukan musim buah ara.” (Markus 11:13)

Bagian terbesar dari isi Bibel adalah kesaksian dari jenis ketiga ini. Jelas ada perkataan dari orang ketiga. Anda dapat memperhatikan kata ganti yang di cetak tebal. Kata kata tersebut bukan firman Tuhan, bukan pula kata kata Nabi Tuhan, tapi kata kata ahli sejarah.

Umat Islam sangat mudah membedakan ketiga macam fakta seperti yang tersebut di atas karena mereka mempunyai pedoman tertentu dalam akidahnya. Di antara para pemeluk berbagai agama yang berbeda, umat muslim sangat beruntung dalam hal ini karena catatan catatan yang beragam itu telah termaktub dalam kitab kitab yang terpisah.

Pertama, firman Tuhan, terwakili oleh Al Quran.

Kedua, Kata kata Rasulnya , terwakilkan dalam Hadist Nabi.

Ketiga, Fakta dan bukti dalam sejarah Islam, yang ditulis oleh para ahli ilmuan yang bisa dipercaya dan juga ditulis oleh orang orang yang kurang layak dipercaya. Tetapi dalam hal ini, dengan pertimbangan yang matang, muslim memperlakukan kitab kitab tersebut secara khusus, dalam arti tidak pernah mencampuradukkannya dengan Kitab Suci Al Quran dan Al Hadis.

Muslim senantiasa mempertahankan ketiga macam fakta tersebut secara terpisah karena berbeda derajat dan kekuatan hukumnya. Muslim tidak pernah menganggap menganggap ketiga fakta tersebut memiliki kedudukan hukum yang sama. Dengan kata lain, kitab suci Bibel mengandung beragam daftar pustaka, termasuk hal hal yang memalukan, jorok, dan cabul, dan semuanya berada di bawah kulit yang sama. Seorang Kristen dipaksa mengakui kedudukan untuk hukum dan iman keagamaan itu sama untuk semua hal. Jadi, dalam hal ini orang Kristen tersebut sungguh tidak beruntung.

Read More..

Tengoklah ke “Dalam” sebelum Bicara

Ada sebuah kisah kecil, ketika saya masih aktif bersama teman-teman di organisasi remaja masjid kampung saya. Namun kisah kecil ini telah menjadi ‘prasasti’ indah dalam kehidupan saya sampai sekarang.

Waktu itu kami sedang giat-giatnya menggelar usaha keagamaan. Tiba-tiba di belakang masjid kami, salah seorang warga membuka rumahnya untuk dijadikan tempat judi togel.

Setiap malam orang-orang ramai berkumpul di situ. Karena dari pihak desa tidak ada reaksi apa-apa terhadap judi itu, maka kami bersepakat untuk negosiasi dengan warga itu. Agar kegiatan yang banyak merugikan masyarakat itu dihentikan saja.

Dengan semangat, kami bersepakat untuk mendatangi tempat tersebut. Namun sebelum berangkat, ada salah satu senior kami yang mengingatkan. Ia berkata pada kami. “Ini kerja besar.Ini perjuangan berat. Jangan gegabah kita melangkah. Kita harus lebih siap lagi untuk maju ke medan ‘jihad’ ini. Ada sesuatu yang harus kita laksanakan dulu sebelum kita maju kesana.”

Senior kami itu menyarankan agar kami mengoreksi diri dulu. Sudah sejauh mana ibadah harian kita kepada Allah. Sudah sejauh mana komitmen kita terhadap apa yang diperintahNya dan apa yang dilarangNya.

Ahirnya, selama beberapa hari, kami disarankan untuk sebisa mungkin sholat wajib berjamaah. Kita juga harus bangun malam untuk qiamullail. Yang biasanya jarang puasa Senin Kamis, sekarang amalan Nabi itu harus dilaksanakan dengan intensif. Pokoknya, senior kami itu menyarankan agar sebisa mungkin mengaplikasikan bentuk ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. Tidak hanya bentuk “amar ma’ruf” saja, tapi mesti diiringi juga dengan “nahi mungkar.” Seperti yang masih merokok untuk segera meninggalkan perbuatan mubah itu.

Beberapa hari kemudian, saat hari ‘H’ sudah tiba, kami berkumpul lagi. Namun kami tidak jadi menemui bandar togel itu. Sebab, dengan izin Allah, orang itu sudah menutup total usahanya. Rupanya ia sudah kembali berprofesi seperti biasa, yaitu sebagai kuli bangunan. Kami merasa gembira sekali. Dan semua ini sudah jelas merupakan pertolongan dariNya. Entah apa yang terjadi seandainya kami menyikapi perbuatan salah seorang warga di dekat masjid itu dengan emosional pada waktu itu, tanpa mengindahkan nasehat senior kami.

Apakah ini sebuah kemenangan sebelum bertanding? Tidak juga. Sebab kami telah berjuang dulu, berjuang menaklukan napsu diri. Bukankah ini juga jihad besar?

Pantas, jika sahabat Umar ra. sebelum berangkat perang dengan orang kafir, selalu memeriksa pasukannya sedetil mungkin. Mereka yang malamnya tidak qiamullail, sementara jangan ikut ke medan jihad dulu. Kata Khalifah kedua itu: “Saya tidak takut dengan musuh yang banyak, tapi saya lebih takut kepada banyaknya dosa yang kita bawa. Sehingga kita akan kesulitan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.”

Dan sejarah juga mencatat gemilangnya perang Badar bagi kaum muslimin. Padahal erbandingan jumlah pasukan antara kaum muslimin dan kafir sama sekali tidak seimbang. Tentu sudah bisa dipastikan bahwa salah satu faktor kemenangan kaum muslimin adalah karena kwalitas iman orang muslim masa itu yang sangat prima. Dan tentunya sangat minim dengan dosa-dosa. Tidak seperti kami di jaman ini.

Saya hanya bisa berpikir, seandainya saya, keluarga saya, lingkungan saya, atau skup yang lebih luas lagi negri saya, dalam mengatasi masalah berkiblat dengan cara mereka, mungkin Allah pun akan memberi kemudahan dalam mengatasi berbagai masalah.

Ya, tentunya harus dimulai dari pribadi masing-masing. Sebab tak mustahil, bahwa saya, kita-kita inipun ternyata ada dalam barisan orang-orang yang menghambat pertolongan Allah.

Sampai sekarang pesan senior kami di organisasi remaja masjid bertahun-tahun lalu itu, selalu terngiang ditelinga saya, manakala ada sesuatu pekerjaan yang harus berhubungan dengan orang banyak. Pesan yang pendek, namun sangat berarti: “Bacalah dirimu! Sebelum kau baca orang lain!” Atau dalam bahasa populer penyanyi ballada Ebiet G Ade: “Tengoklah ke ‘dalam’, sebelum bicara.”

# woyo72@yahoo.com #

Read More..

Beberapa Cerita (lagi) di Buku Dahlan Juga Manusia

Anak Buah Pejuang, Bos Memberi Teladan

Berbagai kisah dari Ita – yang bernama asli Siti Nasyi’ah di Buku Dahlan Juga Manusia, masih semarak mewarnai hari-hari saya dan suami. Menjadi topik diskusi menarik yang teramat seru, menghibur, dan sarat pembelajaran. Geleng-geleng kepala karena salut menyimak kinerja Ita dan rekan-rekannya di Jawa Pos yang sangat “tidak itungan”, gigih dan tak kenal lelah.

Pastilah mereka, para wartawan itu tidak hanya bekerja untuk uang. Karena jika itu pertimbangan utamanya, tentulah Ita dan rekan-rekannya sudah “kabur” tak sampai sebulan di Jawa Pos. Mereka masih punya banyak pilihan pekerjaan lain, apalagi yang direkrut Jawa Pos saat itu rata-rata adalah para lulusan berprestasi atau rangking di beberapa universitas ternama, semacam Unair, UGM, dst. Kecuali Ita tentunya, yang saat itu masih tercatat sebagai mahasiswi Stikosa-AWS ( Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya) magang yang terus diperpanjang. Tanpa kontrak dan pernyataan secara lisan atau tulisan, hanya berupa tugas demi tugas yang datang silih berganti. Semakin menantang, dan lama-lama kian menarik rupanya.

Terutama bagian redaksi yang jam kerjanya tidak menentu. Bagi koran harian pagi, setelah hunting berita seharian, siang mereka harus mengetik 2 atau 3 berita untuk diserahkan ke redaktur masing-masing. Tidak selesai sampai di situ. Karena di redaktur itulah seleksi awal dimulai. Apakah berita yang ditulis bisa dimuat atau tidak.

Seorang wartawan akan bersaing ketat dengan sesamanya agar beritanya ditampilkan di koran dan jadi bacaan publik. Adalah kebanggaan tersendiri jika beritanya dimuat. Setiap wartawan akan memilih berita paling bagus dari yang bagus untuk bisa lolos seleksi dari redaksinya.

Sebagai contoh, untuk desk Surabaya yang demikian luas, dibagi beberapa pos. Ada pos Politik Jatim, Politik Surabaya, Pos Pemprov, dan Pos Pemkot. Di pos Hukum, ada pos Pengadilan Negeri, Kejaksaan Negeri, dan Kejaksaan/Pengadilan Tinggi. Ada juga pos Kriminal. Pada pos tersebut masih dibagi wilayah liputan di Polres, Polwil, hingga Polda. Tapi di era 1991-1994 itu tak banyak wartawan yang direkrut, sehingga banyak wartawan yang ditugasi dengan pos rangkap.

Karena tingkat kriminanalitas cukup tinggi dan luas objek liputannya, maka Jawa Pos membekali wartawan kriminal dengan sebuah HT.

Dengan alat itu JP bisa melacak kejadian-kejadian yang up to date. Karena selain alatnya sama dengan yang dipakai polisi, frekuensi yang dipakai kepolisian “dipantau” Jawa Pos. Jadi dengan HT tersebut, nyaris semua kejadian terekam semua tanpa ada yag lolos dari pantauan.

Dampaknya wartawan kriminal tak dapat bersantai. Polisi berganti-ganti shift, wartawan Jawa Pos itu-itu aja dari pagi hingga malam. Otomatis wartawan Jawa Pos jadi dekat dengan polisi dari tingkat paling bawah hingga jendral sekalipun. Karena setiap kejadian selalu ada dan muncul. Tak peduli siang, sore, malam atau dini hari sekalipun….:)

Karena banyaknya pos, otomatis berakibat ketatnya seleksi yang bisa dimuat di Jawa Pos. Bagus-bagusan mencari berita dan memancing isu. Tentu isu yang bertanggungjawab, karena Pak Bos sering mengancam. Jangan membuat berita yang tidak dapat dipertanggunjawabkan. Jangan sampai karena berita yang diangkat, Jawa Pos menuai masalah.

Saat it, tidak ada ceritanya wartawan Jawa Pos berjalan bersama wartawan media lain. Yang terlihat adalah wartawan Jawa Pos yang selalu menempel dengan sumber berita. Di semua pos dan semua lini, tanpa kecuali. Itu karena doktrin Pak Bos yang mewajibkan wartawannya menyajikan berita terdepan. Berita yang tak diendus oleh media lain.

Seiring pertumbuhan dan perkembangan Jawa Pos, khusus bagian redaksi diberikan Tunjangan Prestasi. Sebuah insentif atau semacam bonus bagi wartawan yang beritanya berhasil ditayangkan, utamanya yang masuk headline (HL) yang tunjangannya mencapai Rp. 750.000,- Nilai yang terbilang cukup besar saat itu.

Tunjangan Prestasi ini jelas semakin memacu semangat semua wartawan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan.

Di samping mendapatkan SDM yang adalah pejuang sejati, Pak Bos juga sosok yang gila kerja. Suatu ketika Pak Bos berkata ”Saya akan berlari, karena itu kalian harus ikut berlari. Yang tidak ikut berlari, percayalah akan tertinggal”. Sejak itu semua berlari.

Kali lain Pak Bos menggelorakan optimisme. Suatu hari dalam ajang bengkel ( pelatihan tentang ilmu jurnalistik dari Pak Bos ke anak buahnya ) Pak Bos juga mengatakan ”Jawa Pos akan menyalip Surabaya Post. Yaa……mungkin sepuluh tahun lagi” ujarnya. Sejarah akhirnya mencatat, Jawa Pos berhasil mengungguli Surabaya Post kurang dari lima tahun!

