Thursday, February 2, 2012

Pernikahan beda agama dalam ISLAM

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, kali ini digital library membahas tentang Hukum Pernikahan Beda Agama Dalam Islam , ?????????????????

Didalam kehidupan kita saat ini pernikahan antara dua orang yang se-agama merupakan hal yang biasa dan memang itu yang dianjurkan dalam agama kita. Tetapi dengan mengatasnamakan cinta, saat ini lazim (namun belum tentu diperbolehkan agama) dilakukan pernikahan beda agama atau nikah campur. Hal ini sebenarnya sudah diatur dengan secara baik di dalam agama kita, agama Islam.
Secara umum pernikahan lintas agama dalam Islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pernikahan antara pria muslim dengan wanita non-muslim
2. Pernikahan antara pria non-muslim dengan wanita muslimah
Namun sebelum kita membahas tentang pernikahan tersebut diatas, sebaiknya kita perlu mengetahui tentang pengertian non-muslim di dalam Islam. Golongan non-muslim sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

Golongan Orang Musyrik
Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1 halaman 282 karya As Syech Muhammad Ali As Shobuni, orang musyrik ialah orang-orang yang telah berani menyekutukan ALLAH SWT dengan mahluk-NYA (penyembah patung, berhala atau semacamnya).
Beberapa contoh golongan orang musyrik antara lain Majusi yang menyembah api atau matahari, Shabi’in, Musyrikin, dan beberapa agama di Indonesia yang menyembah patung, berhala atau sejenisnya

Golongan Ahli Kitab
Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1 halaman As Syech Muhammad Ali As Shobuni, Ahli Kitab adalah mereka yang berpegang teguh pada Kitab Taurat yaitu agama Nabi Musa As. atau mereka yanga berpegang teguh pada Kitab Injil yaitu agama Nabi Isa As. Atau banyak pula yang menyebut sebagai agama samawi atau agama yang diturunkan langsung dari langit yaitu Yahudi dan Nasrani.
Mengenai istilah Ahli Kitab ini, terdapat perbedaan pendapat diantara kalangan Ulama’. Sebagian Ulama’ berpendapat bahwa mereka semua kaum Nasrani termasuk yang tinggal di Indonesia ialah termasuk Ahli Kitab. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Ahli Kitab ialah mereka yang nasabnya (menurut silsilah sejak nenek moyangnya dahulu) ketika diturunkan sudah memeluk agama Nasrani. Jadi kaum Nasrani di Indonesia, berdasarkan pendapat sebagian Ulama’ tidak termasuk Ahli Kitab.
1. Pernikahan Antara Pria Muslim Dengan Wanita Non-Muslim
Didalam Islam, pernikahan antara antara pria muslim dengan wanita non-muslim Ahli Kitab itu, menurut pendapat sebagian Ulama’ diperbolehkan. Hal ini didasarkan pada Firman ALLAH SWT dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 5 yang artinya

“(Dan dihalalkan menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan dan dari kalangan orang-orang yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan dan dari kalangan Ahli Kitab sebelum kamu ”.
Namun ada beberapa syarat yang diajukan apabila akan melaksanakan hal tersebut, yaitu :

Jelas Nasabnya
Menurut silsilah atau menurut garis keturunannya sejak nenek moyangnya adalah Ahli Kitab, jadi seperti kesimpulan para Ulama’ di atas, sebagian besar kaum Nasrani di Indonesia bukan merupakan golongan Ahli Kitab, seperti halnya juga kaum Tionghoa yang beragama Nasrani di Indonesia.

Benar-benar Berpegang Teguh Pada Kitab Taurat dan Kitab Injil
Apabila memang apabila mereka berpegang teguh kepada Kitab Taurat dan atau Injil (yang benar-benar asli) pasti mereka pada akhirnya akan masuk Islam, karena sebenarnya pada Kitab Taurat dan Injil yang asli telah disebutkan bahwa akan datang seorang Nabi setelah Nabi Musa As dan Nabi Isa As, yaitu Nabiullah Muhammad SAW. Dan apabila mereka mengimani akan adanya Nabiullah Muhammad SAW, pasti mereka akan masuk Islam

Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga anak-anaknya kelak dari bahaya fitnah Ada beberapa Hadits Riwayat Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Sahabat Thalhah, Sahabat Hudzaifah, Sahabat Salman, Sahabat Jabir dan beberapa Sahabat lainnya, semua memperbolehkan pria muslim menikahi wanita Ahli Kitab. Sahabat Umar bin Khattab pernah berkata

“Pria Muslim diperbolehkan menikah dengan wanita Ahli Kitab dan tidak diperbolehkan pria Ahli Kitab menikah dengan wanita muslimah”.
Bahkan Sahabat Hudzaifah dan Sahabat Thalhah pernah menikah dengan wanita Ahli Kitab tetapi akhirnya wanita tersebut masuk Islam. Dengan demikian, keputusan untuk memperbolehkan menikah dengan wanita Ahli Kitab sudah merupakan Ijma’ (artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.) para Sahabat. Ulama’ besar Ibnu Al-Mundzir mengatakan bahwa jika ada Ulama’ Salaf yang mengharamkan pernikahan tersebut diatas, maka riwayat tersebut dinilai tidak Shahih
Demikian pula Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) Nomor: 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 per-tanggal 9-22 Jumadil Akhir 1426 H. / 26-29 Juli 2005 M (disini) tentang haramnya pernikahan pria muslim dengan wanita Ahli Kitab berdasarkan pertimbangan kemaslahatan. Meskipun fatwa itu diusung dengan merujuk pada beberapa dalil naqli, tetap saja menghapus kebolehan pria muslim menikah dengan wanita Ahli Kitab sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Maidah ayat 5 tersebut diatas. Dan rupanya fatwa itu dikeluarkan karena didorong oleh keinsafan akan adanya persaingan antara agama. Para Ulama’ menganggap bahwa persaingan tersebut telah mencapai titik rawan bagi kepentingan dan pertumbuhan masyarakat muslim
Namun ada pula Ulama’ yang secara tegas mengharamkan pernikahan antara pria muslim dengan wanita Ahli Kitab. Para Ulama’ ini mendasarkan pendapatnya pada Firman ALLAH Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 221 yang berarti

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang muslim itu lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman . sesungguhnya budak mukmin itu lebih baik daripada musyrik, walaupun mereka menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan ALLAH mengajak ke surga dan ampunan dengan ijinNYA. Dan ALLAH menerangkan ayat-ayatNYA (perintah-perintahNYA) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”
Dan juga Al-Quran Surat Al-Mumtahanah ayat 10 yang berarti

“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. ALLAH mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu mengembalikan mereka kepada (suami-suami) mereka orang-orang kafir. Mereka tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayarkan. Demikianlah hukum ALLAH yang ditetapkanNYA diantara kamu, dan ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Disamping itu, mereka juga berpegangan kepada perkataan Sahabat Abdullah bin Umar yang berarti

“tiada kemusyrikan yang paling besar daripada wanita yang meyakini Isa bin Maryam sebagai tuhannya”.
Dalam Kitab Al-Mughni juz 9 halaman 545 karya Imam Ibnu Qudamah, Ibnu Abbas pernah menyatakan, hukum pernikahan dalam QS. Al-Baqarah ayat 221 dan QS. Al-Mumtahanah ayat 10 diatas telah dihapus (mansukh) oleh QS. Al-Maidah ayat 5. Karenanya yang berlaku adalah hukum dibolehkannya pernikahan pria muslim dengan wanita Ahli Kitab
Sedangkan pernikahan antara pria muslim dengan wanita musyrikah, menurut kesepakatan para Ulama’ tetap diharamkan, apapun alasannya, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah

2. Pernikahan Antara Pria Non-Muslim Dengan Wanita Muslimah

Pernikahan antara wanita muslimah dengan pria non-muslim, menurut kalangan Ulama’ tetap diharamkan, baik menikah dengan pria Ahli Kitab maupun dengan seorang pria musyrik. Hal ini dikhawatirkan wanita yang telah menikah dengan pria non-muslim tidak dapat menahan godaan yang akan datang kepadanya. Seperti halnya wanita tersebut tidak dapat menolak permintaan sang suami yang mungkin bertentangang dengan syariat Islam, atau wanita itu tidak dapat menahan godaan yang datang dari lingkungan suami yang tidak seiman yang mungkin cenderung lebih dominan
Dalil naqli pernyataan tentang haramnya pernikahan seorang wanita muslimah dengan pria non-muslim adalah Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 5, yang menyatakan bahwa ALLAH SWT hanya memperbolehkan pernikahan seorang pria muslim dengan wanita Ahli Kitab, tidak sebaliknya. Seandainya pernikahan ini diperbolehkan, maka ALLAH SWT pasti akan menegaskannya di dalam Al-Quran. Karenanya , berdasarkan mahfum al-mukhalafah, secara implisit ALLAH SWT melarang pernikahan tersebut.

