Sunday, March 17, 2013

Kisah Ulama Yang Bergelut di Parlemen Demokrasi

Aku tidak pernah menyangka bahwa apa yang telah ditetapkan Allah di dalam kitab Nya dan melalui lidah Rasul Nya memerlukan persetujuan dari hamba hamba Allah. Akan tetapi aku terkejut ketika firman Allah SWT Rabb yang maha tinggi itu akan tetap berada dalam mushaf- yang mempunyai kesucian di dalam hati kita – sampai ia mendapat persetujuan dari hamba hamba Allah di parlemen untuk menjadi sebuah undang undang. Dan apabila keputusan hamba hamba Allah di parlemen itu berbeda dengan hukum Allah di dalam Al Quran, maka keputusan hamba hamba Allah lah yang dijadikan undang undang yang berlaku, meskipun undang undang tersebut bertentangan dengan Al Quran dan As Sunnah…

Kata kata tersebut adalah kesimpulan dari salah seorang ulama Islam setelah menjadi wakil rakyat di parlemen. Ulama tersebut sebelumnya memandang perlu untuk berbicara di mimbar mimbar dan menulis di berbagai surat kabar. Setelah lama ia bergelut dengan cara seperti itu, dia semakin bertambah yakin dengan manfaatnya, akan tetapi dia merasa dengan begitu saja tidak cukup untuk mengadakan perubahan di dalam masyarakat dan pemerintahan. Maka, dia pun mendaftarkan diri untuk menjadi anggota parlemen dalam rangka mencari cara baru untuk menegakkan kalimatullah dengan melaksanakan syariat Islam, untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan, untuk membebaskan mereka dari kebatilan, dan untuk mengembalikan mereka ke dalam pangkuan Islam.

Maka, ulama tersebut sukses menjadi anggota parlemen dengan motto,” Berikan suaramu kepadaku supaya aku perbaiki dunia dengan din.” Manusia pun memberikan suara mereka kepadanya karena percaya kepadanya, meskipun terjadi berbagai penyimpangan, dia terus menjadi anggota wakil rakyat selama dua periode berturut turut…

Apa yang dia simpulkan setelah lamanya bergelut di parlemen ? “Islam tidak dipandang perlu dalam sistem demokrasi parlemen ini !!!

Maka hati ulama ini menjadi membara , dan ulama yang menjadi wakil rakyat itu mempersiapkan kata kata yang membekas dan berdiri di podium dan mengatakan kepada seluruh anggota parlemen :

“Wahai para wakil rakyat yang ku hormati, aku bukanlah penyembah jabatan dan aku bukan orang yang tamak dengan kursi semata. Dahulu motto yang aku gunakan untuk orang orang di daerah pemilihanku adalah : Berikan suaramu kepadaku supaya kami memperbaiki dunia dengan Din. Dahulu aku mengira bahwa cukup untuk merealisasikan tujuan tersebut dengan cara mengajukan berbagai rancangan undang undang Islam, namun ternyata majelis ini menunjukkan kepadaku bahwa majelis ini tidak memberikan hak hukum kepada Allah, kecuali harus melalui hawa nafsu partai kalian , dan partai partai kalian tidak mungkin untuk membiarkan KalimatuLLah tinggi…

Sungguh aku telah mendapatkan jalanku berjuang bersama kalian telah buntu, oleh karena itu , aku nyatakan pengunduran diriku dari parlemen, tanpa sedikitpun menyayangkan sedikitpun status keanggotaanku hilang dalam parlemen.

Ulama yang pernah menjadi wakil rakyat itu pun pulang ke rumahnya, dia meninggalkan parlemen, kemudia ia meninggalkan seluruh dunia ini beberapa tahun kemudian ia pergi dipanggil Allah SWT….sedangkan parlemen? hingga saat ini tetap menetapkan, membuat, dan menjalankan hukum selain hukum yang diturunkan Allah…

Jadikanlah sebagai pelajaran, wahai orang orang yang mempunyai akal….

Makalah Dr Ahmad Ibrahim Khidhir – Al Bayan – Al Muntada


Read More..