Pak Bos-nya memegang kendali dari proses produksi surat kabar dari hulu sampai hilir. Salah seorang wartawan, Roso Daras yang turut memberikan komentar pada buku ini mengatakan, sebagai satu-satunya wartawan yang hampir setengah tahun bermukim di mushola kantor, ia merasakan kehadiran Pak Bos-nya dari pagi hingga mesin cetak berputar dini hari. Dan jam 7 pagi Pak Bos sudah terlihat rapi di meja kerjanya lagi.

Menghadapi tipe pemimpin dengan karakter seperti itu, yakinlah sebagai anak buah, tidak punya celah untuk gegabah, sengaja lengah atau berjiwa lemah.

Pelajaran yang bisa dipetik adalah, sebagai atasan atau pimpinan, jelas bahwa Dahlan Iskan tidak hanya bisa memerintah, tapi juga ikut bekerja keras dan memberikan contoh. Bahkan sebagai bos, ia telah bekerja lebih keras dari anak buahnya sekalipun.

Di sisi lain, Dahlan Iskan dengan gaya kepemimpinannya yang nyleneh bagi sebagian orang, namun juga ”pemain layang-layang” yang handal. Memanage – mengatur anak buah adalah hal yang gampang-gampang susah atau sebaliknya. Istilah layang-layang saya anggap paling pas untuk bisa menggambarkan ”tarik-ulur” yang tidak hanya mengandalkan logika/akal, tapi juga intuisi dan ”feeling” yang pas..:)

Mbah-E Bonek

Operasi Ganti Hati yang dijalani Pak Bos Dahlan tahun 2007 barangkali adalah puncak dari kebandelannya. Sebab sejak 1992, tercatat Pak Bos sudah keluar masuk rumah sakit. RS langganannya adalah RS Budi Mulia di Kawasan Gubeng. Rumah sakit itu kini telah berubah menjadi Siloam Hospital.

Meski sudah harus rawat inap, Pak Bos menganggap enteng penyakitnya, sehingga terus saja bekerja dan bekerja. Pada setiap orang yang mengunjunginya, Pak Bos mengatakan dirinya hanya perlu istirahat saja. ”Bedanya istirahat di rumah dan di rumah sakit cuma ada dan tidak ada dokternya saja.”

Pak Bos selalu ingin terlihat sehat dan gagah di mata anak buahnya.

Dan suatu hari, lagi-lagi pak Bos berulah. Ketika sedang dirawat di sebuah ruangan RS, untuk kesekian kalinya, Pak Bos nekad kabur. Pak Bos keluar dari RS saat Mamak Dahlan, sang istri sedang pulang untuk memasak. Sudah tiga hari Mamak tinggal di RS menungui Pak Bos. Selain itu, Pak Bos ingin makan masakan istrinya yang terkenal lezat itu. Entah trik mengelabui istrinya agar bisa kabur dari rumah sakit, atau memang bosan masakan di rumah sakit yang memang itu-itu saja.

Suster dibuat kaget setelah mendapati kamar pasiennya kosong melompong. Guling dan bantal ditata rapi dan ditutupi selimut, seolah ada orang tidur di dalamnya.

Baru setelah masuk kamar mau lihat infus, diketahui pasien tidak ada di tempat, dan otomatis membuat geger seluruh rumah sakit. Ita diminta Mamak mencari dan membujuk Pak Bos kembali ke RS. Akhirnya Koordinator Liputan yang dikomandoi HK Sudirman, mengirim pager ke seluruh wartawan dalam rangka pencarian Pak Bos mereka.

Tak lama, ada laporan ke redaksi jika Pak Bos berada di lapangan Tambaksari. Abdul Muis, wartawan olahraga yang tengah meliput laga Persebaya, mendapati Pak Bos-nya sedang asyik menyaksikan secara langsung pertandingan Persebaya entah melawan siapa. Rupanya Pak Bos yang kala itu sebagai manager Persebaya tak ingin melewatkan timnya yang sedang berlaga. Tak perduli hepatitisnya semakin parah. Tanggung jawab sebagai manager telah mengalahkan penyakit yang dideritanya.

Tret…Tet…Tet…

Totalitas Pak Bos dalam memegang sebuah jabatan tidak diragukan lagi. Kemampuan memenej digeber habis. Tak salah Walikota Surabaya dr. H.Purnomo Kasidi mengangkatnya sebagai manajer Persebaya tahun 1989-1990. Pak Bos berhasil membawa Persebaya menyabet Piala Super 1990 dengan mengalahkan Galatama Pelita Jaya 3-2. Tidak hanya tenaga dan pikiran. Sumbangan dana juga diberikan demi membesarkan Persebaya saat itu.

Saat belum menjadi manajer Persebaya, Pak Bos memang sudah bersemangat mendukung tim daerahnya itu. Ketertarikannya di dunia bola tidak lain adalah kepedulian sebagai warga kota saja. Pak Bos ingin ikut menjadi motor penggerak bagi kemajuan Surabaya. Maka Pak Bos juga ingin menaikkan pamor Persebaya antara lain dengan memerintahkan kompartemen Olahraga Jawa Pos untuk menggalang supporter agar memberikan support di setiap pertandingan Persebaya. Tidak hanya saat bertanding di kandang, tapi juga melakukan away.

Cara membangkitkan semangat bela tim dilakukan dengan cara pemberitaan yang tidak ada habis-habisnya di halaman olahraga. Supporter Persebaya yang kemudian diberi julukan Bonek oleh Pak Bos dimobilisasi. Setiap kali ada away, Pak Bos menjadi koordinatornya.

Trik itu memang benar-benar brilian. Sinergi antara Jawa Pos dan Persebaya terbangun indah. Penggemar bola di Surabaya seolah terwadahi dengan lahirnya rubrik Tret…Tet…Tet.

Pak Bos melontarkan gagasan memberangkatkan supporter ke Senayan untuk pertama kalinya di tahun 1987. Ide itu dilontarkan setelah Pak Bos pulang dari belajar khusus cara menangani suporter Chelsea – Inggris. Bertepatan dengan itu, Persebaya masuk semifinal kompetisi Perserikatan PSSI memperebutkan Piala Presiden.

Saat Jawa Pos membuka pendaftaran keberangkatan supporter ke Jakarta, respon supporter benar-benar diluar dugaan ; membludak.

Persiapan 25 bus penuh dalam waktu satu jam, begitu pengumuman pendaftaran dibuka. Saat itu, Jawa Pos memberikan subsidi 60% dari total biaya.

Selain mendapat tiket seharga 40% saja, supporter juga mendapat tiket masuk plus kaos berwarna hijau bertuliskan ”Kami Haus Goal Kamu”. Slogan provokatif yang didesain khusus oleh bagian desain grafis Jawa Pos ; Mohtar dan Budiono.

Termasuk logo orang berteriak dengan ikat kepala. Maka supporter diberangkatkan saat itu dengan 135 bus ber-AC serta makan sehari 3x.

Sayang, di final saat menghadapi PSIS Semarang, Persebaya kalah, dan menimbulkan gesekan antar supporter Persebaya dengan PSIS. Meski begitu, gelora semangat para supporter Persebaya makin terbakar. Semangat Pak Bos juga kian menyala untuk memberangkatkan supporter ke Jakarta, kembali.

Persebaya kembali menembus final Divisi Utama Perserikatan PSSI 1987/1988 yang sayangnya dinodai dengan kasus Sepak Bola Gajah. Saat pertandingan di Stadion Tambaksari, Persebaya sengaja mengalah dari Persipura 0-12. Kekalahan itu disengaja untuk menghadang PSIS agar tak masuk Babak 6 Besar di Jakarta.

Lebih heboh lagi, supporter yang diberangkatkan ke Senayan dua kali lipat, tidak lagi 135 unit, melainkan 300 unit bus lebih. Tidak itu saja. Ribuan supporter dari kalangan bawah juga diberangkatkan menggunakan kereta api dari Stasiun Pasar Turi.

Setelah gerbong cadangan dan kereta api milik PJKA dikerahkan semua, ternyata tetap tidak menampung supporter yang menyemut dari segenap penjuru.

Mereka datang dari berbagai sudut kota di Jawa Timur, Pantura, Mataraman hingga Tapal Kuda.

Tak adanya gerbong membuat mereka nekat menaiki atap gerbong kereta. Dari situlah istilah Bonek dilontarkan Pak Bos. Suporter bondo nekat.

Semangat arek-arek Suroboyo benar-benar menggelora. Supporter Persebaya tidak saja datang dari kalangan menengah dan bawah. Kalangan jet set Surabaya juga ikut-ikutan terbakar. Para pengusaha dan penggemar bola dari kalangan berada protes. Mereka minta Pak Bos dan Jawa Pos mengakomodir dan memberangkatkan ke Jakarta.

Maka, tiga pesawat Garuda berjenis besar dicarter secara khusus. Harga tiketnya gila-gilaan. Nilainya lebih dari Rp. 3 juta PP saat itu. Tak kalah hebohnya, kalangan elit ini mengenakan kaos dan atribut yang sama dengan supporter lainnya. Bahu-membahu menghijaukan Gelora Senayan.

Untuk mengantisipasi kesemrawutan akan tingginya supporter, Jawa Pos mengajak kerja sama dengan Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI), Ratno Timoer menjadi koordinator di Jakarta. Bersama para biroJakarta, bintang film si Buta dari Goa Hantu itu menerjunkan artis-artis asal Surabaya, seperti Mamik Slamet, Priyo Sigit, Mus Mulyadi, dll untuk membantu suksesnya Tret…Tet…Tet…

Apa yang diperjuangkan menghasilkan cerita indah. Persebaya menang mengalahkan Persija dengan skor 3-2 pada hari Minggu, 27 Maret 1988 setelah perpanjangan waktu.

Namun, masalah muncul saat supporter akan dipulangkan. Terdengan kabar PSIS akan melakukan penghadangan, karena merasa dicurangi Persebaya hingga gagal ke Senayan. Mengantisipasi akan terjadinya gesekan, Pak Bos mengambil jalan pintas. Antisipasi kilat dilakukan. Pak Bos melontarkan ide gila dengan memulangkan mereka dengan kapal perang. Melalui jalur laut. Alasannya, jalur darat dari Jakarta – Surabaya pasti melewati Semarang.

Maka, semua bonek dipulangkan ke Surabaya melalui Tanjung Priok dan turun di Tanjung Perak. Ombak teluk Jakarta yang cukup tinggi tak menjadikan gentar sedikitpun para supporter. Mereka terlihat enjoy-enjoy saja. Perjalanan sehari semalam di atas kapal perang itu berlalu dengan nyanyian dan tawa yang digawangi oleh para prajurit AL. Seluruh penumpang tiba dengan selamat, dan aman. Tanpa tawuran. Layak jika Pak Bos kemudian dijuluki Mbah-e Bonek. Karena Pak Bos dan Jawa Pos yang jadi pelopor pengiriman supporter besar-besaran, mendampingi tim kesayangan melakukan tandang away.

Sukses Pak Bos memberangkatkan supporter, menjadikan walikota Surabaya Purnomo Kasidi mengangkat Pak Bos Dahlan sebagai manajer Persebaya 1989-1990. Pemain muda pun kemudian direktrut antara lain Yusuf Ekodono, Hartono, Agus Winarno, Mahrus Afif.

Di bawah kepemimpinan Pak Bos musim 1988/1989 team yang dijuluki the Young Guns Bledug Ijo ini menjadi juara II, dan tahun berikutnya 1989/1990 berhasil runner-up, dan puncaknya menjuarai Piala Super 1990 dengan mengalahkan Galatama Pelita Jaya 3-2. Kemenangan yang dianggap fenomenal, karena Galatama berhasil dikalahkan oleh team baru di bawah kendali Pak Bos.

Demikianlah sepenggal kisah Ita tentang Pak Bos-nya, yang saya sadur dengan ”tidak sempurna” tentunya..

Saya bergumam : Ooh…..ternyata istilah bonek itu dipopulerkan oleh Pak Bos-e Ita toh? Sama seperti ungkapan ”Serbuuuu……” saat ada makanan datang barangkali…:)

Inovatif, kreatif, daaaan nekat….! Gabungan itu semua rupanya yang harus lebih banyak digali dan dicermati… :):) Hmmm…..


Read More..

Sunday, November 11, 2012

Kisah Nabi Musa Terbelahnya Laut Merah

“Dan (ingatlah), ketika kami belah laut untukmu, lalu kami selamatkan kamu dan kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan” (QS 2:50). Dan kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, Karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu Telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” (QS 10:90). Dan Sesungguhnya Telah kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)” (QS 20:77). Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka (QS 20:78).

Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar “(QS 26:63).