Dalam Kitab tafsir Al-Tabati karya Imam Ibnu Jarir At-Tabari, menuturkan Hadits Riwayat Jabir bin Abdillah bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda

“Kami (kaum muslim) menikahi wanita Ahli Kitab, tetapi mereka (pria Ahli Kitab) tidak boleh menikahi wanita kami”
Menurut Imam Ibnu Jarir At-Tabari, meskipun sanad-sanad Hadits tersebut sedikit bermasalah, maknanya telah disepakati oleh kaum muslimin, maka ke-hujjah-annya dapat dipertanggungjawabkan.

Kesimpulan

Sebenarnya pernikahan antara pria muslim dengan wanita Ahli Kitab diperbolehkan dalam Islam, tetapi karena saat ini sangat sulit sekali ditemui wanita Ahli Kitab yang benar-benar “Ahli Kitab”, maka saya dapat simpulkan bahwa pernikahan beda agama yang ada saat ini tidak dapat dikatakan sah karena hampir tidak ada wanita Ahli Kitab yang benar-benar berpegang teguh kepada Kitab Taurat dan atau Kitab Injil. Karena kedua Kitab suci tersebut yang ada saat ini bukan Kitab Taurat dan Injil yang asli. Sedangkan bagi wanita muslimah yang menikah dengan pria non-muslim, baik pria musyrik maupun pria Ahli Kitab tetap dihukumi haram

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda
“Wanita itu dinikahi karena empat hal; karena hartanya; karena keturunannya; karena kecantikannya dan karena baik kualitas agamanya. Maka pilihlah wanita yang baik kualitas agamanya, niscaya kalian akan beruntung”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka bagi kaum muslimin dan muslimah, alasan pernikahan beda agama dengan alasan cinta, kesamaan hak, kebersamaan, toleransi atau apapun alasannya tidak dapat dibenarkan.

Perlu pula ditegaskan bahwa masalah pernikahan pria muslim dengan wanita Ahli Kitab hanyalah suatu perbuatan yang dihukumi boleh dilakukan, namun bukan anjuran, apalagi perintah. Karenanya pernikahan yang paling ideal dan yang bisa membawa kita selamat di dunia maupun akhirat serta membawa keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah adalah pernikahan dengan orang seagama yaitu Islam.

Digital library : Wallahu ‘alam bisshowaab


Read More..

Inspiring dari Presiden Habibie

Kunjungan BJ Habibie
Kantor Manajemen Garuda Indonesia
Garuda City Complex, Bandara Soekarno-Hatta
12 Januari 2012

Pada usianya 74 tahun, mantan Presiden RI, BJ Habibie secara mendadak mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia didampingi oleh putra sulung, Ilham Habibie dan keponakannya(?), Adri Subono, juragan Java Musikindo.

Kunjungan beliau dan rombongan disambut oleh President & CEO, Bapak Emirsyah Satar disertai seluruh Direksi dan para VP serta Area Manager yang sedang berada di Jakarta.

Dalam kunjungan ini, diputar video mengenai Garuda Indonesia Experience dan presentasi perjalanan kinerja Garuda Indonesia sejak tahun 2005 hingga tahun
2015 menuju Quantum Leap.

Sebagai “balasan” pak Habibie memutarkan video tentang penerbangan perdana N250 di landasan bandara Husein Sastranegara, IPTN Bandung tahun 1995 (tujuh belas tahun yang lalu!).

Entah, apa pasalnya dengan memutar video ini?

Video N250 bernama Gatotkaca terlihat roll-out kemudian tinggal landas secara mulus di-escort oleh satu pesawat latih dan sebuah pesawat N235. Pesawat N250 jenis Turboprop dan teknologi glass cockpit dengan kapasitas 50 penumpang terus mengudara di angkasa Bandung.

Dalam video tsb, tampak para hadirin yang menyaksikan di pelataran parkir, antara lain Presiden RI Bapak Soeharto dan ibu, Wapres RI bapak Soedarmono, para Menteri dan para pejabat teras Indonesia serta para teknisi IPTN. Semua bertepuk tangan dan mengumbar senyum kebanggaan atas keberhasilan kinerja N250. Bapak Presiden kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N250 yang di udara, terlihat pak Habibie mencoba mendekatkan telinganya di headset yang dipergunakan oleh Presiden Soeharto karena ingin ikut mendengar dengan pilot N250.

N250 sang Gatotkaca kembali pangkalan setelah melakukan pendaratan mulus di landasan..................

Di hadapan kami, BJ Habibie yang berusia 74 tahun menyampaikan cerita yang lebih kurang sbb:

“Dik, anda tahu..............saya ini lulus SMA tahun 1954!” beliau membuka pembicaraan dengan gayanya yang khas penuh semangat dan memanggil semua hadirin dengan kata “Dik” kemudian secara lancar beliau melanjutkan.................“Presiden Soekarno, Bapak Proklamator RI, orator
paling unggul, .......itu sebenarnya memiliki visi yang luar biasa cemerlang! Ia adalah Penyambung Lidah Rakyat! Ia tahu persis sebagai Insinyur.........Indonesia dengan geografis ribuan pulau, memerlukan penguasaan Teknologi yang berwawasan nasional yakni Teknologi Maritim dan Teknologi Dirgantara. Kala itu, tak ada ITB dan tak ada UI. Para pelajar SMA unggulan berbondong-bondong disekolahkan oleh Presiden Soekarno ke luar negeri untuk menimba ilmu teknologi Maritim dan teknologi dirgantara. Saya adalah rombongan kedua diantara ratusan pelajar SMA yang secara khusus dikirim ke berbagai negara. Pendidikan kami di luar negeri itu bukan pendidikan kursus kilat tapi sekolah bertahun-tahun sambil bekerja praktek.
Sejak awal saya hanya tertarik dengan ‘how to build commercial aircraft’ bagi Indonesia. Jadi sebenarnya Pak Soeharto, Presiden RI kedua hanya melanjutkan saja program itu, beliau juga bukan pencetus ide penerapan ‘teknologi’ berwawasan nasional di Indonesia. Lantas kita bangun perusahaan-perusahaan strategis, ada PT PAL dan salah satunya adalah IPTN.

Sekarang Dik,............anda semua lihat sendiri..............N250 itu bukan pesawat asal-asalan dibikin! Pesawat itu sudah terbang tanpa mengalami
‘Dutch Roll’ (istilah penerbangan untuk pesawat yang ‘oleng’) berlebihan, tenologi pesawat itu sangat canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun kedepan, diperlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal, satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang mempergunakan teknologi ‘Fly by Wire’ bahkan sampai hari ini. Rakyat dan negara kita ini membutuhkan itu! Pesawat itu sudah terbang 900 jam (saya lupa persisnya 900 atau 1900 jam) dan selangkah lagi masuk program sertifikasi FAA. IPTN membangun khusus pabrik pesawat N250 di Amerika dan Eropa untuk pasar negara-negara itu.Namun, orang Indonesia selalu saja gemar bersikap sinis dan mengejek diri sendiri ‘apa mungkin orang Indonesia bikin pesawat terbang?’

Tiba-tiba, Presiden memutuskan agar IPTN ditutup dan begitu pula dengan industri strategis lainnya.

Dik tahu................di dunia ini hanya 3 negara yang menutup industri strategisnya, satu Jerman karena trauma dengan Nazi, lalu Cina (?) dan Indonesia.............

Sekarang, semua tenaga ahli teknologi Indonesia terpaksa diusir dari negeri sendiri dan mereka bertebaran di berbagai negara, khususnya pabrik pesawat di Bazil, Canada, Amerika dan Eropa................

Hati siapa yang tidak sakit menyaksikan itu semua.....................?

Saya bilang ke Presiden, kasih saya uang 500 juta Dollar dan N250 akan menjadi pesawat yang terhebat yang mengalahkan ATR, Bombardier, Dornier, Embraer dll dan kita tak perlu tergantung dengan negara manapun.

Tapi keputusan telah diambil dan para karyawan IPTN yang berjumlah 16 ribu harus mengais rejeki di negeri orang dan gilanya lagi kita yang beli pesawat negara mereka!”

Pak Habibie menghela nafas.......................

Ini pandangan saya mengenai cerita pak Habibie di atas;

Sekitar tahun 1995, saya ditugaskan oleh Manager Operasi (JKTOF) kala itu, Capt. Susatyawanto untuk masuk sebagai salah satu anggota tim Airline Working Group di IPTN dalam kaitan produksi pesawat jet sekelas B737 yang dikenal sebagai N2130 (kapasitas 130 penumpang). Saya bersyukur, akhirnya ditunjuk sebagai Co-Chairman Preliminary Flight Deck Design N2130 yang langsung bekerja dibawah kepala proyek N2130 adalah Ilham Habibie. Kala itu N250 sedang uji coba terus-menerus oleh penerbang test pilot (almarhum) Erwin. Saya turut mendesain rancang-bangun kokpit N2130 yang serba canggih berdasarkan pengetahuan teknis saat menerbangkan McDonnel Douglas MD11.
Kokpit N2130 akan menjadi mirip MD11 dan merupakan kokpit pesawat pertama di dunia yang mempergunakan LCD pada panel instrumen (bukan CRT sebagaimana kita lihat sekarang yang ada di pesawat B737NG). Sebagian besar fungsi tampilan layar di kokpit juga mempergunakan “track ball atau touch pad” sebagaimana kita lihat di laptop. N2130 juga merupakan pesawat jet single aisle dengan head room yang sangat besar yang memungkinkan penumpang memasuki tempat duduk tanpa perlu membungkukkan badan. Selain high speed sub-sonic, N2130 juga sangat efisien bahan bakar karena mempergunakan
winglet, jauh sebelum winglet dipergunakan di beberapa pesawat generasi masa kini.