Kisah Uang Pensiun Yang Tidak Segera Habis…

Cerita ini saya adopsi dari pengalaman salah satu nasabah Gerai Dinar. Tahun 2008 ketika dia berusia 65 tahun sudah merasa sangat lelah dengan pekerjaannya, dia ingin istirahat tidak lagi bekerja namun juga tidak ingin menjadi beban orang lain. Pada saat yang bersamaan dia ingin tabungannya mampu melawan inflasi sehingga dapat menopang kebutuhan hidupnya sampai akhir hayat. Yang dia lakukan ini bisa menjadi contoh bagi para pensiunan lainnya.

Pada pertengahan Oktober 2008 ketika harga Dinar berada di Rp 1,197,000 dia mengkonversi sebagian tabungan dan dana pensiunnya menjadi 1,000 Dinar atau setara Rp 1,197,000,000 saat itu. Sebagian yang lain dia pertahankan dalam Rupiah dan Dollar karena akan dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan jangka pendek lainnya.

Uang tabungan dan dana pensiun yang tidak dikonversikan ke Dinar habis untuk mencukupi kebutuhannya selama tiga tahun kemudian yaitu sampai September 2011. Selama tiga tahun tersebut Dinar belum digunakan tetapi juga hanya bertambah sedikit saja yaitu menjadi 1,010 Dinar, bila dikonversikan menjadi Rupiah pada September 2011 Dinar tersebut telah menjadi Rp 2,248,000,000,- atau mengalami kenaikan sekitar 88% dalam tiga tahun.

Untuk mempertahankan standar kehidupannya, beliau ini kemudian sejak Oktober 2011 menjual 10 Dinar per bulan untuk membiayai kehidupan sehari-harinya. Berikut adalah analisa pembandingnya seandainya pada Oktober 2008 tersebut beliau memutuskan untuk semua uangnya di deposito-kan (tidak membeli 1000 Dinar).

Dengan tingkat bagi hasil rata-rata deposito 6 % per tahun, bila dibelanjakan dengan standar kwalitas kehidupan yang tetap – setara 10 Dinar per bulan, maka tabungan beliau bila ditaruh di deposito akan habis pada bulan April 2016 atau ketika beliau baru berusia sekitar 73 tahun.

Dengan Dinar yang mampu melawan inflasi, tabungan Dinar beliau insyaallah akan cukup mempertahankan kwalitas kehidupan dengan 10 Dinar per bulan sampai bulan Februari 2020 atau sampai usia beliau 77 tahun. Dengan dana pensiun berbasis Dinar ini beliau tidak perlu mencemaskan efek inflasi karena hasil penjualan 10 Dinar tersebut akan menyesuaikan atau bahkan mengungguli angka inflasi.

Bila trend kenaikan harga Dinar tahun-tahun mendatang mengikuti trend kenaikan yang sama di kisaran 1.5 % per bulan selama 4 tahun terakhir, nilai 10 Dinar per bulan yang sekarang sekitar Rp 22,000,000 akan menjadi skitar Rp 85,000,000 pada saat dana pensiun tersebut habis di bulan Februari 2020.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah dana pensiun yang tidak segera habis tersebut. Pertama dengan pengelolaan berbasis Dinar yang kebal inflasi bahkan mampu mengunggulinya, para pensiunan akan mampu menjaga kwalitas kehidupannya untuk waktu yang lebih lama – ketimbang dana pensiun yang hanya di depositokan.

Kedua, meskipun dalam Dinarnya tetap - para pensiunan bisa menaikkan uang pensiunnya (dalam Rupiah) secara otomatis melawan inflasi. Pensiun dengan 10 Dinar per bulan (Rp 22,000,000) sekarang cukup – delapan tahun lagi 10 Dinar per bulan (Rp 85,000,000) insyaAllah juga tetap cukup. Itulah yang saya sebut uang pensiun yang tidak segera habis itu ! InsyaAllah./Oleh : Muhaimin Iqbal


Read More..

Pesan Rasulullah Untuk Muslimah

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda. : “Barang siapa beriman kepada Allah SWT. dan Hari Akhir, hendaklah ia tidak menganggu tetangganya. Jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau berusaha untuk meluruskannya, tulang itu akan patah. Jika engkau membiarkannya, tulang itu tetap bengkok. Oleh karena itu, jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan baik.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Perempuan, Muslimah atau biasa disebut kaum Hawa. Begitu istimewa hingga menjadi nama dalam salah satu surat di Al-Quranul Kariim. Begitu banyak kelebihan juga kekurangan, perempuan yang juga disebut-sebut sebagai ahli neraka paling banyak. Na’udzubillah.