Kita mungkin masih ingat dengan kisah Nabi Musa yang bersama kaumnya diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan Mesir. Ketika telah sampai di tepi Laut Merah, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya hingga laut luas yang berada di hadapan mereka terbelah membentuk jalan dengan dua dinding air yang tinggi. Pernahkah anda membayangkan betapa dahsyatnya kejadian tersebut?

Menurut sejarah, peristiwa itu terjadi sekitar 3500 tahun yang lalu. Ada beberapa pakar yang telah mencoba untuk meneliti kembali peristiwa ini berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang ada dan menerbitkannya dalam bentuk buku dan DVD.

Sekarang mari kita coba untuk melihat lebih jauh ke lokasi tempat Nabi Musa dan para pengikutnya menyeberang menurut para ahli tersebut. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuwaybi. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan, kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuwaybi ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuwaybi ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat. Jarak antara Nuwaybi ke Arab sekitar 1800 meter (menurut peta dari MSN Encarta bahkan sekitar 10 km). Lebar lintasan dimana laut terbelah diperkirakan 900 meter.

Dapatkah anda membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat menyibakkan air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata-rata mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).

Menurut sebuah perhitungan diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Atau jika kita kaitkan dengan kecepatan angin, maka akan melebihi kecepatan angin pada saat terjadi Hurikan. Atau jika mengacu kepada perhitungan seorang pakar dari Rusia yang bernama Volzinger, diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam. Sungguh dahsyat bukan? Allah Maha Besar.



Read More..

Cintailah Aku Apa Adanya

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan Saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif sertaberperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan.

Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.

“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut. “Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan”. Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”.

Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya: Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati.

Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?” Dia termenung dan akhirnya berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”. Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-oretan tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan … “Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya.” Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

“Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang. Kamu suka jalan-jalan ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. Kamu selalu pegal-pegal pada waktu “teman baikmu” datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal. Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi “aneh”. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami. Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu. Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu.

“Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.

“Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu. Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.”

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.


Read More..

Doakan saya

Siapa Berdoa Untuk Saya?

Dalam sebuah kajian, seorang ibu bertanya, “Sudah duabelas tahun saya menikah, tapi belum dikaruniai anak. Kalau sampai ajal menjemput nanti saya belum juga mendapatkan anak, siapa yang akan mendoakan saya di kuburan?”

Semua mata tertegun, terharu dan juga sedikit bingung memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Beberapa ibu bahkan menitikkan airmata, bisa dirasakan harapan terdalam dari ibu yang bertanya itu. Sebab bagi siapa pun wanita di muka bumi ini, memiliki buah hati dari rahimnya sendiri adalah mimpi terindah, harapan terbesar dan cita-cita tertinggi di sepanjang perjalanan hidupnya.

Namun pertanyaan itu begitu menghentak, betapa setiap orang beriman akan mendapatkan beragam ujian. Salah satunya berkenaan dengan amanah berupa anak. Bagi yang diberi amanah, tetaplah sebuah ujian agar menjaga amanah tersebut sebaik-baiknya. Ibarat seseorang yang menitipkan suatu barang berharga kepada orang lain yang dipercayainya, ia berharap barang tersebut dijaga, dipelihara sebaik mungkin, hingga pada satu saat barang itu harus dikembalikan, tetap dalam keadaan baik.

Bahkan mungkin ketika barang itu belum waktunya diambil pun, si penitip yang melihat orang yang dipercaya itu mampu menjaga amanah dengan baik, maka ia tak akan sungkan menitipkan barang lainnya. Ada dua motivasi yang muncul ketika titipan kedua diberikan, apakah memang ia telah menjaga dengan baik titipan pertamanya, atau, titipan kedua sebagai ujian agar ia mampu berbuat lebih baik lagi. Begitu pula dengan mereka yang belum diberi kesempatan.

Bukan semata karena ia belum layak mendapat amanah, juga bukan karena mereka yang diberi momongan itu lebih baik kualitas diri dan kehidupannya. Ini semua menjadi rahasia Allah, sedangkan sebagai hamba kita hanya bisa berdoa agar Allah kelak memberikan kesempatan itu meski hanya sekali.

Banyak kita jumpai, sepasang suami isteri yang shalih, taat beribadah, berkecukupan, dengan latar belakang pendidikan yang sangat menunjang, namun belum dikaruniai seorang anak. Berbagai upaya sudah dilakukan, dan tak henti berusaha lantaran tak ada sedikit pun masalah medis dalam diri suami isteri tersebut.

Jika demikian, doa dan terus bersyukur atas segala rezeki yang telah diterimanya bisa membuat Allah tersenyum dan berkenan menambahkan rezeki lainnya. Tentu saja Allah tahu persis apa yang paling diinginkan setiap hamba, meski tak satu pun hamba yang boleh mendikte keinginan Allah. Kembali ke pertanyaan di atas, “siapa yang akan berdoa untuk saya sesudah saya mati?” adalah pertanyaan dari hati terdalam seorang ibu yang memendam kerinduan teramat dalam akan hadirnya si buah hati.

Makna tertinggi dari harapan sepasang manusia, bukan sekadar bisa menimang dan mengaliri kasih sayang melalui peluk kasih dan sentuhan lembut jemari sang ibu.

Tak hanya sebentuk rindu menyanyikan lagu ‘nina bobo’ atau senandung shalawat ketika buah hatinya terlelap dalam belaiannya. Lebih, jelas lebih dari itu. Ia telah menyiapkan segala sesuatunya agar kelak anak-anak yang tumbuh dan keluar dari rahimnya, adalah anak-anak yang memahami betul peran dan multi tanggungjawabnya; kepada Tuhannya, kepada orangtuanya, juga kepada lingkungannya.

Hiburan berupa jawaban, “Meski tidak dikaruniai anak, ibu kan masih punya dua hal lainnya; ilmu yang bermanfaat dan amal shalih” hanya berlaku sesaat. Ketika ia merasa sendiri di rumah, saat suaminya mencari nafkah, suara tangis dan kelakar riang anak-anak akan mengisi hari-hari sepinya. Siapa wanita yang tak menitikkan air mata kala mengetahui segumpal darah berbentuk janin dititipkan di rahimnya? Air matanya sejernih cintanya, bulir airnya menggugurkan kerinduan teramat dalam di sepanjang hidupnya. Saya berdoa untuk semua saudara yang masih menggenggam rindu ini.




Read More..

Sang Mujahid Agung

Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillah, alhamdulillah, walhamdulillah. Allah Ta’ala memiliki banyak cara untuk membela hamba-Nya. Ketika manusia (seindonesia) berkonspirasi untuk menghancurkan nama baik dan kehormatan Al Ustadz Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo rahimahullah; maka Dia memiliki cara-Nya untuk memuliakan beliau. Melalui buku “Hari Terakhir Kartosoewirjo” yang ditulis oleh Fadli Zon; melalui pameran foto-foto seputar eksekusi beliau pada tahun 1962; melalui bedah buku dan seterusnya; alhamdulillah akhirnya terkuaklah banyak fakta sejarah yang selama ini disembunyikan.

Sebagian besar manusia (Muslim) di Indonesia selama ini berprasangka buruk terhadap sosok almarhum SM. Kartosoewirjo. Mereka melontarkan tuduhan-tuduhan tak berdasar. Alhamdulillah, dengan segala pertolongan Allah banyak sisi suram “cerita sejarah” itu yang harus dihapus, diganti kisah lain yang lebih benar dan tidak dusta. Tampaknya bangsa Indonesia harus menulis ulang ulasan sejarahnya seputar sosok SM. Kartosoewirjo dan gerakan Daarul Islam-nya.

Berikut ini poin-poin apresiasi dan analisis yang bisa kami sampaikan, terkait pengungkapan 81 foto-foto eksklusif yang semula merupakan rahasia negara itu. Bentuk apresiasi ini adalah upaya nyata untuk mulai menulis sejarah tokoh Islam dengan cara pandang yang benar; meskipun musuh-musuh Islam alergi terhadapnya. Kalau mereka alergi, setidaknya kita perlu berkata jujur kepada kaum Muslimin dan kemanusiaan manusia di dunia.

[1]. Imam SM. Kartosoewirjo ternyata adalah pribadi yang sederhana, biasa, tidak berbeda dengan manusia-manusia Indonesia yang lain. Ada yang mengatakan, sosoknya seperti petani. Begitu pula, keluarga beliau juga sederhana, termasuk istri dan anak-anaknya. Namun harus diakui, beliau adalah sosok pemimpin revolusi Islam terbesar di Indonesia. Gerakan Daarul Islam (DI) merupakan gerakan politik-militer yang paling luas pengaruhnya. Ia berpengaruh di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, Kalimatan Selatan, hingga Nusa Tenggara. Dibandingkan gerakan PKI, ia hanya dominan di Jakarta dan Jawa Timur saja. PRRI/Permesta hanya di Sumatera Barat, RMS hanya di Maluku, dan seterusnya.

[2]. Sampai akhir hidupnya, SM. Kartosoewirjo konsisten dengan garis perjuangannya. Beliau membela perjuangannya, sampai di depan regu tembak. Hal ini mengingatkan kepada tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin yang pada tahun 60-an banyak dieksekusi mati oleh rezim Gamal Abdul Naser. Imam Daarul Islam itu tidak pernah mundur dari sikapnya dan bersedia mempertanggung-jawabkan perjuangannya sampai titik darah penghabisan. Ketika diputuskan dia harus divonis mati, pihak pengadilan menawarkan dirinya untuk pergi kemana saja, sekali pun ke Amerika; selagi tidak ada urusan politik. Namun beliau menolak, karena yang dia inginkan adalah: segera bertemu Allah untuk memastikan apakah perjuangannya benar atau salah? Lihatlah manusia yang fisiknya tampak ringkih ini; dia sangat kuat dalam memegang prinsip dan tidak menyesal. Berbeda dengan umumnya aktivis-aktivis Islam yang semula idealis, lalu perlahan-lahan menjadi pragmatis dan menjual agama dengan harga murah. Nas’alullah al ‘afiyah.

[3]. Dalam kapasitasnya sebagai “musuh negara” yang dianggap paling berbahaya; ternyata SM. Kartosoewirjo tampak dihormati, dihargai, dan dimuliakan oleh orang-orang yang berurusan dengan eksekusinya. Mereka tampak hening, berdiri rapi, penuh khidmat memberikan penghormatan terakhir. Setelah wafat, beliau dimandikan dengan air laut, lalu dishalatkan dan dimakamkan secara Islami. Bahkan sejak diantar ke Pulau Ubi, beliau diperlakukan secara baik. Hal ini menandakan, bahwa orang-orang yang berurusan dengan eksekusinya tidak yakin sepenuhnya, bahwa beliau salah. Kalau mau jujur, SM. Kartosoewirjo adalah “anak kandung” dari TNI (dulu BKR atau TKR). Beliau itu semula berada dalam barisan TNI, berjuang menjaga wilayah Jawa Barat.

[4]. Dalam segala kesederhanaannya, ternyata kharisma SM. Kartosoewirjo sangat menakutkan bagi rezim yang berkuasa (Orde Lama dan Orde Baru). Mereka begitu ketakutan, sehingga harus menyembunyikan dimana lokasi eksekusi; apakah di Pulau Onrust atau di atas kapal laut? Bahkan di Pulau Onrust, mereka buat dua pusara palsu, dengan label “makam Kartosoewirjo”. Sebegitu takutnya mereka, sehingga harus membuat sandiwara-sandiwara seperti itu. Bahkan Pulau Ubi dimana eksekusi diadakan dan pusara SM Kartosoewirjo ada disana; pulau itu kalau laut saat pasang, tidak akan tampak di permukaan. Masya Allah, sebegitu takutnya musuh-musuh politik Imam Darul Islam itu; mungkin mereka nyadar, kalau dirinya memang salah.

[5]. SM. Kartosoewirjo rahimahullah dituduh dengan 3 perkara, yaitu: a. Beliau melakukan pemberontakan; b. Beliau berniat membunuh Presiden Soekarno; c. Beliau ingin lepas dari Indonesia. Atas tuduhan ini, beliau akui tuduhan pertama, dan beliau tolak dua tuduhan terakhir. Dengan demikian, kita tidak boleh menyimpulkan bahwa gerakan Daarul Islam bertujuan separatisme (memisahkan diri dari NKRI). Daarul Islam tetap dalam lingkup keindonesiaan dan tidak ingin memisahkan diri dari NKRI. Kalau mau dikembangkan secara politik; mestinya DI/TII jangan dituduh sebagai pemberontak; tapi anggaplah ia sebagai aspirasi politik sebagian kaum Muslimin yang menuntut otonomi, untuk mengatur wilayahnya dengan sistem Islam. Kalau daerah lain ingin memakai sistem sekuler atau non Islami, ya itu silakan saja. Hanya saja, berikan otonomi kepada Daarul Islam untuk mengatur wilayahnya dengan sistem Islami. Bukankah dalam sistem federasi hal semacam itu memungkinkan terjadi? Atau setidaknya dalam bentuk otonomi khusus.