Saya juga pernah menguji coba simulator N250 yang masih prototipe pertama .................

N2130 narrow body jet engine dan N250 twin turboprop, keduanya sangat handal dan canggih kala itu.........bahkan hingga kini.

Lamunan saya ini, berkecamuk di dalam kepala manakala pak Habibie bercerita soal N250, saya memiliki kekecewaan yang yang sama dengan beliau, seandainya N2130 benar-benar lahir.............kita tak perlu susah-susah membeli B737 atau Airbus 320.

Pak Habibie melanjutkan pembicaraannya....................

“Hal yang sama terjadi pada prototipe pesawat jet twin engines narrow body, itu saya tunjuk Ilham sebagai Kepala Proyek N2130. Ia bukan karena anak Habibie, tapi Ilham ini memang sekolah khusus mengenai manufakturing pesawat terbang, kalau saya sebenarnya hanya ahli dalam bidang metalurgi pesawat terbang. Kalau saja N2130 diteruskan, kita semua tak perlu tergantung dari Boeing dan Airbus untuk membangun jembatan udara di Indonesia”.

“Dik, dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu QCD,

-Q itu Quality, Dik, anda harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten
-C itu Cost, Dik, tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis
-D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling efisien dan disampaikan tepat waktu!Itu saja!”

Pak Habibie melanjutkan penjelasan tentang QCD sbb:

“Kalau saya upamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya 1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi cara kerja QCD tidak begitu Dik........... organisasi itu bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD itu bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan 30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, bekerjanya harus pakai hati Dik..................”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti merenung sejenak mengingat-ingat sesuatu ..........

“Dik, ..........saya ini memulai segala sesuatunya dari bawah, sampai saya ditunjuk menjadi Wakil Dirut perusahaan terkemuka di Jerman dan akhirnya menjadi Presiden RI, itu semua bukan kejadian tiba-tiba. Selama 48 tahun saya tidak pernah dipisahkan dengan Ainun, ...........ibu Ainun istri saya.
Ia ikuti kemana saja saya pergi dengan penuh kasih sayang dan rasa sabar.
Dik, kalian barangkali sudah biasa hidup terpisah dengan istri, you pergi dinas dan istri di rumah, tapi tidak dengan saya. Gini ya............saya mau kasih informasi........... Saya ini baru tahu bahwa ibu Ainun mengidap kanker hanya 3 hari sebelumnya, tak pernah ada tanda-tanda dan tak pernah ada keluhan keluar dari ibu........................”

Pak Habibie menghela nafas panjang dan tampak sekali ia sangat emosional serta mengalami luka hati yang mendalam.............................seisi ruangan hening dan turut serta larut dalam emosi kepedihan pak Habibie, apalagi aku tanpa terasa air mata mulai menggenang.

Dengan suara bergetar dan setengah terisak pak Habibie melanjutkan .................

“Dik, kalian tau.................2 minggu setelah ditinggalkan ibu............suatu hari, saya pakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sendirian sambil memanggil-manggil nama ibu......... Ainun......... Ainun .......... Ainun ..............saya mencari ibu di semua sudut rumah.

Para dokter yang melihat perkembangan saya sepeninggal ibu berpendapat ‘Habibie bisa mati dalam waktu 3 bulan jika terus begini..............’ mereka bilang ‘Kita (para dokter) harus tolong Habibie’.

Para Dokter dari Jerman dan Indonesia berkumpul lalu saya diberinya 3 pilihan;

1. Pertama, saya harus dirawat, diberi obat khusus sampai saya dapat mandiri meneruskan hidup. Artinya saya ini gila dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa!
2. Opsi kedua, para dokter akan mengunjungi saya di rumah, saya harus berkonsultasi terus-menerus dengan mereka dan saya harus mengkonsumsi obat khusus. Sama saja, artinya saya sudah gila dan harus diawasi terus...............
3. Opsi ketiga, saya disuruh mereka untuk menuliskan apa saja mengenai Ainun, anggaplah saya bercerita dengan Ainun seolah ibu masih hidup.

Saya pilih opsi yang ketiga............................”

Tiba-tiba, pak Habibie seperti teringat sesuatu (kita yang biasa mendengarkan beliau juga pasti maklum bahwa gaya bicara pak Habibie seperti meloncat kesana-kemari dan kadang terputus karena proses berpikir beliau sepertinya lebih cepat dibandingkan kecepatan berbicara dalam menyampaikan sesuatu) ...................... ia melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, hari ini persis 600 hari saya ditinggal Ainun..............dan hari ini persis 597 hari Garuda Indonesia menjemput dan memulangkan ibu Ainun dari Jerman ke tanah air Indonesia.............

Saya tidak mau menyampaikan ucapan terima kasih melalui surat............. saya menunggu hari baik, berminggu-minggu dan berbulan-bulan untuk mencari momen yang tepat guna menyampaikan isi hati saya. Hari ini didampingi anak saya Ilham dan keponakan saya, Adri maka saya, Habibie atas nama seluruh keluarga besar Habibie mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya, kalian, Garuda Indonesia telah mengirimkan sebuah Boeing B747-400 untuk menjemput kami di Jerman dan memulangkan ibu Ainun ke tanah air bahkan memakamkannya di Taman Makam Pahlawan. Sungguh suatu kehormatan besar bagi kami sekeluarga. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas bantuan Garuda Indonesia”

Seluruh hadirin terhenyak dan saya tak kuasa lagi membendung air mata............

Setelah jeda beberapa waktu, pak Habibie melanjutkan pembicaraannya;

“Dik, sebegitu banyak ungkapan isi hati kepada Ainun, lalu beberapa kerabat menyarankan agar semua tulisan saya dibukukan saja, dan saya
menyetujui.....................

Buku itu sebenarnya bercerita tentang jalinan kasih antara dua anak manusia. Tak ada unsur kesukuan, agama, atau ras tertentu. Isi buku ini sangat universal, dengan muatan budaya nasional Indonesia. Sekarang buku ini atas permintaan banyak orang telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain Inggris, Arab, Jepang..... (saya lupa persisnya, namun pak Habibie menyebut 4 atau 5 bahasa asing).Sayangnya buku ini hanya dijual di satu toko buku (pak Habibie menyebut nama satu toko buku besar), sudah dicetak 75.000 eksemplar dan langsung habis. Banyak orang yang ingin membaca buku ini tapi tak tahu dimana belinya. Beberapa orang di daerah di luar kota besar di Indonesia juga mengeluhkan dimana bisa beli buku ini di kota mereka.

Dik, asal you tahu............semua uang hasil penjualan buku ini tak satu rupiahpun untuk memperkaya Habibie atau keluarga Habibie. Semua uang hasil penjualan buku ini dimasukkan ke rekening Yayasan yang dibentuk oleh saya dan ibu Ainun untuk menyantuni orang cacat, salah satunya adalah para penyandang tuna netra. Kasihan mereka ini sesungguhnya bisa bekerja dengan nyaman jika bisa melihat.

Saya berikan diskon 30% bagi pembeli buku yang jumlah besar bahkan saya tambahkan lagi diskon 10% bagi mereka karena saya tahu, mereka membeli banyak buku pasti untuk dijual kembali ke yang lain.

Sekali lagi, buku ini kisah kasih universal anak manusia dari sejak tidak punya apa-apa sampai menjadi Presiden Republik Indonesia dan Ibu Negara.
Isinya sangat inspiratif...................”

(pada kesempatan ini pak Habibie meminta sesuatu dari Garuda Indonesia namun tidak saya tuliskan di sini mengingat hal ini masalah kedinasan).

Saya menuliskan kembali pertemuan pak BJ Habibie dengan jajaran Garuda Indonesia karena banyak kisah inspiratif dari obrolan tersebut yang barangkali berguna bagi siapapun yang tidak sempat menghadiri pertemuan tsb. Sekaligus mohon maaf jika ada kekurangan penulisan disana-sini karena tulisan ini disusun berdasarkan ingatan tanpa catatan maupun rekaman apapun.

Jakarta, 12 Januari 2012

Salam,

Capt. Novianto Herupratomo

=


Read More..

Mau Langsung Atau Mampir Dulu?