Dalam hadits diatas menyoroti kelemahan alamiah perempuan. Dalam dirinya ada kebengkokan naluriah yang tidak bisa diluruskan oleh siapapun. Namun demikian tuntutan kebijaksanaan Allah Swt., sebagaimana termasuk kebijaksanaanNya. Dia menjadikan laki-laki memiliki kemampuan untuk memelihara hal ini dengan membawanya pada pergaulan yang baik.

Imam Al-ghazali seperti dikutip dalam Al-lu’lu’ wal marjan karya Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, berkata, “Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah meperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perilaku buruk, kelambanan, dan kemarahannya untuk meneladani Rasulullah Saw. Ketahuilah bahwa ada istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataanya dan ada pula yang tidak memperdulikan beliau hingga malam. Lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan humor yang bisa menyenangkan hati.”

Berikut ini ada sepuluh wasiat Rasulullah saw. kepada putrinya Fatimah Az-Zahra. Wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya, khususnya bagi setiap istri yang mendambakan kesalehan. Wasiat tersebut adalah:

1. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diaduknya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

2. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

3. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangga-tetangganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat meminum telaga kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Wahai Fatimah! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu, maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6. Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita mengandung, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelekan.

Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para pejuang Allah. Disaat seorang wanita melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Disaat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, didalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau. Dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allah pun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.

8. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri tersenyum dihadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Wahai Fatimah! Disaat seorang istri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Wahai Fatimah! Disaat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya. Maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.

Subhanalloh, betapa bersyukurnya kita menjadi seorang perempuan. Diberikan berbagai kelebihan dan keistimewaan juga kemudahan memasuki surga. Semoga kita termasuk ke dalam golongan ahli surga dan menjadi bidadari yang dinantikan surga. Wallohu A’lam bishshowwaab. [hf/islampos/wanita sholehah]


Read More..

Antara Harun Nasution, Attaturk dan Sekularisme

EKSPOINEN neo-Mu’tazilah, Harun Nasution (1919-1998) menyatakan bahwa Mustafa Kemal Attaturk merupakan orang penting dalam pembaruan dalam tubuh Turki Utsmani. Dalam bahasa Harun, “Dalam suasana inilah muncul Mustafa Kemal, seorang pemimpin Turki baru, yang menyelematkan Kerajaan Usmani dari kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ialah pencipta Turki modern dan atas jasanya, ia mendapat gelar Attaturk (Bapak Turki).” (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 142).

Jadi, menurut Harun, Attaturk adalah pemimpin Turki baru, yang menyelamatkan Kerajaan Usmani sehingga Turki berubah menjadi “modern”. Dengan prestasi pembaruan itu lah Mustafa Kemal menjadi “Bapa Turki” Modern (Attaturk). Padahal, dalam pembaruannya – seperti juga diakui oleh Harun – Attaturk dipengaruhi oleh ide golongan “nasionalis” dan ide golongan Barat. Harun juga menambahkan dengan jujur, “Setelah perjuangan kemerdekaan selesai, demikian Mustafa Kemal, perjuangan baru dimulai, yaitu: perjuangan untuk memperoleh dan mewujudkan peradaban Barat di Turki. Peradaban Barat akan diambil bukan hanya sebahagian-sebahagian, tetapi dalam keseluruhannya.” (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 147).

Ini mirip dengan pemikir sekular asal Mesir, Thaha Husein, yang menyatakan, “Kita harus mengadopsi peradaban Barat manis dan getirnya.” (?aha ?usayn, Mustaqbal al-Tsaqafah fi Mi?r)

Sejatinya pembaruan yang diajukan oleh Attaturk, sebagaimana dicatat juga oleh Harun ketika mengutip pandangan Ahmed Agouglu dalam The Development of Secularism, adalah “sekularisasi”.

Dalam satu pidatonya, Attaturk menyampaikan bahwa di zaman yang dalamnya ilmu-pengetahuan membawa perubahan terus-menerus bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi tua lagi usang, tidak akan dapat mempertahankan wujudnya.

Masyarakat Turki harus dirobah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan. (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 148). Menyimpulkan ide pembaruan Attatur, Harun mencatat, “Westernisme, sekularisasi, dan nasionalisme itulah yang menjadi dasar pemikiran pembaharuan Mustafa Kemal.” (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 149).