[6]. SM. Kartosoewirjo dihukum mati berdasarkan keputusan pengadilan, yang dikukuhkan oleh persetujuan Presiden Soekarno. Soekarno sendiri sejatinya adalah mantan teman beliau, sebagai sesama murid HOS. Cokroaminoto di Surabaya. Bagi Soekarno, mengenyahkan kawan lamanya adalah keutamaan, meskipun yang bersangkutan berjuang demi Islam.

[7]. Sebelum dieksekusi mati, SM. Kartosoewirjo mengajukan 4 tuntutan, dan hanya tuntutan terakhir yang dipenuhi. Pertama, beliau ingin bertemu dengan para perwira bawahannya; Kedua, beliau ingin agar eksekusinya disaksikan pengikutnya atau keluarganya; Ketiga, beliau ingin jenazahnya diserahkan kepada keluarganya; Keempat, beliau ingin bertemu keluarganya, untuk terakhir kalinya. Ternyata, hanya tuntutan terakhir yang dipenuhi. Beliau sudah tua dan lemah; beliau sudah sedia dihukum mati; beliau tidak menuntut ingin kesana-kemari; tetapi itu pun beliau masih dizhalimi dengan tidak dipenuhi hak-haknya sebagai manusia yang wajar. Sekedar dimakamkan oleh keluarganya saja, tuntutan itu ditolak.

[8]. Bisa jadi keputusan Pemerintah RI untuk menghukum mati SM. Kartosoewirjo dianggap benar (menurut hukum positif dan vonis pengadilan). Tetapi mengapa di luar itu semua, SM. Kartosoewirjo masih dizhalimi sedemikian rupa? Tuntutan beliau yang manusiawi tidak dipenuhi; makamnya disamarkan di Pulau Onrust; dan dibuat catatan-catatan sejarah bohong seputar dirinya? Bukankah hal ini merupakan kezhaliman besar atas diri beliau? Akhirnya, kezhaliman itu terbongkar sudah, dengan dimuatnya foto-foto eksklusif seputar eksekusi Imam Daarul Islam. Ibarat menyembunyikan bau busuk, lama-lama akan tercium juga.

[9]. SM. Kartosoewirjo rahimahullah tidaklah ingin membubarkan NKRI, tidak ingin keluar dari Indonesia, atau ingin men-Daarul Islam-kan Indonesia. Tidak demikian. Beliau itu ingin menegakkan pemerintahan otonom berdasarkan Islam. Jika pemerintahan itu tegak, ia tetap berada dalam cakupan NKRI; hanya saja memiliki otonomi untuk membangun wilayah dengan nilai-nilai Islam. Hal ini bukan tanpa alasan. Alasannya ialah lemahnya bargaining Soekarno-Hatta di mata Belanda (NICA). Mereka mau menanda-tangani perjanjian Renville dan KMB (Konferensi Meja Bundar) yang isinya amat sangat melukai hati bangsa Indonesia. Melalui Renville, wilayah RI hanya seputaran Yogya saja; selebihnya wilayah RIS. Pasukan TNI harus ditarik ke Yogya semua, sehingga hal itu membuka peluang bagi NICA untuk menguasai wilayah-wilayah di luar RI. Melalui KMB, bangsa Indonesia harus mengakui bahwa kemerdekaan RI merupakan hasil pengakuan dari Belanda; padahal RI merdeka setelah berhasil mengusir Jepang dari Tanah Air. Belanda sejak awal tahun 1940-an sudah diusir dari Indonesia oleh Jepang. Di sisi lain, RI harus menerima beban hutang Belanda akibat terlibat dalam Perang Dunia II dan perang-perang lainnya. Beban hutang ini tidak pernah disampaikan oleh para sejarawan. Ekonom UGM, Revrisond Baswir sering menyinggung posisi hutang peninggalan KMB ini. SM. Kartosoewirjo tidak mau menerima semua perjanjian yang merusak bangsa dan negara itu. Tetapi beliau lalu disudutkan sebagai “pemberontak”. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

[10]. Di balik pendirian Daarul Islam, ada satu SPIRIT yang tidak dipahami bangsa Indonesia, sejak dulu sampai kini. Akibat tidak dipahami masalah ini, akibatnya sangat fatal. Bahwa sejak awal, SM. Kartosoewirjo amat sangat membenci sikap tunduk kepada penjajah; beliau tidak mau menyerahkan wilayah walau sejengkal saja kepada penjajah. Beliau tidak mau dihina, karena harus “merdeka lewat pengakuan Belanda”. Wong, sudah merdeka sendiri kok, masih harus membutuhkan pengakuan Belanda? Beliau anti menanggung hutang-hutang Belanda, karena itu sama dengan memikulkan hutan orang kafir ke punggung anak-cucu sendiri. Tetapi tabiat beliau berbeda dengan Soekarno-Hatta yang dididik oleh pendidikan penjajah di negeri Belanda sana. Beliau tidak mau tunduk kepada penjajah, sedangkan Soekarno-Hatta suka dengan penjajahan (dalam model berbeda). Akhirnya kini bangsa Indonesia di zaman Reformasi (tahun 2012) ini bisa melihat, siapa yang lebih benar sikap politiknya; Soekarno-Hatta atau SM. Kartosoewirjo? Di zaman ketika kini bangsa Indonesia sudah dijajah di berbagai sektor oleh negara-negara asing ini, mestinya kita harus menangisi hasil perjanjian Renville dan KMB. Dua perjanjian laknat itulah yang menghantarkan bangsa Indonesia kini kehilangan hakikat kemerdekaan, setelah sebelumnya merasakan kemerdekaan.

[11]. Banyak orang bertanya-tanya: “Siapakah yang menyerahkan foto-foto eksklusif itu kepada Fadli Zon? Siapa dia? Bagaimana ceritanya? Dan mengapa dia lakukan tindakan itu?” Saudaraku, kita tidak tahu apa alasan hakiki si pemberi (penjual) foto itu. Tapi kita yakin, dia pernah secara langsung atau tidak berhubungan dengan orang-orang yang menjadi saksi eksekusi pada tanggal 5 september 1962 itu. Dia mungkin punya hubungan dengan kameramen yang membuat foto-foto itu; atau dia berhubungan dengan pusat penyimpanan dokumentasi negara; atau dia pernah secara mujur menemukan foto-foto itu berserakan sebagai barang tak berguna, lalu dia lihat dan amati nilai historisnya, lalu disimpannya. Yang jelas, sumber foto itu sangat ingin memberi tahu bangsa Indonesia sejarah yang jujur tentang eksekusi SM. Kartosoewirjo dan kebenaran seputarnya. Hal ini tentu karena ia telah digerakkan oleh Allah Ta’ala untuk mengungkapkan sejarah yang sebenarnya. Begitu gelisahnya sumber foto itu mendengar sejarah yang palsu dan penuh racun; sehingga menjadi tugas kemanusiaan baginya, untuk mengungkap fakta sebenarnya. Khusus bagi Bang Fadli Zon, beliau juga layak diberi pujian, apresiasi, dan penghargaan atas pengungkapan fakta-fakta itu. Semoga Allah Ta’ala memberi mereka balasan pahala sesuai kebaikan-kebaikan yang dilakukannya. Amin Allahumma amin.

Namun pujian dan apresiasi ini tidak berlaku bagi gerakan sempalan NII yang faksinya bermacam-macam, lalu muaranya ke Ma’had Al Zaytun di Indramayu, yang dipimpin oleh Abu Toto (Syech Panji Gumilang) itu. NII model begini adalah termasuk aliran sesat-menyesatkan yang dibentuk oleh infiltrasi penguasa, melalui tangan Ali Mutopo dan Pitut Soeharto. Apa yang kita apresiasi ialah gerakan Daarul Islam asli, di bawah pimpinan Al Ustadz SM. Kartosoewirjo rahimahullah, yang berdiri tegak di atas missi politik Islami, latar belakang sejarah, serta spirit anti penjajahan.

Sebagai penutup tulisan ini, dalam Al Qur’an Allah Ta’ala berfirman: “Wa tu’izzu man tasya’u wa tudhillu man tasya’u, bi yadikal khair innaka ‘ala kulli syai’in qadiir” (dan Engkau -ya Allah- memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki; di Tangan-Mu segala hakikat kebaikan, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu). [Surat Ali Imran].

Demikianlah, manusia-manusia jahat bermaksud menodai dan merusak kehormatan SM. Kartosoewirjo rahimahullah; namun Allah dengan segala cara-Nya hendak memuliakan hamba-Nya. Dia adalah Sang Mujahid Agung, sosok kesatria yang rela mati sampai titik darah penghabisan, demi membela cita-cita politik Islami. Bangsa Mesir memiliki mujahid Sayyid Quthb rahimahullah; bangsa Libia memiliki Umar Mukhtar rahimahullah; bangsa Rusia memiliki Imam Syamil rahimahullah; bangsa Palestina memiliki Syaikh Ahmad Yasin dan Syaikh Izzudiin Al Qasam rahimahullah; bangsa Pakistan memiliki Presiden Ziaul Haq rahimahullah; bangsa Turki memiliki Najmuddin Erbakan rahimahullah; bangsa Suriah memiliki Ustadz Marwan Hadid rahimahullah; maka kaum Muslimin Indonesia memiliki sosok Mujahid Agung: Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo rahimahullah.

SM. Kartosoewirjo adalah sosok komandan militer, imam, sekaligus ideolog Daarul Islam yang tiada duanya di dunia Islam. Nyaris tidak dijumpai perjuangan dengan konsep Daarul Islam di masa lalu, di negeri-negeri Muslim lain, selain hanya di Indonesia. Pemimpin-pemimpin Ikhwanul Muslimin di Mesir, secara akidah mereka sepakat dengan konsep Daarul Islam; tetapi secara perjuangan militer, mereka belum sampai kesana. Ingatlah keistimewaan ini wahai Muslimin Nusantara!

Semoga sekilas tulisan ini bermanfaat dan menjadi refleksi iman dan sejarah, bagi kita semua. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin, wa shallallah ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in.


Read More..

Wednesday, October 10, 2012

The Death of Samurai

The Death of Samurai : Robohnya Sony, Panasonic, Sharp, Toshiba dan Sanyo

Written by Yodhia Antariksa

Hari-hari ini, langit diatas kota Tokyo terasa begitu kelabu. Ada kegetiran yang mencekam dibalik gedung-gedung raksasa yang menjulang disana. Industri elektronika mereka yang begitu digdaya 20 tahun silam, pelan-pelan memasuki lorong kegelapan yang terasa begitu perih.

Bulan lalu, Sony diikuti Panasonic dan Sharp mengumumkan angka kerugian trilyunan rupiah. Harga-harga saham mereka roboh berkeping-keping. Sanyo bahkan harus rela menjual dirinya ke perusahaan China. Sharp berencana menutup divisi AC dan TV Aquos-nya. Sony dan Panasonic akan mem-PHK ribuan karyawan mereka. Dan Toshiba? Sebentar lagi divisi notebook-nya mungkin akan bangkrut (setelah produk televisi mereka juga mati).

Adakah ini pertanda salam sayonara harus dikumandangkan? Mengapa kegagalan demi kegagalan terus menghujam industri elektronika raksasa Jepang itu? Di Senin pagi ini, kita akan coba menelisiknya.

Serbuan Samsung dan LG itu mungkin terasa begitu telak. Di mata orang Jepang, kedua produk Korea itu tampak seperti predator yang telah meremuk-redamkan mereka di mana-mana. Di sisi lain, produk-produk elektronika dari China dan produk domestik dengan harga yang amat murah juga terus menggerus pasar produk Jepang. Lalu, dalam kategori digital gadgets, Apple telah membuat Sony tampak seperti robot yang bodoh dan tolol.

What went wrong? Kenapa perusahaan-perusahaan top Jepang itu jadi seperti pecundang? Ada tiga faktor penyebab fundamental yang bisa kita petik sebagai pelajaran.