Masih ingat tulisan berjudul Karena Allah Semata? Ya, tulisan tentang Fulan dan rekan kerjanya yang senang menjadikan Fulan sebagai bahan ledekan karena masih membujang di usianya yang sudah berkepala tiga. Juga memandang sesuatu (hampir) selalu dari sudut duniawi saja, salah satunya dengan ‘menuduh’ Fulan berpuasa karena terpaksa, tidak ada yang memasakkan untuknya, karena ingin cepat dapat jodoh, ingin cepat kaya dan berbagai tujuan dunia lainnya.

Alhamdulillah, sejak kejadian siang itu, rekan kerja Fulan tak lagi meledek Fulan soal jodoh, meskipun belum bisa meninggalkan sepenuhnya sifat usilnya. Bertahap, butuh waktu. Dan itu pula yang sedang ia jalani hingga benar-benar meninggalkan kebiasaan tidak baiknya. Dan bukan untuk membeberkan aib seseorang apabila kali ini saya ingin menuliskan kembali tentang rekan kerja Fulan yang satu ini. Kita ambil saja hikmah dan pelajarannya. Tak semestinya kita fokus pada ‘orang’nya hingga terlupa untuk mengambil pelajaran, meski dari sebuah kesalahan yang ia lakukan. Tidak setiap orang menempuh proses yang sama untuk sebuah pembelajaran. Barangkali dari sanalah —dari kekhilafan yang ia lakukan— rekan kerja Fulan mendapatkan kesadaran, kita doakan saja. Kalau dia saja bisa mendapat pelajaran berharga janganlah kita menjadi sebaliknya.

Siang itu, di sela-sela rutinitas pekerjaan yang memang terkadang menjemukan, sekedar ngobrol dan sedikit bercanda bisa menjadi salah satu solusi untuk mencairkan kepenatan. Dan lagi-lagi, Fulan yang siang itu sedang berpuasa sunnah menjadi awal pembelajaran ini.

“Sorry, Lan. Kamu rajin puasa Senin-Kamis, tapi belum tentu masuk Surga, kan?”

Pertanyaan yang singkat tapi sungguh tidak bisa dijawab dengan sekedarnya saja. Seandainya yang bertanya adalah salah satu rekan kerja non Muslim, Fulan tidak begitu terkejut. Akidah berbeda, pemahamanpun berbeda. Tapi yang bertanya adalah seorang Muslim, meskipun seisi kantor tahu ia belumlah menjadi seorang Muslim yang taat. Sebuah pengakuan secara blak-blakan sering ia katakan bahwa ia belum sepenuhnya mengerjakan sholat. Hanya ada satu waktu yang sering ia kerjakan, empat lainnya, bukan lupa, masih merasa berat, entah karena alasan apa. Astaghfirulloh.

“Pasti! Pasti masuk Surga, saya yakin itu!” jawab Fulan mantap, membuat rekan yang bertanya terkejut, juga beberapa rekan kerja lainnya. Tapi Fulan belum menyelesaikan jawabannya. “Selagi kita beriman kepada Allah dan rosulNya hingga maut menjemput kita, maka Surga adalah hak kita. Ini janji Allah, dan Allah tidak pernah mengingkari janji Nya. Hanya saja, apakah kita akan langsung masuk Surga atau mampir dulu di Neraka, itu yang saya tidak tahu. Agar tidak perlu mampir di Neraka, itu yang harus saya usahakan. Tidak cukup dengan mengatakan beriman, lalu beranggapan langsung masuk Surga. Ada kewajiban yang harus kita jalankan, kesunahan yang perlu kita kerjakan agar bisa langsung masuk Surga, atau setidaknya tidak perlu lama ( mampir ) di Neraka.”

“Mampir dulu di Neraka?” tanya rekan kerja Fulan, berpikir sejenak. “Kalau sudah rajin ibadah masih mungkin mampir di Neraka, percuma dong. Apa bedanya dengan saya yang ibadahnya masih bolong-bolong? Hahaha…” lanjutnya sambil terbahak. Sayang, kali ini ia harus ‘merayakan’ leluconnya seorang diri. Tak ada satupun rekan kerjanya yang meng-amin-i.

“Semestinya begini, kalau seorang ahli ibadah saja belum tentu langsung masuk Surga, apalagi yang jauh dari ibadah? Rasululloh saw yang dijamin langsung masuk Surga saja masih giat beribadah, bahkan melebihi ibadah siapapun, apalagi kita yang masih banyak maksiat dibanding ibadahnya. Kalaupun ada ibadah yang kita lakukan, belum tentu Allah terima sepenuhnya karena berbagai kecacatan yang tidak kita sadari. Seringkali niat dan caranya sudah benar, tapi setelahnya muncul rasa sombong, ujub dan riya, tiada keikhlasan. Orang seperti kita ( terutama saya ) semestinya lebih giat lagi beribadah agar tak perlu mampir dulu di Neraka. Atau kalaupun terpaksa mampir, tidak perlu lama-lama di sana.”

“Nggak apa-apa kali ya, mampir di neraka, toh nda lama. Di surga nanti kan kita selamanya.”

“Astaghfirulloh! Selain pedihnya siksa neraka yang tak terkira, waktu disana itu berbanding ribuan kali dengan waktu di dunia. Sehari di sana sama dengan seribu tahun di sini. Nauzubillah!” bergidik Fulan membayangkan ini.

“Meski saya belum sepenuhnya mengerjakan sholat, tapi kan saya sering sedekah. Bukankah sedekah itu bisa menjadi penghantar kita masuk Surga?”

“Betul, salah satu, bukan berarti satu-satunya. Dan sedekah yang dimaksud tentunya sedekah dengan harta yang halal, termasuk cara memperolehnya, dikeluarkan dengan penuh keikhlasan, tidak berharap kecuali ridho Allah semata. Tidak perlu dihitung-hitung apalagi disebut-sebut yang menjadi rusak nilai keikhlasan karenanya. Banyak orang yang tidak mendapatkan apa-apa dari ‘kebun’ miliknya karena benih yang ia tanam terbakar oleh nafsunya sendiri.” Tanpa bermaksud menjatuhkan, Fulan sengaja memberi penekanan lebih saat menyebut sedekah karena memang ia khawatir tabungan akhirat rekan kerjanya ini minus karena ia sering menyebut-nyebut sedekahnya, walau itu benar adanya. “Dan sebelum amalan lain diperhitungkan, terlebih dulu sholat yang akan ditanyakan. Jangan menunda-nunda sholat, menunggu sampai umur sekian, karena kita tak pernah tahu apakah kita akan sampai di umur segitu.” Fulan menambahkan.

Sebenarnya orang yang beranggapan seperti itu bukan hanya rekan kerja Fulan. Ada beberapa orang lain yang seolah ( atau memang ) meragukan janji Allah akan Surga bagi hambaNya yang bertakwa. Atau menganggap bahwa dengan beriman maka Surga sudah menjadi haknya, lantas merasa tidak perlu untuk menjalankan kewajiban lainnya. Juga ada yang memilah dan memilih ibadah sesuai dengan keinginannya. Mengerjakan yang satu, meninggalkan lainnya padahal itu sama-sama wajib hukumnya. Mengesampingkan sunah, tapi tak juga mengerjakan yang wajib. Menyangka yang ia lakukan adalah satu-satunya kunci untuk membuka pintu Surga.

Selagi kita kembali menghadap Allah dengan membawa iman, Surga memang menjadi hak kita. Tapi apakah kita harus lebih dulu mampir di neraka atau langsung masuk ke Surga, itu yang harus kita usahakan. Pilihan ada pada kita masing-masing, apakah mau langsung atau mampir dulu? /Oleh Abi Sabila


Read More..

Kesombonganku!

Aku tahu dan sadar. Sayang dan sialnya, aku tak mau kesadaran itu terus menetap atau lebih sering dihalau ketika dari hati. Sombong! Fatal benar kesalahanku ini. Dan bodoh bukan diriku yang enggan menyadari bahwa diri ini sombong. Atau mungkin kesombongan itu begitu lembut. Sampai tak terasa keberadaannya. Atau juga kesombongan itu tersembunyi dibalik kebenaran yang diada-adakan dan lainnya.

Aku mendapat kemalangan kecil, tak suka. Marah. Bukankah ini berarti tak menginginkan kesusahan itu dan merasa harus mendapat yang bahagia saja. Angkuh benar. Ketika sesuatu tak berjalan dengan keinginan, aku juga kesal. Marah. Bukankah ini berarti rencanaku adalah yang benar jadi harus terlaksana. Sombong!

Ketika kebahagiaan tak jadi datang hampiriku, aku sedih. Marah. Merasa sangat pantas mendapatkan kebahagiaan dan harus merasa bahagia. Begitu pula ketika keinginanku tak kudapat. Selalu merasa aku sebaiknya begini, aku harusnya mendapat yang baik dan selalu bahagia. Semua itu karena ada satu pikiran bahwa aku ini baik, aku taat ibadah dan pikiran-pikiran sombongku. Jadi, inilah kesombongan yang bersembunyi dibalik kemarahanku.