Statemen Attaturk yang gandrung kepada Barat dan peradabannya dapat dilihat dalam pernyataanya berikut:

“There are a variety of countries, but there is only one civilization. In order for a nation to advance, it is necessary that it join this civilization. If our bodies are in the East, our mentality is oriented toward the West. We want to modernize our country. All our efforts are directed toward the building of a modern, therefore Western, state in Turkey. What nation is there that desires to become a part of civilization, but does not tend toward the West?” (Lihat, Alev ?inar, Modernity, Islam, and Secularism in Turkey: Bodies, Places, and Time (Minneapolis-London: University of Minnesota Press, 2005), hlm. 5).

Namun ternyata, ide pembaruan ala Barat yang dipaksakan oleh Attaturk itulah sejatinya awal-mula bencana yang menimpa Turki Usmani. Sampai akhirnya Attaturk punya andil dalam menghapuskan Kekhalifan Turki Utsmani tahun 1924. Dalam Ghirah dan Tantangan terhadap Umat Islam, Hamka menulis bahwa lafadz azan pun diubah oleh Attatur, dari Allahu Akbar menjadi Allah Buyuk. Karena, Harun juga mencatat, Mustafa Kemal melihat bahwa jabatan khalifah juga harus dihapuskan dan soal ini dibicarakan oleh Majlis Nasional Agung di bulan Februari 1924. Perdebatan berjalan sengit, tetapi akhirnya pada tanggal 3 Maret 1924, suara di Majlis memutuskan penghapusan jabatan Khalifah. Khalifah Abdul Majid diperintahkan meninggalkan Turki, dan ia bersama keluarganya pergi ke Swiss. (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 151).

Dan jangan lupa, Majlis Nasional ini adalah bentukan Mustafa Kemal bersama teman-temannya tahun 1920. Melalui gerakannya ini sekutu akhirnya mengakui bahwa Attatur dan kawan-kawan dianggap sebagai penguasa de facto dan de jure di Turki. Dan pada tanggal 23 Juli 1923 ditanda-tangani Perjanjian Lausanue, dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan internasional. (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 147).

Dalam posisi ini sejatinya Harun Nasution keliru besar jika menganggap westernisasi dan sekularisasi rakyat Turki yang dilakukan oleh Attaturk sebagai “pembaruan”. Jelas ini adalah “pembaratan” (westernisasi). Karena Harun sendiri mencatat, “Betul syariat telah dihapus pemakaiannya dan pendidikan agama dikeluarkan dari kurikulum sekolah.” (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 152).

Begitu pun, menurut Harun, Turki belum sekular “kaffah”. Anehnya, Harun malah mencatat demikian, “Mustafa Kemal sebagai rasionalis dan pengagum Barat tidak menentang Islam. Baginya Islam adalah agama yang rasional dan perlu bagi umat manusia. Tetapi agama yang rasional ini telah dirusak oleh tangan manusia. Oleh sebab itu itu ia melihat perlunya diadakan pembaharuan dalam soal agama untuk disesuaikan dengan bumi Turki.” (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 153).

Bentuknya pembaruan yang diusulkan oleh Attatur adalah: Al-Qur’an diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, khutbah Jum’at dilakukan dalam bahasa Turki, bahkan tahun 1931 azan dalam bahasa Turki resmi diberlakukan. (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 153).

Benar-benar tragis. Begitu pun ia harus tetap dianggap sebagai “pembaruan”. Bagaimana mungkin Harun menyimpulkan Attatur tidak menentang Islam. Justru Attaturk adalah antek-Barat yang takut terhadap syariat Islam, makanya dihapuskan dari bumi Turki.

Buktinya, gelombang sekularisme dan sekularisasi yang ditentang oleh golongan Islam dipatahkan oleh Attaturk. (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 153). Ini bukti jelas bahwa Attaturk membenci Islam dan syariatnya. Tapi lucunya, dengan lugunya Harun Nasution tetap membela Attaturk sembari menulis dengan entengnya, “Sekularisme Mustafa Kemal tidak menghilangkan agama Islam dari masyarakat Turki, dan Mustafa Kemal memang tidak bermaksud demikian. Yang ia maksud adalah menghilangkan kekuasaan agama dari bidang politik dan pemerintahan.” (Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, hlm. 154).