Faktor 1 : Harmony Culture Error. Dalam era digital seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in decision making. Speed in product development. Speed in product launch. Dan persis di titik vital ini, perusahaan Jepang termehek-mehek lantaran budaya mereka yang mengangungkan harmoni dan konsensus.

Datanglah ke perusahaan Jepang, dan Anda pasti akan melihat kultur kerja yang sangat mementingkan konsensus. Top manajemen Jepang bisa rapat berminggu-minggu sekedar untuk menemukan konsensus mengenai produk apa yang akan diluncurkan. Dan begitu rapat mereka selesai, Samsung atau LG sudah keluar dengan produk baru, dan para senior manajer Jepang itu hanya bisa melongo.

Budaya yang mementingkan konsensus membuat perusahaan-perusahaan Jepang lamban mengambil keputusan (dan dalam era digital ini artinya tragedi).

Budaya yang menjaga harmoni juga membuat ide-ide kreatif yang radikal nyaris tidak pernah bisa mekar. Sebab mereka keburu mati : dijadikan tumbal demi menjaga “keindahan budaya harmoni”. Ouch.

Faktor 2 : Seniority Error. Dalam era digital, inovasi adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus mengalir. Sayangnya, budaya inovasi ini tidak kompatibel dengan budaya kerja yang mementingkan senioritas serta budaya sungkan pada atasan.

Sialnya, nyaris semua perusahaan-perusahaan Jepang memelihara budaya senioritas. Datanglah ke perusahaan Jepang, dan hampir pasti Anda tidak akan menemukan Senior Managers dalam usia 30-an tahun. Never. Istilah Rising Stars dan Young Creative Guy adalah keanehan.

Promosi di hampir semua perusahaan Jepang menggunakan metode urut kacang. Yang tua pasti didahulukan, no matter what. Dan ini dia : di perusahaan Jepang, loyalitas pasti akan sampai pensiun. Jadi terus bekerja di satu tempat sampai pensiun adalah kelaziman.

Lalu apa artinya semua itu bagi inovasi ? Kematian dini. Ya, dalam budaya senioritas dan loyalitas permanen, benih-benih inovasi akan mudah layu, dan kemudian semaput. Masuk ICU lalu mati.

Faktor 3 : Old Nation Error. Faktor terakhir ini mungkin ada kaitannya dengan faktor kedua. Dan juga dengan aspek demografi. Jepang adalah negeri yang menua. Maksudnya, lebih dari separo penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun.

Implikasinya : mayoritas Senior Manager di beragam perusahaan Jepang masuk dalam kategori itu. Kategori karyawan yang sudah menua.

Disini hukum alam berlaku. Karyawan yang sudah menua, dan bertahun-tahun bekerja pada lingkungan yang sama, biasanya kurang peka dengan perubahan yang berlangsung cepat. Ada comfort zone yang bersemayam dalam raga manajer-manajer senior dan tua itu.

Dan sekali lagi, apa artinya itu bagi nafas inovasi? Sama : nafas inovasi akan selalu berjalan dengan tersengal-sengal.

Demikianlah, tiga faktor fundamental yang menjadi penyebab utama mengapa raksasa-raksasa elektronika Jepang limbung. Tanpa ada perubahan radikal pada tiga elemen diatas, masa depan Japan Co mungkin akan selalu berada dalam bayang-bayang kematian.

Read More..

Cape Hati

Pekerjaan yang menguras tenaga fisik jelas sangat melelahkan. Makanya, jangan tanya bagaimana lelahnya para pekerja kasar di pasar. Kuli bangunan. Ataupun tukang angkut
barang di pelabuhan. Kalau pekerja kantoran, tidak harus berkeringat seperti mereka. Sekalipun begitu, kaum kantoran mempunyai bentuk kelelahan tersendiri.
Jika para pekerja lapangan lelah secara fisik, sedangkan para pekerja kantoran pada umumnya mengalami kelelahan secara emosi. Atau yang bisa kita sebut sebagai
lelah hati. Menurut pendapat Anda, mana yang paling menyiksa; lelah fisik, atau lelah hati?

Orang yang terbiasa bekerja ‘halus’ di kantor biasanya enggan untuk menjadi pekerja kasar. Sebab, bagaimanapun juga pekerjaan kantoran lebih banyak memberikan kenikmatan.
Namun, fakta itu juga tidak menyurutkan betapa banyaknya orang yang gemar mengeluhkan pekerjaannya yang sudah enak itu. Adaaaaaa saja alasan untuk menyimpan kekesalan didalam hati. Nah, kekesalan dan kerap munculnya keluhan itu mengindikasikan terjadinya kelelahan hati pada orang itu. Betapa sempurnanya kehidupan, jika selain punya pekerjaan yang enak; kita juga bisa senang hati selama menjalaninya. Kedua hal dalam satu paket inilah yang masih jarang dimiliki orang. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menghindari kelelahan hati di tempat kerja, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatInâ„¢), berikut ini:

1.Perilaku orang lain bukan otoritas kita. Lelah hati itu biasanya terjadi karena kekecewaan kita terhadap perilaku atau perlakuan orang lain.Apakah itu atasan kita, teman sekerja kita, anak buah kita. Bahkan mungkin pemilik perusahaan tempat kita bekerja. Kita tidak bisa menerima perilaku mereka. â€Å“Kenapa sih atasan tidak mengerti saya?
Kenapa anak buah tidak menghargai saya? Kenapa teman-teman menyepelekan saya? Kenapa pemilik perusahaan mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan usulan saya? Hati kita jadi dipenuhi oleh beragam gugatan itu. Padahal, tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan seperti itu. Maka jika ingin senang hati menghadapinya, pahamilah bahwa kita tidak punya otoritas untuk mengendalikan perilaku orang lain. Sebagai penyeimbangnya, kita punya kekuasaan 100% untuk mengambil sikap terhadap perilaku mereka. Jika sikap kita tepat, maka kita akan tetap senang hati.

2.Orang lain sama tidak sempurnanya seperti kita. Kekesalahan dalam hati juga sering muncul ketika kita terlampau terfokus kepada perilaku tidak tepat orang lain.Cobalah perhatikan orang-orang di sekeliling Anda, lalu temukanlah kekurangan mereka. Tentu Anda akan menemukannya. Mengapa? Karena mereka bukan orang yang sempurna. Sekarang, istirahat dulu deh dari melihat orang lain; kemudian tataplah cermin. Lantas temukan kekurangan diri sendiri. Bisakah Anda menemukannya? Biasanya, mudah bagi kita untuk menemukan kekurangan fisik. Namun tidak semudah itu untuk menyadari bahwa kita sendiri pun mempunyai kekurangan sikap dan perilaku. Orang yang merasa dirinya sudah bersikap dan berperilaku sempurna, biasanya semakin mudah menemukan kejelekan orang lain. Sedangkan orang yang menyadari kekurangan-kekurangannya sendiri biasanya juga bisa sepenuhnya menyadari bahwa memang orang lain sama tidak sempurnanya dengan kita. Sehingga dia, tidak terlalu kecewa mendapati orang yang berperilaku buruk.

3.Segala sesuatu ada latar belakangnya. Cobalah perhatikan, adakah satu saja tindakan yang Anda lakukan tanpa ada alasan? Biasanya kita kan pandai sekali mencari alasan; mengapa kita melakukan sesuatu? Karenanya, kita selalu memiliki pembenaran atas apapun yang kita lakukan.Termasuk tindakan buruk. Kita melakukannya karena bla, bla, bla. Dan karena ada alasan itu, kita merasa memang sudah sewajarnya melakukan hal itu. Yang sering tidak kita sadari adalah; orang lain pun mempunyai alasan atau justifikasi atas setiap tindakan atau perilaku mereka. Maka ketika orang melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan kita, belum tentu mereka memberikan penilaian yang sama seperti subyektivitas kita. Oleh karenanya, terlalu mudah memasukkan ketidaknyamanan akibat perilaku orang lain kedalam hati hanya akan semakin memperburuk perasaan hati kita saja. Jadi, mending mencoba memahami latar belakangnya deh. Agar hati kita, lapang.

4. Selalu ada konsekuensi setiap interaksi. Ada nggak situasi dimana Anda berinteraksi dengan orang lain, namun orang itu tidak memberikan respon sama sekali pada Anda? Anda tanya, dia diam saja.Anda ajak senyum, wajahnya datar saja. Anda tonjok pun, dia diam saja. Adakah bentuk interaksi seperti itu? Ada. Yaitu, jika Anda berinteraksi dengan orang yang sudah jadi jenazah. Di kantor, kita kan tidak punya bentuk interaksi seperti itu. Maka setiap interaksi kita dengan orang lain, pasti menimbulkan konsekuensi. Bisa konsekuensi yang menyenangkan kita, bisa juga sebaliknya. Masalahnya, konsekuensi yang tidak menyenangkan sering lebih terasa daripada yang menyenangkan. Sehingga kita punya kecenderungan untuk membesar-besarkannya. Atau memfokuskan perhatian kepada yang tidak menyenangkan sehingga konsekuensi yang menyenangkan malah terkerdilkan. Bersiaplah dengan konsekuensi setiap interaksi. Maka hati kita semakin siap menghadapinya.

5. Orang lain bukan tanggungjawab penuh kita. Â Kita semua percaya bahwa setiap
orang akan mempertanggungjawabkan apapun yang sudah dilakukannya.Tidak bisa tidak. Sehingga orang-orang yang berperilaku buruk akan menuai buah yang buruk pada saatnya kelak. Penting untuk menyadari hal itu agar kita tidak merasa rugi jika tidak dapat membalas tindakan buruk orang lain. Malahan, kita jadi tidak tertarik sama sekali untuk memembalas dendam. Mengapa mesti kita balas jika setiap orang cepat atau lambat
akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya? Jadi, ya santai saja. Dengan
begitu kita bisa menggunakan seluruh daya diri yang kita miliki untuk melakukan
sesuatu yang positif dan produktif. Kalau soal perlakukan buruk orang lain,
cukuplah kita berjaga-jaga untuk keselamatan kita atau melindungi diri dari bahaya
atau efek buruk yang mungkin ditimbulkannya. Sedangkan hitung-hitungannya; bukan tanggungjawab kita.

Dimana pun kita
berada. Kemanapun kita pergi. Selama kita bertemu dengan orang lain untuk berinteraksi, maka disana selalu ada kemungkinan terjadinya friksi. Apalagi dengan orang-orang di kantor yang selama bertahun-tahun kita berinteraksi setiap hari. Peluang terjadinya friksi, semakin tinggi. Hari ini, mungkin semuanya baik-baik saja. Tapi bagaimana kalau besok Anda saling bersaing memperebutkan sebuah posisi? Bagaimana jika nanti boss Anda lebih menyukai teman Anda atau sebaliknya? Semuanya mungkin terjadi. Tapi jika kita bisa bersikap dan berperilaku secara tepat, maka kita bisa terhindar dari lelah hati. Malah sebaliknya, kita bisa menjadi pribadi yang hatinya tetap terjaga lapang, bersih dan murni.

Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA Dadang Kadarusman
Leadership and Personnel
Development TrainerÂ

Catatan Kaki:
Perlakuan buruk orang lain tidak akan bisa menyakiti hati kita, jika kita tidak menyerahkan ruang kosong didalam hati untuk mereka kotori.

Read More..

Bersedekah Agar Ditambahkan Rizkinya Di Dunia Syirik?

Diantara perkara-perkara yang disangka merusak keikhlasan, bahkan dianggap perbuatan kesyirikan padahal sebenarnya tidak, adalah:

Beribadah disertai dengan niat mencari kemaslahatan dunia yang dizinkan oleh syari'at

Banyak dalil yang menunjukan akan hal ini, diantaranya firman Allah

"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu" (QS Al-Baqoroh : 198)

Para ulama telah sepakat bahwa seseorang yang melaksanakan ibadah haji sambil berdagang maka hajinya sah, berdasarkan ayat ini. Tentunya seseorang yang berhaji sambil berdagang tidaklah ia memaksudkan dengan perdagangannya untuk riyaa'. Karenanya perdagangannya tersebut bukanlah kesyirikan. Akan tetapi niatnya adalah ia berhaji sambil berdagang, dan berdasarkan ayat ini Allah membolehkan niat seperti ini.

Contoh lagi sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam

"Obati orang-orang sakit diantara kalian dengan sedekah" (Dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhiib no 744)

Hadits ini menunjukan akan bolehnya seseorang bersedekah dengan niat agar orang yang sakit dari keluarganya disembuhkan oleh Allah dengan sebab sedekah tersebut.