Lalu kesombongan yang lembut adalah ketika aku melihat orang lain sholat terlambat, pikiran ini langsung mencibir. Ketika orang lain tak berjilbab, hati ini pun menghina. Ketika mendengar ceramah ustadz yang sesuai diri ini, hati melayang. Dan masih banyak lagi yang merendahkan orang lain dan melambungkan diri. Jadilah kesombongan itu tak terasa karena begitu halus dan sering dilakukan.

Maka aku harus benar-benar membuka mata hati agar melihat sombong yang terbawa dan tersembunyi dibalik kemarahanku. Teliti kenapa aku marah. Lalu cari hakikatnya. Bahwa diri ini tak tahu apa pun pada setiap kejadian. Tak tahu esensinya. Hanya Allah yang tahu segalanya.

Aku memang buruk dan sedang futur sehingga Allah sadarkan dengan kesusahan, itu kan jauh lebih menguntungkan daripada merasa tak terima dengan kesusahan. Karena aku akan taubat, bukannya menghanguskan amal dengan marahku. Kemudian merasai dengan sehalus-halusnya kesombonganku. Ketika mencibir orang lain, segera menyadari radar hati yang berbunyi. Apa yang tengah dilakukan. Sombong kah. Merasa lebih baik dari orang lain. Oh... itu sungguh kesombongan yang nyata.

Jangan sampai aku terseret sombong samar dan sombong halus. Jangan terjebak. Jangan memanjakan kedua jenis sombong itu dengan membiarkan mereka di hati dan fikir. Berhenti! Segera berhenti ketika sombong itu mulai tersadari. Kalau lalai benar, ketika sadar harus segera mohon ampun. Kesombongan sekecil apa pun Allah tahu. Dan Allah sangat membenci orang yang sombong, astaghfirullah...

Tak terbayangkan ketika dibenci Allah. Jadi aku harus sering-sering membersihkan hati dari sombong dan peka dengan sombong. Bukankah ketika kaca yang bersih akan terasa ketika debu menempel...

"Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. An-Nisa [4] : 36)

Oleh Najmi Haniva


Read More..

Kristenisasi di Indonesia dan Rekayasa Snouck Hurgronje

Kemenangan partai agama (Kristen) pada pemilihan di Belanda tahun 1901 merubah wajah politik di sana. Partai Liberal --yang telah menguasai politik selama 50 tahun-kehilangan kekuasaannya; sedangkan golongan agama semakin kuat dan membawa pemerintahan ke prisnsip Kristen. Pidato tahunan raja pada bulan September 1901 --yang menggambarkan jiwa Kristen --menyatakan mempunyai kewajiban etis dan tanggung jawab moral kepada rakyat Hindia Belanda (Nusantara), yakni memberikan bantuan lebih banyak kepada penyebaran agama Kristen. Dukungan terhadap kristenisasi Hindia Belanda dipertegas, sejalan dengan politik hutang budi yang dicanangkan.[1]

Snouck Horgronje Contoh Nyata

Snouck Hurgrunje bermaksud menukar Islam dengan kebudayaan Eropa, sehingga upaya kepentingan politik dan agama (Kristen) menjadi gampang.

“To bring about a cultural unity string enough to void the difference of religious denomination from its political and social significance.”
(Menjadikan ikatan kesatuan budaya dapat melenyapkan perbedaan agama dari kepentingan politik dan kemasyarakatan).[2]

Taktik Penjajah Belanda

Munculnya para orientalis Belanda itu perlu disimak pula latar belakang politik penjajah Belanda yang menguasai Indonesia selama tiga setengah abad. Dr Aqib Suminto menggambarkan strategi penjajah Belanda, di antaranya diungkapkan sebagai berikut:
Usaha Belanda untuk mengkonsolidasi kekuatannya mendapat perlawanan dari raja-raja Islam, dan di tingkat desa, dari para guru serta ulama Islam. Meskipun Belanda berhasil mengontrol sebagian besar daerah Nusantara yang ditaklukkannya, namun Islam tetap melebarkan sayapnya; bahkan sejak abad ke-19 Islam mendapatkan daya dorong, berkat semakin meningkatnya hubungan dengan Timur Tengah.[3]

Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani masalah Islam ini, sering disebut dengan istilah Islam Politiek, dimana Prof Snouck Hurgronje dipandang sebagai peletak dasarnya. Sebelum itu kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda terhadap Islam hanya berdasarkan rasa takut dan tidak mau ikut campur, karena Belanda belum banyak menguasai masalah Islam.

Berkat pengalamannya di Timur Tengah dan Aceh, Snouck Hurgronje, sarjana sastra Smith yang mempunyai andil sangat besar dalam penyelesaian perang Aceh ini kemudian berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan menghadapi Islam di Indonesia.[4]

Siapa Snouck Hurgronje Itu?

Christian Snouck Hurgronje lahir pada tahun 1857. Ayahnya seorang pendeta. Dia belajar teologi dari guru Taurat, Abraham Kuenen, kemudian mulai belajar bahasa Arab dan Islam pada M J de Goeje. Atas bimbingan de Goeje, dia berhasil menyusun disertasi Het Mekkaansche Feast (Berhaji ke Makkah) pada tahun 1880. Ketika dilangsungkan konferensi para orientalis di Leiden pada tahun 1883, hadir pula Amin Al-Madani Al-Halwani yang membawa sekumpulan manuskrip berharga dan menjualnya kepada penerbit E.J. Brill. Beberapa bagian manuskrip dibeli oleh Universitas Leiden.

Pada konferensi itu, Snouck Hurgronje berkenalan dengan Amin Al-Madani. Setelah Amin Al-Madani menulis kesan-kesannya tentang konferensi itu dalam surat kabar Al-Burhan terbitan Kairo, Snouck segera menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab (Belanda?, pen). Setelah konferensi itu, Amin bin Hasan Al-Halwani Al-Madani berangkat ke India tempat menerbitkan buku al-Qurb fi mahabbat al- Arab (Pendekatan dalam mencintai orang-orang Arab) oleh Abdur Rahim Al-Iraqi pada bulan Shafar 1302H (1884M). Dia menyebut dirinya sebagai guru di Raudhatul Muthahharah. Setahun setelah konferensi orientalis itu, Snouck dengan ditemani Konsul Belanda, Kruyt, berangkat ke Jeddah. Pertanyaan yang muncul ialah apakah ada hubungan antara perkenalan Snouck Hurgronje dan Amin Al-Madani dengan keberangkatan Snouck ke Jeddah, kemudian pernyataan masuk Islamnya dan masuknya ke Makkah al-Mukarromah.

Sebahagian besar surat pribadinya masih tertutup bagi para peneliti berdasarkan wasiat puterinya sampai tahun 1894. Jadi, jawaban pertanyaan tadi masih sangat tergantung pada orang lain. Namun demikian, mungkin sekali Amin Al-Madani sudah melapangkan jalan bagi Snouck Hurgronje untuk memasuki Makkah Al-Mukarramah. Data sejarah menyebutkan bahwa Snouck menyatakan Islam di hadapan orang banyak dan saksi-saksi secara tipu muslihat.

Dia terus memainkan peran di tengah kaum Muslimin Makkah, kemudian di Indonesia selama hidupnya. Menurut responden yang dapat dipercaya dari Indonesia disebutkan bahwa Snouck menipu seorang camat dengan pengakuan keislamannya dan mengawini puteri camat itu. Dari isterinya dia memperoleh beberapa orang anak dan yang sulung bekerja pada satu jabatan penting dalam kepolisian di Indonesia. Kami yakin akan kebenaran informasi itu ketika bertemu seorang cucu Snouck secara pribadi dengan ditemani Sjord van Koningsveld di Leiden. Tidak ada keraguan bahwa Snouck pandai memainkan peran di hadapan isteri dan anak-anaknya, seperti kepandaiannya memainkan peran di tengah kebanyakan umat Islam yang menganugerahkan kepadanya kecintaan lalu dikhianatinya sendiri.[5]

Snouck menetap selama enam setengah bulan di Makkah dengan memakai nama Abdul Ghaffar. Dia mendatangi majelis-majelis ulama dan kiyai-kiyai pemimpin pengajian hingga dia berhasil menjalin hubungan erat dengan banyak ulama Makkah dan sejumlah ulama dari Jawa, Sumatera, dan Aceh yang berdatangan ke Makkah, khususnya kepada Syekh Makkah dan muftinya, Syekhnya para ulama, Ahmad bin Zaini Dahlan. Tampaknya, Syekh yang baik membolehkan kepadanya atau membekalinya surat rekomendasi-rekomendasi agar rencana Snouck menjadi lebih sempurna dalam membuka jalan di Indonesia, khususnya di daerah Aceh yang memberontak terhadap pemerintah Belanda.