Di sini tampak jelas bahwa bukan hanya Attaturk yang setuju dengan “sekularisme” dan “sekularisasi” tetapi juga Harun Nasution. Ide ini memang yang dikagumi dan dihayati oleh kaum liberal-sekular, fa?l al-din ‘an al-dawlah (memisahkan agama dari negara). Satu ide Barat-Kristen yang sekular: yang memisahkan hak raja dan kaisar. Padahal, seperti kata Mohamad Natsir, Islam itu adalah ideologi.

Dengan tegas Natsir menyatakan, “Menegakkan Islam tidak dapat dengan membiarkan pembinaan masyarakat dan bernegara dengan cara paham lain. Oleh sebab itu, dalam masa Revolusi, umat Islam di Indonesia bukan saja dijiwai oleh aspirasi nasional melainkan juga aspirasi Islam.” Pandangan Natsir itu dapat disimak dalam tulisannya “Islam sebagai Ideologie" (Jakarta: Penyiaran Ilmu, 1951), hlm. 62).

Di mana menurutnya Islam sebagai risalah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. telah memberikan pedoman untuk menyelenggarakan pemerintahan agar negara kuat dan masyarakatnya sejahtera. Namun, Natsir menolak sistem kependetaan, sebagaimana pernah diterapkan oleh negara-negara Barat di Abad Pertengahan (di zaman Montesquieu). Dalam “Sumbangan Islam bagi Perkembangan Dunia” Natsir menyebutkan:

“Orang Islam tidak memerlukan kependetaan. Dalam Islam ada ahli-ahli agama yang disebut ulama. Mereka itu adalah guru dari pelbagai cabang ilmu agama…Fukaha dan guru-guru hukum Islam…Tetapi mereka bukanlah pendeta…Mereka tidak lebih hanyalah Imam, pemimpin shalat…Imam itu hanya suatu jabatan berdasar keperluan-keperluan praktis untuk penyelenggaraan shalat, tidak suatu jabatan resmi.” (Lihat, H. Mas’oed Abidin, Gagasan dan Gerak Dakwah Natsir (Yogyakarta: Gre Publishing, 2012), hlm. 98-99).

Maka wajar jika Attaturk begitu benci kepada Islam berikut syariatnya. Karena ide pembaruannya adalah “westernisasi” dan “sekularisasi”. Ini jelas ide Barat. Dan Barat dipastikan anti-Islam. Salah satunya dianut dimana-mana oleh negara jajahan Barat, yakni “nasionalisme”. Namun harus disyukuri bahwa spirit Islam kembali kepada tubuh Turki yang mati-suri itu. Bediuzzaman Said Nursi disinyalir memiliki pengaruh yang tidak kecil terhadap keberagamaan negara Turki yang menggeliat cepat hari ini. Ia bahkan diposisikan vis-à-vis sekularisme Kemalism. (Lihat, Umuat Azak, Islam and Secularism in Turkey: Kemalism, Religion and the Nation State (London-New York: I.B. Tauris, 2010).

Selain Nursi tentunya masih ada pemikir lain yang coba mengembalikan Islam ke Turki, termasuk dari sisi pemerintahan yang akhir-akhir ini banyak menyentak dunia Barat. Istilahnya: azan dan jilbab kembali ke Turki. Memang begitulah. Pembaruan tak akan harmonis dengan sekularisme. Dan pembaruan tidak serta-merta dimaknai sebagai tajdid. Konon lagi dikaitkan dengan westerniasi, sekularisasi, dan liberalisasi. Karena konsep tajdid dalam Islam bukan merusak Islam, apalagi membenci dan memberangusnya. Tajdid adalah kebutuhan umat, karena di dalamnya ada proses pengembalian umat kepada Islam, agar meraka kembali menghayati Islam. Dan tajdid tidak membenci al-Qur’an, karena pelakunya adalah manusia-manusia yang dekat dengan wa?yu. Makanya tajdid diakui Nabi.

Di sini tampak bahwa ide-ide pembaruan hari ini asalnya adalah Barat, karena isinya adalah: sekularisme. Dan sekularisme tidak lahir dari Islam, jelas tidak akan pernah diakui apalagi ditiru dan digugu. Seperti kata Olivier Roy, Secularism Confronts Islam (New York: Columbia University Press, 1893). Wallahu al-hadi ila sabil al-rasyad!


Penulis adalah guru ngaji di Pondok Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatera Utara dan pengurus Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Sumatera Utara

Read More..