Nabi juga bersabda :
"Barang siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturahmi" (HR Al-Bukhari no 2067 dan Muslim no 2557)

Hadits ini jelas menunjukkan akan bolehnya seseorang bersilaturahmi dengan niat agar dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya.

Bahkan Allah berfirman
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. (QS At-Tholaaq : 2-3)

Ayat ini jelas bahwsanya boleh seseorang bertakwa kepada Allah dengan niat agar diberi jalan keluar oleh Allah dan diberi rizki dari arah yang tidak ia persangkakan.

Sebagian ulama menyangka bahwasanya jika dalam ibadah tercampurkan/tersyarikatkan niat-niat keduniaan maka ibadah tersebut tidak sah. Akan tetapi hal ini merupakan kesalahan. Al-Imam Al-Qoroofi salah seorang ulama besar dari madzhab Maliki telah menjelaskan dengan gamblang tentang perbedaan antara riyaa' dengan mencampurkan niat keduniaan dalam ibadah. Al-Qorofi rahimahullah berkata :

"Perbedaan yang ke 102, antara kaidah riyaa' dalam peribadatan dengan kaidah tasyriik (mencampurkan niat keduaniaan-pen) dalam ibadah.

Ketahuilah bahwasanya riyaa' dalam peribadatan adalah syirik, serta mempersyerikatkan bersama Allah dalam ketaatannya. Dan hal ini melazimkan kemaksiatan dan dosa, serta batilnya ibadah tersebut….

Penjelasan kaidah (riyaa') ini dan rahasainya adalah seseorang mengamalkan suatu amalan yang diperintahkan untuk bertaqorrub dan dia memaksudkan dengan amalan tersebut wajah Allah dan juga agar orang-orang mengagungkannya atau sebagian orang, maka dengan diagungkannya dia sampailah kemanfaatan orang-orang tersebut kepadanya atau ia terhindarkan dari gangguan mereka. Ini adalah kaidah dari salah satu dari dua model riyaa'.

Adapun model yang lain, yaitu ia beramal dengan suatu amalan yang ia sama sekali tidak mengharapkan wajah Allah, akan tetapi ia hanya ingin (pengagungan/sanjungan) manusia saja. Model ini dinamakan dengan riyaa yang murni, adapun model yang pertama dinamakan dengan riyaa' syirik, karena model ini tidak ada pensyarikatan, semata-mata mengharapkan pujian manusia saja, adapun model yang pertama pensyarikatan antara manusia dan Allah….

Adapun hanya sekedar pensyarikatan –seperti seseorang yang berjihad untuk menjalankan ketaatan kepada Allah dengan berjihad dan juga untuk memperoleh harta gonimah- maka hal ini tidaklah memudhorotkannya, serta ijmak (kesepakatan/konsensus) ulama bahwasanya hal ini tidak haram baginya, karena Allah menjadikan harta gonimah dalam ibadah jihad. Maka tentunya ada perbedaan antara seseorang yang berjihad agar orang-orang mengatakan "ia adalah seorang pemberani", atau agar sang imam/pemimpin negara menghormatinya sehingga memberikannya banyak harta dari baitul maal, maka hal ini dan yang semisalnya adalah riyaa' yang haram. Berbeda dengan seseorang yang berjihad untuk memperoleh budak tawanan wanita, hewan tunggangan perang, dan persenjataan musuh, maka hal ini tidaklah memudorotkannya, padahal ia telah mensyerikatkan (niatnya-pen). Dan tidaklah dikatakan bahwasanya hal ini adalah riyaa, karena riyaa' adalah ia beramal agar makhluk Allah melihatnya… maka barangsiapa yang tidak melihat dan tidak memandang maka tidaklah dikatakan pada suatu amalan –dari sisinya- adalah riyaa'. Harta gonimah dan yang semisalnya tidaklah dikatakan ia melihat atau memandang, maka tidaklah benar jika dikatakan lafal riyaa' kepada benda-benda ini karena mereka tidak melihat.

Demikian pula seseorang yang haji lalu mensyarikatkan dalam hajinya maksud untuk berdagang, yaitu mayoritas tujuannya atau bahkan seluruhnya adalah bersafar untuk berdagang secara khusus, dan hajinya –ia maksudkan atau tidak- akan tetapi hanya bersifat mengikuti tujuan dagangnya. Hal ini juga tidaklah merusak keabsahan hajiaya, dan tidak menimbulkan dosa dan kemaksiatan.

Demikian pula orang yang berpuasa agar tubuhnya sehat, atau agar hilang penyakitnya yang bisa disembuhkan dengan puasa, maka jadilah penyembuhan merupakan tujuannya atau diantara tujuannya dan puasa dibarengkan dalam tujuannya. Lalu ia melakukan puasa disertai dengan tujuan-tujuan ini. Hal ini tidaklah merusak puasanya, bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah memerintahkan dalam sabdanya, "Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang telah mampu maka menikahlah, barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa bisa menjadi perisai baginya", yaitu pemutus syahwatnya. Maka Nabi memerintahkan berpuasa untuk tujuan ini, jika hal ini bisa merusak keabsahan puasa, tentunya Nabi tidak akan memerintahkan hal ini dalam peribadatan, dan juga tidak menyertakan tujuan ini dalam niat ibadah. Diantaranya juga orang yang memperbarui wudhunya agar lebih segar dan lebih bersih.

Seluruh tujuan-tujuan ini tidaklah terdapat padanya pengagungan makhluk. Akan tetapi hanyalah pensyerikatan perkara-perkara kemaslahatan yang tidak memiliki indra, dan tidak bisa memiliki indra (penglihatan) dan tidak layak untuk diagungkan. Maka hal ini tidaklah merusak keabsahan ibadah…

Benar bahwasanya tujuan-tujuan ini yang mencampuri ibadah bisa jadi mengurangi ganjaran ibadah. Ibadah yang tujuannya murni dan bersih dari tujuan-tujuan duniawi ini maka pahalanya lebih besar dan banyak. Adapun dosa dan batilnya ibadah maka tidaklah ada dalilnya" (Al-Furuuq li Al-Qoroofi, tahqiq : Umar Hasan Al-Qiyyaam, Muassasah Ar-Risalah, cetakan pertama 3/10-12)

Akan tetapi tentunya ada perbedaan antara seseorang yang niatnya murni semata-mata karena mencari ganjaran akhirat, lantas setelah itu ia memperoleh kenikmatan-kenikmatan dunia. Maka orang yang seperti ini tentunya tidak berkurang sama sekali pahalanya. Berbeda dengan seseorang yang sejak awal beribadah dalam niatnya sudah tercampur niat keduniaan (untuk memperoleh harta dunia) maka orang inilah yang pahalanya berkurang. (Lihat Ihkaam Al-Ahkaam karya Ibnu Daqiiq al-'Ied hal 492, tahqiq Mushthofa syaikh, terbitan Muassasah Ar-Risalah, cetakan pertama)

Seorang yang berjihad niatnya semata-semata untuk menegakkan kalimat Allah dan berharap ganjara akhirat, lantas setelah itu ia memperoleh gonimah harta rampasan perang musuh maka pahalanya sempurna. Karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallampun serta para sahabat mengambil harta rampasan perang. Berbeda halnya dengan seseorang yang sejak awal berangkat berjihad niatnya sudah tercampur dengan tujuan untuk memperoleh harta rampasan perang. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ;
"Tidaklah ada pasukan yang berjihad di jalan Allah lalu memperoleh harta gonimah kecuali mereka telah menyegerakan dua pertiga pahala akhirat mereka, dan tersisa bagi mereka sepertiga pahala akhirat mereka. Jika mereka tidak memperoleh gonimah maka sempurnalah pahala mereka" (HR Muslim no 1905)

Karenanya mungkin kita bisa membagi permasalahan ini dalam beberapa bagian berikut:

Pertama : Seseorang yang beribadah murni karena riyaa…, sama sekali tidak terbetik dalam hatinya keinginan untuk meraih pahal akhirat. Riyaa yang seperti ini jika selalu terjadi dalam peribadatan, maka hampir-hampir tidak dilakukan oleh seorang muslim, akan tetapi terjadi para orang-orang munafik

Kedua : Seseorang yang beribadah dengan riyaa', ia mengharapkan wajah Allah, ia mengharapkan ganjaran akhirat, akan tetapi ia juga mengharapkan pujian manusia, sanjungan dan pengagungan dari mereka terhadap dirinya. Inilah riyaa' yang sering menimpa kaum muslimin.

Ketiga : Seseorang yang tatkala beribadah sama sekali tidak terbetik dalam hatinya untuk memperoleh ganjaran akhirat, akan tetapi niatnya murni untuk mencari perkara duniawi, inilah yang dinamakan oleh Al-Qoroofi dengan Riyaa nya ikhlas/murni. Allah berfirman :
Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami (kebaikan) di dunia", dan Tiadalah baginya bagian (yang menyenangkan) di akhirat. (QS Al-Baqoroh : 200)

Keempat : Seseorang yang beribadah murni ikhlash karena Allah, dan tidak ada dalam niatnya untuk memperoleh pujian manusia, dan juga tidak ada niat untuk memperoleh tujuan duniawi. Maka orang seperti ini pahalanya sempurna, meskipun setelah itu ternyata ia memperoleh perkara-perkara dunia, baik dipuji atau memperoleh harta dunia karena amalannya maka sama sekali tidak mempengarui kesempurnaan pahalanya.

Hal ini seperti seseorang yang setelah beramala sholeh lalu ia dipuji orang lain, dan kemudian dalam hatinya terbetik rasa gembira dengan pujian tersebut. Maka ini tidaklah mempengaruhi kesempurnaan pahala ibadanya yang telah ia kerjakan dengan ikhlas tanpa mengharapkan pujian manusia.

Ada yang menanyakan pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Bagaimana pendapatmu dengan orang yang melakukan suatu amalan kebaikan, lalu setelah itu dia mendapatkan pujian orang-orang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Itu adalah berita gembira bagi seorang mukmin yang disegerakan.” (HR Muslim no 2642). An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ini pertanda bahwa Allah ridho dan mencintainya. Lalu Allah menjadikan makhluk/manusia mencintainya pula" (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 16/189)

Demikian pula seseorang yang berjihad ikhlash dan tidak terbetik dalam hatinya untuk mecari gonimah, lantas setelah itu iapun memperoleh harta gonimah.

Kelima : Seseorang yang beribadah ikhlash karena mengharapkan wajah Allah, akan tetapi ia menyertakan dalam niatnya tujuan-tujuan yang lain, maka kondisi orang ini ada tiga kemungkinan

(1) Tujuan-tujuan tersebut juga merupakan tujuan yang mulia dan berkaitan dengan akhirat. Maka orang seperti ini memperoleh ganjaran yang ganda berdasarkan niat gandanya. Contohnya seseorang imam yang sengaja memperpanjang ruku'nya karena ia merasa ada makmum yang terlambat yang segera ingin ruku' bersamanya agar memperoleh pahala raka'at. Maka imam ini telah melakukan dua kebaikan. Al-'Iz bin Abdis Salaam berkata, "Apakah perbuatan seorang imam yang menunggu makmum masbuq agar mendapatkan ruku' termasuk kesyirikan?. Aku katakan bahwasanya sebagian ulama menyangka perkaranya demikian, akan tetapi perkaranya tidak sebagaimana yang mereka sangka. Justru hal ini adalah bentuk mengumpulkan dua qurbah (amal sholeh), karena ia telah membantu makmum untuk mendapatkan ruku' dan ini merupakan amal sholeh tersendiri" (Qowaa'id Al-Ahkaam Fi Mashoolih al-Anaam, karya Al-'Izz bin Abdis Salaam 1/212, tahqiq DR Utsman Jum'at, Daarul Qolam)

Lalu Al-'Izz bin Abdis Salaam menyebutkan dalil akan hal ini, yaitu bahwasanya ada seseorang yang sholat sendirian lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, Adakah seseorang yang bersedekah terhadap orang ini, lalu sholat berjama'ah bersamanya?. (HR Abu Dawud 574 dan dishahihkan oleh Al-Akbani). Lalu ada seseorang yang sholat bersama orang tersebut. Dan Nabi tidak menjadikan amalan ini sebagai suatu bentuk riyaa' atau kesyirikan (Lihat Qowaa'idul Ahkaam 1/213).