Dia juga menjalin hubungan baik dengan Habib Abdur Rahman al-Zahir yang tampaknya berambisi agar dijadikan Sultan oleh Belanda untuk daerah Aceh. Gagasannya tentang cara terbaik untuk menghancurkan pemberontakan kaum muslimin di Aceh disampaikan kepada Konsul Belanda, Kruyt, dan Snouck Hurgronje. Untuk mencapai tujuan itu, dia memberatkan pemerintah Belanda, tetapi akhirnya dia merasa puas dengan gaji besar yang diperolehnya dari Konsulat Belanda di Jeddah seumur hidupnya. Jadi, tidak aneh jika kaum muslimin di Aceh mengecap Habib Abdur Rahman al- Zahir dan Snouck Hurgronje sebagai pengkhianat hingga sekarang ini.[6]

Hubungan Snouck dengan Missi Kristen dan Penyamarannya

Adapun hubungan Snouck dengan misi kristenisasi, kembali pada asal usul lingkungan kelahirannya sendiri pada masa dia hidup dan belajar, serta fakultas tempat dia menimba ilmu. Dia adalah putra penganut gereja Protestan Calvinisme yang terkenal akan ajaran-ajaran dan kekerasan teologinya, kemudian belajar teologi pada fakultas yang didirikan khusus untuk menyiapkan para pendeta.

Dia hidup pada masa Eropa menguasai sebahagian besar penduduk dunia, termasuk di dalamnya kaum Muslimin. Dia belajar bahasa Arab pada de Goeje, ilmuwan ulung yang memiliki sikap ilmiah obyektif dan mentalitas mulia, serta kesungguhan luar biasa dalam penelitian dan penerbitannya. Kenyataan itu menonjol pada muridnya, Van Fluton (w. 1902), dan keilmiahannya pada teks-teks yang diterbitkannya Miftah al-’Ulum oleh Al-Khawarizmi serta Al-Mahasin wa Al-Adhdan yang dinisbahkan kepada Al-Jahiz dan lain-lain.[7]

Sikap Snouck terhadap Islam, Ulama, dan Muslimin

Fakta sejarah menunjukkan kedustaan Snaouck Hurgronje dan rencana penyamarannya itu bukan tidak mungkin menunjukkan bahwa masuk Islamnya di Jeddah serta hubungannya dengan orang-orang Aceh di Mekkah al-Mukarramah pun termasuk perbuatan pura-puranya. Namun, dusta tersebut telah memberinya jalan memasuki daerah Aceh, tempat dia akan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat memberi saham dalam mewujudkan pemecahan masalah atas daerah Aceh bagi Belanda. Untuk itu Snouck Hurgronje menerima pekerjaan di Batavia.

Dalam perjalanan mata-matanya itu, orang-orang Aceh, termasuk beberapa ulama, menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Mereka memberi sambutan hangat dan menerima kedatangannya. Laporan-laporannya (kepada pemerintah Belanda, pen) berisi kebencian, dendam, pemutarbalikan, dan kebohongan, khususnya terhadap para ulama yang dianggap sebagai kendala penghambat tunduknya daerah Aceh kepada pemerintah Belanda.

Para ulama merupakan motor penggerak spitritual masyarakat dalam membela daerah itu sehingga di dalam laporan-laporan spionasenya, para ulama itu berpuluh-puluh kali dijuluki gerombolan ulama. Selain itu, diapun menyampaikan usul kepada pemerintah kolonial untuk menempuh cara politik kekerasan dan penumpasan terhadap para ulama dengan menyatakan:

“Sesungguhnya musuh utama dan yang giat adalah para ulama dan para petualang yang menyusun gerombolan-gerombolan yang kuat. Sekalipun jumlah mereka sedikit dan tumbuh di antara lapisan-lapisan masyarakat yang bermacam-macam, mereka mendapat tambahan dari sebagian penduduk dan pemimpin-pemimpinnya. Tidak mungkin akan diperoleh manfaat dalam perundingan dengan partai musuh ini karena akidah dan kepentingan pribadi mereka mengharuskan mereka untuk tidak tunduk, kecuali dengan penggunaan kekerasan terhadap mereka. Sesungguhnya persyaratan yang paling mendasar untuk mengembalikan peraturan di daerah Aceh haruslah mengkaunter para ulama dengan kekerasan sehingga ‘ketakutan’ menjadi faktor yang menghalangi orang-orang Aceh untuk bergabung dengan pemimpin-pemimpin gerombolan agar terhindar dari bahaya. Menurut pendapat saya, mesti dipersiapkan rencana mata-mata yang efektif dan terorganisasi untuk memata-matai Tuanku Kuta Karang (pemimpin ulama pada tahun 1892) dan gerombolannya. Pasti akan ada hasil awalnya. Biarpun saya tidak mampu menjelaskan seluruh rinciannya, namun saya berani berkata bahwa pekerjaan mata-mata itu adalah suatu kemungkinan.” [8]

Demikianlah faktanya. Snouck telah melibatkan dirinya untuk kepentingan penjajahan dengan bukti pernyataan dan laporannya kepada Jendral Van Houts untuk memerangi kaum muslimin di seluruh wilayah jajahan Belanda. Dengan kata lain ia mengusulkan untuk menggunakan kekerasan dalam menumpas kaum muslimin. Karena itu Jendral tadi mendapat julukan “pedang Snouck yang ampuh” karena keberhasilannya dalam memerangi umat Islam.

Di samping itu Snouck Hurgronya juga banyak membantu dalam pembinaan kader missionaris Belanda dan membuka sekolahan untuk mengkristenkan muslimin di seluruh wilayah jajahannya.

Terdapat fakta lain pula bahwa seorang tokoh missionaris kondang dan sangat disegani di kalangan kaum orientalis yang bernama Hendrick Kraemer adalah murid Snouck Hurgronje, dari tahun 1921 hingga tahun 1935. Hubungan di antara guru dan murid terus berkesinambungan tanpa putus. Snouck Hurgronje wafat pada tahun 1936.[9]

Dr Van Koningsveled berkata: “Tidak terputus surat menyurat antara Snouck Hurgronje dan muridnya, Hendrik Kraemer, misisionaris terkenal dan berpengaruh dalam lingkungan aktivis kristenisasi dari tahun 1921 sampai dengan 1935.

Menurut penjelasan Boland, buku Hendrik Kraemer, Misi Kristen di Dunia Non Kristen[10] mengungkapkan dengan jelas bahwa orang-orang Kristen mempunyai rencana untuk mengkristenkan dunia, khususnya Indonesia. Mereka bertujuan menundukkan dunia Islam.[11] Bahkan, Kraemer membandingkan Islam dengan Nazi.[12]

Snouck dan Kristenisasi di Indonesia

Meskipun data dan fakta sejarah telah jelas seperti tersebut di atas, namun di Indonesia sendiri pernah terjadi semacam kegoncangan di kalangan umat Islam yang banyak memperhatikan seluk beluk nasib ummat. Pada tahun 1985 Prof Dr HM Rasjidi yang dikenal sangat vokal terhadap pemikiran Barat walaupun beliau alumni Barat, dan vokal pula dalam hal kristenisasi, namun justru beliau jelas-jelas mengemukakan bahwa Dr Christian Snouck Hurgronje itu teman umat Islam Indonesa.

Beliau menyalahkan muslimin pada umumnya yang menganggap Snouck itu musuh, karena menurut beliau, Muslimin pada umumnya tidak membaca karya-karya orientalisme. Justru Snouck menurut HM Rasjidi, pernah berpolemik dengan anggota parlemen Belanda, karena Snouck tak membolehkan orang Islam di Indonesia untuk dikristenkan.

Berikut ini pendapat HM Rasjidi yang dituangkan H Subagijo AN dalam biografi HM Rasjidi:
Tiap kali Rasjidi mengamati kepribadian Massignon, tiap kali pula dia teringat tokoh di negaranya sendiri, Dr. Crhistian Snouck Hurgronje, seorang orientalis besar pada zamannya. Oleh kebanyakan orang di Indonesia, Snouck Hurgronje dianggap sebagai kaki tangan kaum imperalis; alat kaum penjajah; sehingga segala ulah dan sikapnya dinilai sangat menguntungkan kolonialis Belanda semata.

Namun bagi Rasjidi figur Snouck Hurgronje justeru merupakan teman ummat Islam Indonesia. Penilaian keliru terhadap Snouck itu, menurut Rasjidi disebabkan karena pada umumnya orang belum pernah membaca buku-buku karya orientalis tadi secara lengkap dan teliti. Sebagai cendekiawan yang sudah membaca seluruh karya Snouck Hurgronje secara tuntas, Rasjidi sampai pada kesimpulan, bahwa doktor (Snouck Hurgronje) tersebut pada hakekatnya adalah teman ummat Islam Indonesia.

Dr. Snouck, di kalangan orang Belanda sendiri dikenal sebagai seorang yang anti-zending dan anti-missi. Snouck pernah berpolemik dengan anggota parlemen Belanda yang menaruh simpati pada gereja. Ujar sang anggota parleman, “Kami ini tidak mengkristenkan orang Islam. Yang kami kristenkan adalah orang-orang Jawa yang tidak bersembahyang, Yang tidak membaca Al-Qur’an, yang hanya bisa mengucapkan syahadat pada waktu akan nikah saja”.

Ucapan itu ditanggapi Snouck dengan tegas jelas: “Kalau Anda sudah tahu bahwa orang Jawa mengaku Islam, itu sudah cukup. Bahwa mereka tidak mendirikan shalat, tidak paham bahasa Arab, itu sama sekali tidak mengurangi sifat keislamannya. Anda sendiri yang mengaku ummat kristen, apakah semua juga pernah membaca Injil? Dan juga pergi ke Gereja dengan teratur? Dan bila di dalam Injil disebutkan: Bila diminta bajunya, hendaknya Anda kasihkan jubahnya, apakah Anda pernah memberi jubah yang diminta orang lain?”

Demikian antara lain polemik antara Dr. Snouck Hurgronje dengan anggota parlemen Belanda yang membawakan suara kaum gerejani.[13]

(Komentar kami, penulis artikel ini): Apa yang dikemukakan Dr HM Rasjidi itu tidak bisa dijadikan landasan bahwa Snouck Hurgronje tidak menginginkan Umat Islam Indonesia jadi Kristen. Justru maksud dan tujuannya hampir sama dengan missionaris, hanya saja cara mengkristenkannya itu bukan lewat kristenisasi model missionaris, namun lewat budaya, agar umat Islam tergiring tanpa terasa. Kalau model missionaris, menurut pandangan Snouck, justru akan terjadi reaksi dari umat Islam, hingga apa yang dituju yaitu pengkristenan itu sendiri tidak akan tercapai.

Cara yang ditempuh Snouck itu bisa dibuktikan dengan apa yang ditulis oleh para peneliti sebagai berikut.

Deliar Noer menulis:
Asosiasi sebagai kebijaksanaan yang diperjuangkan ilmuwan Belanda Christian Snouck Hurgronje, mendapat tempat hanya pada beberapa gelintir orang Belanda dan Indonesia saja terutama mereka yang berafiliasi dengan perkumpulan Nederlandsch Indische Vrijzinningen Bond (Kesatuan Kaum Liberal Hindia Belanda).[14]

Lanjut Deliar, yang dipersoalkan oleh Snouck Hurgronje ialah bagaimana menghadapi soal Islam. Hal ini mudah difahami karena Islam telah memperlihatkan semangat perjuangannya di Indonesia dalam bentuk pemberontakan dan perlawanan terhadap penetrasi Belanda di berbagai wilayah negeri ini. Snouck Hurgronje mengamati bahwa walaupun Islam di Indonesia banyak tertutup oleh lapisan kepercayaan lain seperti kepercayaan animisme dan Hindu, orang-orang Islam di negeri ini pada waktu itu menganggap agama mereka sebagai alat pengikat yang kuat yang membedakan mereka dari orang-orang yang bukan Islam yang mereka anggap sebagai “orang asing”.

Walaupun begitu, demikian Snouck Hurgronje, orang Islam di Indonesia lebih memperhatikan persoalan Islam sebagai agama dalam pengertian yang sempit (seperti perkawinan, hubungan keluarga, peraturan berkenaan dengan waris) sedangkan aspek politik dan sosial dari agama Islam kurang mendapat perhatian.[15]

Snouck Hurgronje menasehatkan pemerintah Belanda agar memberikan perhatian yang sangat kepada pendidikan dan pengajaran orang Islam Indonesia tanpa menghubungkannya dengan persoalan pengkristenan. Cara ini, katanya, akan “memajukan {meng-emansipasi}” mereka “dari sistem Islam”. Cara ini akan menyampaikan orang Indonesia untuk menerima kebudayaan Belanda, yaitu kebudayaan Barat, dan menumbuhkan pula pengertian yang lebih baik di antara mereka terhadap orang-orang Belanda.

Katanya lagi, adalah dia dalam ”asosiasi penduduk pribumi dengan kebudayaan kita [Belanda] terletak pemecahan persoalan Islam”. Cara ini akan “menghapuskan perbedaan yang dijumpai dalam aspek politik dan sosial karena kepercayaan agama [yang berbeda]”.

Hurgronje menambahkan lagi bahwa asosiasi itu akan”menghilangkan cita-cita pan-Islam dari segala kekuatannya.” Secara tak langsung cara tersebut akan bermanfaat bagi penyebaran agama Kristen sendiri, katanya lagi, sebab pelaksanaan politik asosiasi itu akhirnya akan memudahkan pekerjaan missi, oleh sebab missi akan “dapat lebih menumbuhkan pengertian pada kalangan penduduk pribumi yang telah kena asosiasi itu terhadap mereka.”[16]

Tetapi Politik Etis tidaklah sesabar Snouck Hurgronje dalam hal pengkristenan. Politik Etis tidak mengendurkan kegiatan missionaris agar memberi jalan bagi proses asosiasi seperti yang disarankan ilmuwan Belanda tersebut. Dalam hubungan ini pernyataan kerajaan Belanda dalam tahun 1901 yang memperkenalkan Politik Etis itu merupakan suatu bukti nyata:

Sebagai bangsa Kristen, Belanda mempunyai kewajiban untuk memperbaiki keadaan orang-orang Kristen pribumi di daerah kepulauan Nusantara, memberikan bantuan lebih banyak kepada kegiatan missi Kristen, dan memberikan penerangan kepada segenap petugas bahwa Belanda mempunyai kewajiban moril terhadap penduduk wilayah itu.[17]
Jadi persoalannya jelas, bukan karena Snouck tak membolehkan pengkristenan umat Islam di Indonesia, namun hanya beda cara antara Snouck dengan pemerintahan penjajah Belanda. Sedangkan missionaris pun didatangkan secara resmi oleh pemerintahan Belanda, ditambah pula dana yang jauh sangat berlipat-lipat dibanding terhadap Islam. Bisa disimak data berikut:

Subsidi dalam tahun (jumlah f - Gulden)
-----------------------------------------------------------------------------------
Agama 1936 1937 1938 1939
------------------------------------------------------------------------------------
Protestan 686.100 683.200 696.100 844.000
Katolik 286.500 290.700 296,400 335.700
Islam 7.500 7.500 7,500 7.600
___________________________________________________________
Sumber: Staatsblad 1936: No. 355 hal 25, 26; 1937 No. 410, hal 25,26; 1938: No. 511, hal 27,28; 1939: No. 593, hal 32, dikutip Deliar Noer, hal 39.

Setelah tergambar bahwa pengkristenan Indonesia oleh Belanda itu memang disengaja oleh penjajah Belanda, dan sebenarnya didukung pula oleh penasihat ahlinya yaitu Snouck Hurgronje hanya saja beda cara, maka sikap Snouck itu akan tampak lebih jelas lagi dalam data dan kemudian pernyataan Snouck Hurgronje sendiri. Berikut ini data sejarahnya.

Orientasi Snouck Hurgronje tampak jelas dalam bantahannya yang keras kepada Menteri Belanda, Lohman, dalam surat yang ditulisnya kepada menteri pada 19 Desember 1913. Surat-surat kabar memuat penjelasan menteri bahwa Snouck Hurgronje mendukung semboyan “Hindia Belanda untuk pengikut-pengikut Muhammad (orang-orang Islam)”. Snouck Hurgronje menulis hal berikut ini:

“Saya amat bergembira sekiranya tanggung jawab kesalahpahaman ini terletak pada para redaktur suratkabar. Jika demikian, masalahnya menjadi mudah. Akan tetapi, jika yang terjadi ternyata para redaktur membuat tulisan itu berdasarkan ucapan Anda, maka saya bertanya kepada Anda dengan penuh sopan. Anda mesti memberitahukan saya, yang mana dari tulisan-tulisan saya yang tidak sedikit membahas Islam di Hindia Belanda yang membuat Anda salah paham tersebut? Barangkali Anda tidak tahu bahwa saya tanpa kepentingan pribadi, telah memberikan andil dalam pengkaderan para missionaris di Rotterdam. Karena ceramah-ceramah saya tentang Belanda dan Islam, saya menerima surat-surat penghargaan yang dikirim kepada saya secara langsung oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda, direktur Misi Kristenisasi, dan misionaris Adriani, dan dari Albert Kruyt, mantan Konsul di Jeddah. Mereka semua sudah menjalin hubungan persahabatan dengan saya sejak 25 tahun yang lalu. Karena itu, saya berhak menuntut agar jangan menilai kecuali pada apa yang saya katakan atau yang saya tulis sendiri. Yang saya inginkan, agar mereka yang tidak menguasai persoalan hendaklah berdiam diri dan tidak berbicara tentang saya, dan tentang pekerjaan saya dalam pertemuan-pertemuan orang banyak.” [18]