Dalil lain yang menunjukkan akan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Sungguh aku hendak sholat dan aku ingin memperpanjang sholatku, lalu aku mendengar tangisan anak kecil, maka akupun meringankan/mempercepat sholatku kawatir memberatkan ibunya" (HR Abu Dawud no 755 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Dari Abu Qilabah ia berkata, "Malik bin Al-Huwairits radhiallahu 'anhu datang di masjid kami ini, lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku akan sholat mengimami kalian, dan sebenarnya aku tidak ingin sholat, aku sholat sebagaimana aku melihat Nabi shlallallalhu 'alaihi wa sallam sholat" (HR Al-Bukhari no 677).

Al-Hafiz Ibnu Hajr berkata, "Malik bin al-Huwaits memandang bahwa mengajari tata cara sholat dengan praktek lebih jelas dari pada dengan perkataan. Ini dalil akan bolehnya hal ini, dan hal ini tidak termasuk dalam bab kesyirikan dalam ibadah" (Fathul Baari 2/163)

(2) Tujuan-tujuan tersebut berkaitan dengan dunia, akan tetapi diperbolehkan dalam syari'at berdasarkan dalil-dalil yang ada. Seperti seseorang yang bersilaturahmi selain ingin memperoleh pahala dari Allah ia juga ingin diperpanjang umurnya dan ditambah rizkinya. Atau seseorang yang bersedekah selain karena berharap pahala akhirat ia juga ingin sedekah tersebut sebagai sebab kesembuhan penyakit salah satu anggota keluarganya. Maka dzohir dalil-dalil tersebut menunjukkan bahwa niat-niat keduniaan seperti ini tidak mengurangi kesempurnaan pahala ibadahnya. Karena tidak mungkin Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memotivasi untuk beribadah dengan ganjaran dunia yang bisa mengurangi kesempurnaan pahala akhirat. Nabilah yang memotivasi untuk memperpanjang umur dan lapangnya rizki dengan bersilaturahmi.

(3) Tujuan-tujuan tersebut berkaitan dengan dunia, akan tetapi tidak ada nash/dalil khusus yang menjelaskan akan kebolehannya. Contoh tidak ada dalil bahwasanya jika seseorang menjadi imam masjid lantas akan dilapangkan rizkinya, atau seseorang yang berdakwah akan ditambah rizkinya. Maka kondisi orang yang seperti ini ada dua model:

* Perkara dunia yang menjadi tujuannya ternyata ia tujukan untuk amalan akhirat. Contohnya seseorang yang menjadi imam dengan niat untuk memperoleh upah imam, lantas ia niatkan upah tersebut untuk menjalankan amal sholeh, seperti untuk berbakti kepada kedua orangtuanya, atau agar bisa bersedekah pada fakir miskin, dsb. Maka dzohirnya ia sama dengan model yang (1) di atas, yang memiliki tujuan ganda tapi seluruhnya merupakan tujuan akhirat. Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Yang mustahab/disunnahkan adalah seseorang mengambil (upah) untuk bisa berhaji, bukan berhaji untuk mengambil upah. Hal ini berlaku bagi seluruh upah yang diambil dari amal sholeh. Barang siapa yang mencari rizki (mengambil upah) agar bisa belajar atau agar bisa mengajar atau untuk berjihad maka baik. Sebagaimana datang dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda :
"Permisalan orang-orang yang berperang (berjihad) dari umatku dan mengambil upah mereka (gonimah dan lain-lain -pen) seperti ibunya nabi Muasa yang menyusui anaknya lalu mengambil upahnya" (Dilemahkan oleh Syaikh Al-Albani)

Nabi menyamakan mereka (para mujahid) dengan seseorang yang melakukan suatu pekerjaan karena suka dengan pekerjaan tersebut, sebagaimana ibunya Musa yang menyusui Nabi Musa. Hal ini berbeda dengan wanita penyusu sewaan… Adapun orang yang berbuat dalam bentuk amal sholeh agar bisa memperoleh rizki maka ini termasuk amalan dunia.
Maka berbeda antara seseorang yang agama merupakan tujuannya dan dunia hanyalah wasilah/perantara dengan seseorang yang dunia merupakan tujuan sedangkan agama adalah wasilah/perantaranya. Orang yang seperti ini dzohirnya ia tidak akan memperoleh bagian di akhirat" (Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyyah 26/19-20)

* Perkara dunia yang menjadi tujuannya adalah tidak ia kaitkan dengan tujuan akhirat. Seperti contohnya ia hanya ingin memperoleh upah imam dalam rangka tujuan-tujuan duniawi murni, maka inilah yang mengurangi kesempurnaan pahala akhirat dan ibadah yang ia lakukan.

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 25-10-1433 H / 12 September 2012 M

Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Read More..

Berjalan Menuju Langit

Sudahkah anda bahagia? Apakah mempunyai banyak harta, mobil mewah, rumah megah, dan hotel berbintang bisa menjamin seseorang hidup tenang dan bahagia? Tergantung. Jika orang itu mampu mampu mengendalikan hatinya agar tidak tergantung pada materi keduniaan, maka ia akan bisa bahagia. Jika sebaliknya, jiwa selalu terasa tidak tenang. Harta menjadi hantu yang membuntuti pikiran dimanapun orang itu berada.****

Tidak cuma itu. Baik dan buruknya peringai seseorang juga sangat menentukan ketentraman hidup. Memang tidak mudah menjadi orang baik; tidak mudah menjadi orang sabar, pemurah, jujur dan penuh disiplin. Namun, jika sungguh-sungguh menginginkan jalan yang benar, pilihlah jalan yang dapat menuntun ke arah kehidupan yang lebih baik. Kuncinya ada pada pengendalian diri.****

Untuk menjadi orang baik dan bisahidup bahagia, kita harus melakukan penyucian diri karena orang baik itu didasarkan pada pribadi yang suci.****

Tujuan utama penyucian diri agar kita mampu mengendalikan diri. Sedangkan muara akhirnya yaitu agar hidup terasa bahagia. Orang bahagia itu adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan itu fondasinya adalah diri yang suci.****

Untuk menjadi pribadi yang suci, mula-mula harus ada tekad kuat untuk menjadi orang baik, dengan cara melepaskan diri dari mempertahankan harga diri dan melepaskan diri dari keterikatan materi dunia (uang). Kesukaran hidup hanya berpangkal pada dua hal itu. Esensi harga diri adalah kesombongan. Harga diri membuat orang menjadi gengsi, tidak mau direndahkan. Sedangkan uang esensinya adalah terlihat manakala orang berani
melanggar aturan demi uang. Dua hal itu sangat sulit kita jauhi terkecuali jika kita menyucikan diri.****

Tahap pertama dalam perjalanan menuju tuhan adalah tekad yang kuat yang berarti pernyataan iman yang kokoh, dimulai dari menyehatkan hati yang sakit menjadi hati yang sehat (qalbun salim). Tekad tersebut harus ditanam kuat-kuat agar bisa lepas dari keterikatan harga diri dan uang tadi. Tekad ini disimbolkan dengan syahadat dan inilah maqam pertama.

Harga diri tadi sebenarnya adalah disebabkan oleh sifat sombong atau angkuh. Kesombongan itu bisa dilebur dengan mendirikan shalat dengan benar. Jika sudah demikian, seseorang tidak akan merasa dihina oleh orang lain, ia hanya merasa hina jika melanggar aturan Tuhan. Walhasil, dihina dan dipuji orang rasanya sama. Inilah maqam kedua.

Lalu untuk menghapus sifat angkuh dalam diri, maka seorang muslim dianjurkan untuk berinfaq dan wajib membayar zakat. Terdapat tingkatan dalam memberi, mulai dari memberi dengan terpaksa, dengan riya’ akhirnya dengan senang hati. Jika sudah demikian, seseorang diharapkan mampu mencapai derajat tertinggi dari berinfaq dan zakat itu. Inilah maqam ketiga. ****

Terakhir, puasa dan haji. Puasa adalah ibadah vertikal tapi hikmhya kita dapat merasakan manisnya berpuasa baik secara vertikal maupun horizontal. Dengan puasa, kita akan lebih mampu menghayati penderitaan orang lapar dan susah. Sedangkan dalam ibadah haji, terdapat wukuf di arafah. Disana pelaku haji dituntut untuk memaknai ritual tersebut sehingga pada akhirnya menyadari siapa Tuhannya dan siapa dirinya itu. Jika nilai-nilai dari dua ibadah ini dihayati, maka akan berbuah kesadaran diri yang dalam ibadah haji seringkali disebut “Haji Mabrur”. ****

Disini kita memahami makna lima pilar rukun Islam secara mendalam. Makna yang terkandung dari syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Dengan mengamalkan tarekat Kebahagiaan Lewat Rukun Islam diharapkan mampu melepaskan diri dari belenggu materi duniawi sehingga membuahkan ketenangan dan kebahagiaan.****

Read More..

Wednesday, September 5, 2012

Bukti Teknologi Tinggi Peradaban Sulaiman

Ada satu pertanyaan yang mungkin beredar di sekitar kita : Bagaimanakah peradaban masa lalu ? Apakah peradaban di masa lalu terlalu primitif dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan peradaban sekarang yang begitu maju teknologinya ?

Jangan-jangan peradaban dulu jauh lebih maju? kemudian mundur dan kemudian umat manusia secara perlahan-lahan membangun kembali peradaban yang hancur tersebut !

Kali ini saya mencoba memaparkan beberapa fakta menarik tentang peradaban jaman dahulu, tepatnya jaman Sulaiman.

1. Peninggalan Sejarah

Saya tidak akan membahas ini secara dalam. Seperti kita tahu, begitu banyak peninggalan sejarah yang begitu banyak meninggalkan misteri karena begitu menakjubkannya.
Sebagai contoh : Piramida di Mesir, Candi Boroboudur, Bangunan Suku Maya di Amerika Selatan, Kota Atlantik, Mesjid Sulaiman di Palestina dll. Semua peninggalan tersebut merupakan saksi bahwa perdaban di zaman dulu begitu majunya sehingga menghasilkan bangunan yang demikian hebat.
Tidak hanya itu saja, dalam bukunya “A New Kind of Science”, Stephen Wolvram menunjukkan bahwa setiap hiasan yang terdapat pada bangunan-bangunan tersebut memiliki pola-pola tertentu yang ternyata merupakan konsep yang sangat fundamental dalam sains, yaitu cellular automata.

2. Isyarat dari Kitab Suci Al-Qur’an

Menarik sekali kalau kita memikirkan cerita tentang Nabi Sulaiman di dalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa teknologi luar biasa yang sudah pernah dicapai dalam masa Nabi Sulaiman :

a. Teknologi Teleportasi (pemindahan barang jarak jauh)

Pada ayat 38 s/d 40 di surat Al-Naml, disebutkan :


38. “Berkata Sulaiman : “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya (ratu bilqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang yang berserah diri.”

39. “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin :” Aku akan datang kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu ; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”

40. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari buku-buku : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut itu terletak di hadapannya, iapun berkata :” Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmatNya. Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan baransiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Mulia.”

Mari kita analisa ketiga ayat tersebut. Pada ayat ke 38 Nabi Sulaiman membuat pengumuman kepada para pejabat-pejabat ketika itu, apakah ada diantara para pejabatnya yang dapat memindahkan Singgasana Ratu Bilqis yang akan datang ke tempat Nabi Sulaiman sebelum ratu tersebut datang ke tempat Nabi Sulaiman.

Kemudian yang pertama menanggapi tender tersebut adalah seorang/seekor jin yang paling jenius diantara para jin ketika itu dan beliau berjanji dapat memindahkan singgasana tersebut dalam durasi waktu antara Nabi Sulaiman duduk dan sesaat ketika beliau bangun dari tempat duduknya.

Pada ayat ke 40, terdapat seorang yang berilmu yang hidup diantara buku-buku, yang berkata beliau dapat memindahakan singgasana tersebut dengan durasi waktu hanya antara kedipan mata.

Dan yang perlu dicatat, bahwa yang dipindahkan adalah benar-benar barang, bukannya bayangan/audio visual seperti telepon atau gambar televisi pada masa sekarang. Bayangkan kehebatannya...

Bagaimana dengan keadaan kita sekarang ? Kemajuan teknologi yang kita hadapi sekarang, manusia baru mampu menghadirkan sebatas bayangan/sinyal/gelombang audio visual yang merupakan terjemahan dari informasi. Jika ada siaran langsung olah raga diluar negeri, kita baru dapat menyaksikannya secara langsung dari TV, Internet & radio, belum lebih dari itu.


b. Kemampuan Terbang dan Piring Terbang

Salah satu keistimewaan Nabi Sulaiman AS adalah bisa menguasai angin untuk perjalanan alias terbang.