Dari perasaan superioritas itulah, Snouck Hurgronje menyerang syariat, karena seperti para orientalis lain pada masanya, dia percaya bahwa “kebudayaan Eropa” tidak mungkin memberantas “orang-orang bodoh Muslim”, kecuali jika mereka melepaskan diri dari agama “reaksioner”. Karena itu, dia tidak bersemangat atas pengiriman misi pekabaran Injil. Pada waktu yang sama, dia tidak memberi perintah untuk melarang pengiriman misi ke Hindia Belanda, kecuali jika mayoritas penduduknya menganut Islam, mereka diperintahkan menjalankan muslihat dan bujuk rayu. Di samping itu, dia pun menggalakkan pembukaan sekolah-sekolah misi dengan harapan agar penganut Islam secara berangsur beralih ke agama Kristen.[19]

Penjelasan tambahan dan kesimpulan

1.Orientalis secara garis besar ada tiga kategori: a. mengabdi kepentingan penjajah, b. menjalankan misi Kristen/ Katolik, c. berupaya obyektif, tetapi ini sangat langka dan bahkan dimusuhi oleh dua kelompok lainnya.
2.Orientalis tradisional adalah yang mengabdi kepada penjajah dan kepentingan misi. Sehingga bila ada orientalis yang mau obyektif maka dipengaruhi bahkan dimusuhi oleh para orientalis tradisional itu.
3.Christian Snouck Hurgronje adalah orientalis Belanda terkemuka akhir abad 19 dan abad 20 (w 1936) yang menjadi penasihat khusus kolonial Belanda urusan (Islam) di Hindia Belanda.
4.Untuk kepentingan kolonial Belanda itu Snouck menyamar sebagai orang Islam dan masuk ke Makkah selama 6,5 bulan dengan nama samaran Abdul Gaffar. Atas bantuan Raden Abu Bakar, bangsawan Indonesia di Jeddah, maka Snouck bisa menemui syekh-syekh di Makkah bahkan ulama tertinggi, Ahmad bin Zaini Dahlan. Atas bantuan Raden Abu Bakar itu Snouck mendapatkan rekomendasi dari Ahmad bin Zaini Dahlan, Mufti Makkah, untuk berhubungan dengan ulama-ulama di Jawa (Indonesia). Kepentingan itu tampaknya gayung bersambut, karena Mufti Makkah Ahmad bin Zaini Dahlan adalah orang yang paling keras menentang Wahabi bahkan memfatwakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab pendiri faham Wahabi sebagai Musailamah Al-Kaddzab baru, karena sama-sama dari Yamamah. Pengaruh Wahabi jangan sampai tumbuh di Jawa, maka rekomendasi untuk Snouck pun diberikan oleh Mufti Ahmad Zaini Dahlan demi memperlancar hubungannya dengan para ulama di Indonesia.
5.Kelihaian Snouck di Aceh pun tak kurang “menguntungkan” bagi Belanda. Dengan adanya Snouck bisa mendekati Habib Abdur Rahman Ad-Dhohir yang menginginkan jadi Sultan di Aceh, Snouck mampu mengorek rahasia-rahasia yang “dijual” oleh Habib itu tentang ulama dan umat Islam Aceh.
6.Setelah Snouck mendapatkan rahasia akurat dari pengkhianat Aceh yaitu Habib Abdur Rahman tersebut, maka Snouck mengusulkan kepada pemerintah Belanda bahwa tidak ada jalan lain kecuali menghancurkan para ulama Aceh.
7.Meskipun sebegitu tegasnya untuk menghancurkan ulama dan Muslimin Aceh, namun Snouck tidak setuju kalau kristenisasi di Indonesia itu memakai cara-cara yang dilakukan missionaris selama ini. Snouck menyarankan agar kristenisasi dilakukan secara pendekatan dan sosialisasi budaya Eropa/ Belanda. Dengan cara pendekatan budaya itu menurut Snouck, umat Islam Indonesia tidak bereaksi, dan bahkan nantinya mereka masuk Kristen dengan sendirinya.
8.Ide dan cara yang diusulkan Snouck itu ditentang oleh pihak missionaris yang memang ditugaskan secara resmi oleh kerajaan Belanda ke Indonesia, sehingga terjadi polemik antara Snouck dengan anggota parlemen, dan bahkan Menteri Belanda, Lohman. menuduh Snouck sebagai orang yang menghalangi kristenisasi di Indonesia.
9.Tidak kurang dari itu, Prof HM Rasjidi intelektual Indonesia yang dikenal anti kristenisasi pun bahkan menilai Snouck sebagai teman umat Islam Indonesia, karena Snouck tak membolehkan umat Islam ini dikristenkan Belanda.
10.Apa yang difahami HM Rasjidi itu tidak mendasar, karena justru Snouck sendiri menolak keras tuduhan Menteri Belanda, Lohman, yang menganggap Snouck tak menyetujui Kristenisasi di Hindia Belanda. Hingga Snouck menunjukkan bukti-bukti kegigihannya membantu pengkaderan misi Kristen di Rotterdam, dan penghargaan terhadap dirinya langsung dari Gubernur Jendral di Hindia Belanda atas upaya missi yang diemban Snouck.
11.Meskipun demikian, Snouck sendiri mencatatkan dirinya di buku Bevolingsregister te Leiden sebagai orang yang ‘tidak beragama’.
Demikianlah sikap Christian Snouck Hurgronje terhadap Islam dan Muslimin di Indonesia, selaku penasihat ahli pemerintah kolonial Belanda. Orang yang suka bermisal-misal tentang musang berbulu ayam, mungkin bisa mengatakan: Snouck itu saking pandainya berbulu ayam, maka mssionaris dan menteri Belanda menuduhnya sebagai ayam.

Demikian pula Prof HM Rasjidi menganggap Snouck sebagai teman ayam. Tetapi Snouck sendiri mencak-mencak bahwa dirinya bukanlah ayam, tetapi pembina kader musang, dan mendapat penghargaan langsung dari Gubernur Jendral musang.

*Hartono Ahmad Jaiz penulis buku-buku Islam, pemimpin redaksi nahimunkar.com, tinggal di Jakarta.

Catatan kaki:

[1] H Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, 1985, h 20-21
[2] Dr Qasim As-Samra’i, Al-Istisyraqu bainal Maudhu’iyati wal Ifti’aliyah, terjemahan Prof. Dr Syuhudi Isma’il dkk, Bukti-bukti Kebohongan Orientalis, GIP, Jakarta, cetakan pertama 1417H/ 1996M, hl 139.
[3] H Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, cetakan pertama, 1985, hal 1-2, mengutip Harry J Benda, “Christian Snouck Hurgronje and the Foundations of Dutch Islamic Policy in Indonesia,” dalam Contiunity and Change in Southeast Asia, (Yale University, 1972), hal 83.
[4] Aqib Suminto, hal 2.
[5] Dr Qasim As-Samra’i, Op cit, hal 142-143.
[6] Ibid hal 143-144.
[7] Ibid hal 154.
[8] K. Van de Maaten, Snouck Hurgronje en de Atjeh Oorlog, Leiden, 1948, hal 95, dikutip Dr Qasim Assamurai, hal 158.
[9] Dr Ahmad Abdul Hamid Ghurab, ru’yah Islamiyyah lil Istisyraq, terjemahan AM Basalamah, Menyingkap Tabir Orientalisme, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, I, 1992, hal 97-98.
[10] Hendrik Kraemer, the Crisitian Message in a non-Christian World, London, 1938, edisi kedua, 1947.
[11] B.J Boland, the Strugle of Islam in Modern Indonesia’s Gravenhage, 1970, hal 236, dikutip Qasim Assamurai hal 164.
[12] Kraemer, op cit, hal 353, bandingkan Boland, op cit, hal 240, no 146, dikutip Qasim, ibid, hal 164.
[13] Endang Basri Ananda (editor), 70 Tahun Prof. Dr. H.M Rasjidi, Harian Umum Pelita, Jakarta, 1985, hal.53-54
[14] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, cetakan II, 1985, hal 182, mengutip Pangeran Aria chmad Djajadiningrat, Kenang-kenangan (Jakarta: Kolff-Buning/ Balai Pustaka, 1936), hal 385.
[15] Deliar Noer, hal 182-183, mengutip Hurgronje, Nederland en de Islam, edisi ke-2 (Leiden: E.J Brill, 1915), hal 59, 78.
[16] Hurgronje, ibid, hal 94, dikutip Deliar, hal 183.
[17] Deliar, hal 183-184, mengutip Handelingen der Staten Generaal, Pidato kenegaraan Raja, 18 September 1901 sebagai dikutip oleh van der Kroef, JM va der, Dutch Colonial Policy in Indonesia, hal. 53).
[18] Dr Qaim As-Samra’i, op. cit., hal 165-166, mengutip bagian-bagian surat Snouck Hurgronje kepada Menteri Lohman dari teks pidato van Koningsveld dengan izinnya.
[19] Dr qasim As-Samra’i, -- hal 168, mengutip Bevolkingsregister te Leiden.

Oleh Hartono Ahmad Jaiz*


Read More..