Seperti petunjuk dalam Al Qur’an:

"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)". (Surat As Saba’ : 34)

Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya. QS Shaad (38:36).

Tentu kita akan bertanya, dengan apa Nabi Sulaiman terbang?
Berdasar hasil logis perhitungan tersebut dapat diduga bahwa ada suatu wahana yang diciptakan oleh anak buah Nabi Sulaiman yang terdiri dari jin dan syetan. Wahana tersebut bisa saja berupa pesawat terbang canggih karena pada jaman itu teknologi sudah sangat maju.

Disebutkan dalam Al Qur’an Al Anbiyaa’ (21: 81-82):

81. Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.

82. Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu.

Kemudian pada ayat lain dijelaskan:

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku/sumbu). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
QS Saba’ (34:13)

Kata "piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku/sumbu)", ini bisa diartikan luas, bisa berarti pada masa itu telah diciptakan kendaraan berbentuk piring dengan sumbu atau api dibawahnya (sebagai penggeraknya).

3 . Semaju apakah jaman Nabi Sulaiman itu?

Kebesaran dan kemajuan jaman Nabi Sulaiman tidak akan dapat disamai oleh generasi berikutnya. Hal itu tercantum dalam doa Nabi Sulaiman seperti yang tercantum pada Al Qur’an Surat Shaad (38:35):

Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.

Read More..

Bangsa-bangsa yang dihancurkan Allah

Yordania, sebuah negeri kerajaan di sebelah utara Arab Saudi. Di sana ada sebuah daerah bernama Lembah Rum atau Lembah Petra yang menyimpan peninggalan purbakala nan mempesona.

Di lembah itu Anda dapat menemukan bangunan-bangunan indah dan besar seperti istana kekaisaran Romawi. Keindahan dan kekokohan bangunannya memang bisa membuat Anda berdecak kagum. Tapi yang lebih mengagumkan dan akan membuat Anda geleng-geleng kepala, ternyata bangunan itu dibuat dengan cara memahat bukit-bukit batu cadas. Orang modern sekarang ini pun belum tentu dapat membuat bangunan seperti yang mereka buat. Siapakah mereka yang membuat bangunan menakjubkan itu?

Kaum Tsamud

Para pembuatnya adalah kaum Tsamud, ummat Nabi Shalih, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran: Dan kepada kaum Tsamud (Kami telah mengutus) saudara mereka, Shalih. Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Ilah bagi kalian selain-Nya... Kalian dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kalian pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (Surat Al-A’raaf ayat 73-74).

Pada ayat lain mereka disebut Ashabul-Hijri (penduduk kota Al-Hijr): Dan sesungguhnya penduduk (kota) Al-Hijr telah mendustakan para rasul, dan Kami telah mendatangkan kepada mereka (tanda-tanda) kekuasaan Kami, tetapi mereka selalu berpaling darinya. Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung batu (yang didiami) dengan aman. (Surat Al-Hijr ayat 80-82).

Kaum Tsamud adalah kaum yang mengingkari ajaran Nabi Shalih, bahkan mereka menyembelih unta betina yang merupakan mu’jizat Nabi Shalih, lalu menantang kedatangan adzab buat mereka.

Tantangan itu dijawab Allah dengan menimpakan benca gempa atas mereka. “Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (Surat Al-A’raaf ayat 78).

Pada ayat lain dikatakan, Allah juga mengirimkan bencana petir yang dahsyat: Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir adzab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Surat Fushilat ayat 17)

Demikian dahsyatnya bencana yang Allah timpakan itu sehingga tiada seorang pun kaum Tsamud yang tersisa. Mereka punah: Dan kaum Tsamud, maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup). (Surat An-Najm ayat 51). Sehingga, kata Allah dalam Al-Quran, seolah-olah kaum Tsamud tidak pernah ada di muka bumi ini: Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. (Surat Huud ayat 68)

Yang menakjubkan, meski petir yang Allah kirim itu memusnahkan seluruh kaum Tsamud namun bangunan hasil karya mereka tetap dibiarkan utuh oleh-Nya. Maksudnya tak lain agar menjadi bukti bagi kita, kaum yang hidup sesudahnya, tentang keberadaan suatu kaum ahli bangunan yang telah Allah binasakan karena kekafiran mereka. “Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka...” (Surat Al-Ankabut ayat 38)

Kalau kita telaah isi Al-Quran ternyata tidak cuma kaum Tsamud yang punah dari muka bumi ini. Ada sejumlah kaum lain yang juga telah Allah binasakan, sebagaimana Dia jelaskan pada Surat At-Taubah ayat 70: “Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, `Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”

Bahkan di samping itu masih banyak lagi kaum atau bangsa yang telah Allah binasakan, meski tidak disebut namanya secara eskplisit dalam Al-Quran. “Dan (Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.” (Surat Al-Furqaan ayat 38)

Kaum Nabi Nuh

Kaum atau bangsa pertama yang dibinasakan secara massal oleh Allah adalah kaum Nabi Nuh. Allah memusnahkan mereka dengan mendatangkan banjir besar yang menenggelamkan mereka. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Surat Al-A’raaf ayat 64).

Menurut Perjanjian Lama, kitab suci orang Yahudi dan Nasrani yang sudah tidak asli itu, banjir zaman Nabi Nuh itu melanda seluruh dunia: Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah menciptakan manusia di bumi, dan ini menyedihkan hati-Nya. Dan Tuhan berkata, “Aku akan membinasakah manusia yang telah Kuciptakan dari permukaan bumi, kedua jenis yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di udara, yang mereka telah mengecewakan-Ku yang telah menciptakan mereka. Akan tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan. (Kejadian, 6: 5-8).

Namun menurut penyelidikan para ahli, banjir yang terjadi saat itu tidak melanda seluruh dunia, melainkan hanya terjadi di daerah Mesopotamia (kini termasuk wilayah Iraq), khususnya di daerah lembah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris. Namun karena lembah itu demikian luasnya sehingga ketika terjadi hujan super lebat berhari-hari, meluaplah kedua sungai itu lalu airnya menenggelamkan lembah di antara dua sungai tersebut. Demikian banyak airnya sehingga lembah itu berubah seperti laut lalu menenggelamkan seluruh ummat Nabi Nuh yang ingkar di lembah itu.

Pada tahun 1922 sampai 1934 Leonard Woolley dari The British Museum dan University of Pensylvania mempimpin sebuah penggalian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dengan Teluk Persia. Di tempat yang diperkirakan dulunya pernah berdiri sebuah kota bernama Ur, mereka melakukan penggalian.

Dari permukaan tanah hingga lima meter ke bawah terdapat sebuah lapisan tanah yang berisi berbagai benda yang terbuat dari perunggu dan perak. Ini benda-benda peninggalan bangsa Sumeria yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Mereka bangsa yang telah dapat membuat benda dari logam.

Di bawah lapisan pertama itu mereka menemukan sebuah lapisan kedua berisi deposit pasir dan tanah liat setebal 2,5 meter. Pada lapisan itu masih terdapat sisa-sisa hewan laut berukuran kecil.

Yang mengejutkan, di bawah lapisan pasir dan tanah liat itu terdapat lapisan ketiga berisi benda-benda rumahtangga yang terbuat dari tembikar. Tembikar itu dibuat oleh tangan manusia. Tidak ditemukan benda logam satu pun di lapisan itu. Diperkirakan benda-benda peninggalan masyarakat Sumeria kuno yang hidup di Zaman Batu.

Diperkirakan oleh para ahli, lapisan kedua itu adalah endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir itu telah menenggelamkan masyarakat Sumeria kuno —yang kemungkinan besar mereka adalah kaum Nabi Nuh— lalu lumpur yang terbawa banjir itu menimbun sisa perabadan masyarakat tersebut. Berabad-abad, atau puluhan abad kemudian setelah banjir berlalu, barulah hadir kembali masyarakat baru di atas lapisan kedua itu, yakni masyarakat Sumeria ‘baru’ yang peradabannya jauh lebih maju daripada masyarakat Zaman Batu yang tertimbun lumpur itu.

Penyelidikan arkeologis di beberapa tempat mendapatkan keterangan, banjir melanda daerah yang memang sangat luas, yakni membentang 600 km dari utara ke selatan dan 160 km dari barat ke timur. Banjir itu telah menenggelamkan sedikitnya empat kota masyarakat Sumeria kuno, yakni Ur, Erech, Shuruppak dan Kish.

Terbukti, banjir itu tidak melanda seluruh dunia, tetapi hanya melanda wilayah yang didiami ummat Nabi Nuh. Daerah lain yang bukan wilayah ummat Nabi Nuh tidak terlanda banjir. Hasil penyelidikan para arkeolog tersebut dengan firman Allah dalam Al-Quran, bahwa Ia hanya membinasakan masyarakat suatu negeri yang telah diutus seorang Rasul kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya. Negeri lain tidak. “ Dan tidaklah Rabbmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman. (Surat Al-Qashash ayat59)

Dalam Al-Quran diriwayatkan, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengangkut masing-masing hewan sepasang (jantan dan betina) ke dalam bahteranya: Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: ”Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Surat Hud ayat 40).

Pertanyaan yang mungkin muncul, apakah seluruh hewan di muka bumi ini dinaikkan ke perahu Nabi Nuh? Para ahli kitab dari kalangan Kristen menafsirkan, seluruh hewan yang ada di muka bumi, masing-masing sepasang, dinaikkan ke perahu Nabi Nuh. Sebab, seperti dikatakan di awal, dalam kitab mereka dikatakan banjir terjadi secara global. Jadi yang harus diselamatkan pun harus seluruh spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.

Penafsiran seperti itu jelas membingungkan mereka sendiri. Pertama, pengikut Nabi Nuh sangat sedikit —karena kebanyakan mereka ingkar. Dengan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat rendah serta personil mereka yang sangat sedikit, bagaimana caranya mereka mengumpulkan ribuan atau ratusan ribu spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini?

Berarti harus ada pengikut Nabi Nuh yang dikirim ke berbagai penjuru dunia, lalu membawa pulang ribuan spesies yang mereka temui dengan bahtera yang sangat besar. Ada pengikut Nabi Nuh yang dengan sebuah bahtera besar dikirim kutub utara dan selatan untuk membawa sepasang beruang kutub, sepasang burung pelikan, sepasang anjing laut dan berbagai hewan kutub lainnya, lalu semua itu dibawa pulang negeri mereka.

Juga harus ada satu ekspedisi bahtera yang dikirim ke benua Amerika untuk membawa sepasang bison, sepasang harimau, sepasang beruang, sepasang ular anaconda, sepasang lintah, sepasang ikan piranha, sepasang sapi, sepasang cheetah, sepasan kambing, sepasang burung nasar, sepasang serigala, sepasang kutu anjing, serta sepasang ribuan spesies hewan lainnya dari benua itu.

Berapa tahun yang mereka butuhkan untuk dapat mengumpulkan semua hewan itu? Berapa banyak makanan hewan yang harus mereka siapkan? Bagaimana mereka bisa membedakan kutu jantan dan kutu betina? Ada berapa ribu kandang yang harus mereka siapkan di bahtera agar para hewan itu tidak saling memangsa?

Setelah sekian bahtera itu kembali pulang, ribuan atau ratusan ribu spesies hewan dari seluruh penjuru dunia itu dimasukkan ke dalam satu bahtera Nabi Nuh. Bagaimana ratusan ribu spesies dari berbagai penjuru dunia bisa bertahan hidup terpisah dengan habitat alamiahnya hingga banjir surut? Apakah sementara itu siklus rantai makanan berhenti berputar? Tidak mungkin!

Berbagai pertanyaan itu tidak akan dapat dijawab dengan logis oleh mereka yang mendukung tafsiran banjir global pada zaman Nabi Nuh.

Adapun Al-Quran tidak menyebut banjir masa Nabi Nuh melanda seluruh dunia. Sebagaimana dijelaskan pada berbagai ayat Al-Quran, adzab Allah hanya ditimpakan kepada kaum yang zhalim yang mendustakan ajaran nabinya, tidak kepada kaum lain. Jadi adzabnya pun hanya bersifat lokal atau regional.

Karenanya hewan yang diangkut Nabi Nuh pun tidak berasal dari seluruh dunia, melainkan hanya hewan yang terdapat di wilayah itu, khususnya hewan yang biasa dipelihara dan diternakkan manusia, seperti sapi, kambing, kuda, unggas, unta dan sejenisnya. Hewan-hewan itulah yang dibutuhkan Nabi Nuh dan pengikutnya untuk menyangga kehidupan baru mereka pasca banjir besar.


Harun Yahya


Read More..