Wednesday, November 25, 2015

Nikmat Tuhan Kamu yang Manakah yang Kamu Dustakan?

Suatu hari ada seorang laki-laki yang sedang menengok seorang temannya yang sedang sakit di sebuah rumah sakit, dengan membawa makanan kesukaan temannya itu . Ia berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ke tempat dimana temannya itu dirawat.

Ketika sampai di kamarnya ia melihat temannya itu sedang berbaring dan menatap dengan wajah gembira atas kedatangan laki-laki itu. Laki-laki itupun bertanya bagaimana kabarnya dan sampai sejauh mana kondisinya. “Alhamdulillah…saya sedang diberi nikmat oleh Allah SWT berupa ujian sakit ini. Alhamdulillah kondisinya menurut dokter perlu terus diobservasi dan Alhamdulillah saya juga masih bisa menjalani ujian ini dengan kesabaran yang penuh dan masih bisa shalat walaupun dalam keadaan berbaring,” sambil meringis menahan kesakitan dia terus mengucap rasa syukur itu dan laki-laki yang mendengarnya pun menjadi bingung, kenapa dia sedang sakit tapi hanya kesyukuran terus yang ia ucapkan. Tidakkah kelihatannya dia meringis kesakitan dan kelihatan pucat wajahnya. Apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya?

“Untuk apa mengeluh lebih baik kita mengingat Allah SWT dan terus berdzikir kepada-Nya saja dalam setiap rintihan kesakitan yang kita rasakan. Subhanallah…Alhamdulillah…Allahu Akbar… Semoga saja dengan zikirnya ini dan Allah SWT akan terus menggugurkan dosa-dosa yang telah saya lakukan di masa lalu.”

Oh, ternyata itulah rahasianya. Dia masih mampu melihat kebesaran Allah SWT dalam kesakitannya dan merasa menjadi semakin dekat dengan-Nya karena di setiap nafas yang dia hembuskan masih diberinya kesempatan untuk menghirup udara yang Allah SWT berikan. Duh, jadi teringat diri ketika sedang sakit terkadang keluhan ketidaksabaran yang suka terucapkan. Ya Allah, ampuni kami jka selama ini ku lalai dengan nikmat sehat ini.

“Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku; dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. Asy-Syu’ara [26] : 79-80)

Di salah satu televisi ada acara yang menampilkan seorang bapak yang diberi ujian oleh Allah SWT tidak dapat melihat. Ketika diwawancara itu masih banyak hal yang bisa dia kerjakan walaupun dalam keadaan buta. Dia masih bisa membaca Al-Qur’an, berjalan untuk berda’wah di tempat ibu-ibu Majelis Ta’lim bahkan selalu bersemangat terus bermanfaat untuk orang lain.

Satu yang membuat salut adalah dia masih terus saja bersyukur dengan kekurangannya itu tidak ada satupun kalimatnya mengeluh bahkan menyalahkan kondisi ini. Bagaimana dia bisa seperti itu, di saat yang bisa dilihatnya hanya gelap saja tak berwarna, di saat dia hanya melihat dengan mata hatinya saja tanpa bisa memandang apa yang ada di hadapannya. Mungkin hanya membayangkan saja. Bagaimana sebenarnya bentuk gelas itu, bagaimana sebenarnya bentuk bunga itu. Kata orang-orang bunga itu indah berwarna-warni ada yang merah ada yang putih, ungu kata orang-orang wajah istriku cantik, dan kata orang-orang pelangi itu indah. Yah…itu hanya kata orang-orang tapi yang bisa dia lihat hanyalah warna hitam saja. Jauh dari indah. Bisa kita bayangkan saja dengan menutup mata kita yang masih bisa melihat ini, ternyata tak terlihat indahnya apa warnanya dan bagaimana bentuknya? Walaupun begitu dia masih terus saja bersyukur dan bersyukur. Aku jadi malu terhadap diri yang masih suka melihat hal yang sia-sia.

YA Rabb…ampuni kami jika selama ini kami lalai dengan nikmat penglihatan ini. “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yg hina. Kemudian DIa meyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (QS. As-Sajdah [32] : 7-9)

Ada sepasang suami istri yang sedang terkena musibah tempat tinggal dan juga sekaligus tempat usahanya habis terbakar dilalap si jago merah. Hanya tinggal baju di badan saja yang tersisa. Semua harta kekayaan dan materi yang mereka kumpulkan bertahun-tahun habis tak bersisa. Tapi apa jawaban mereka ketika ditanya atas musibah yang mereka alami. “Alhamdulillah…Kami masih bisa selamat tanpa luka dan masih bisa hidup sampai sekarang ini Dan semua ini adalah kehendak-Nya. Insya Allah dibalik ini semua tersimpan banyak hikmah. Materi bisa dicari lagi yang penting kita masih diberi nikmat untuk hidup dan berusaha menjalani kehidupan ini lebih baik lagi.”

Subhanallah…begitu hebatnya mereka memandang suatu musibah dengan kekuatan keimanan dan ketaqwaan kepada Sang Pemberi Nikmat ,Allah SWT. Ya Allah…maafkan atas kelalaian kami kurangnya rasa syukur terhadap nikmat rezeki yang kami miliki sekarang dan kealpaan kami atas terlenanya rezeki yang Engkau berikan “Semua yang ada di bumi itu akan binasa; Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan; Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-RAhman [55] : 26-28)

Ya… Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Semoga kita semua selalu menjadi orang yang selalu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan di setiap detik, menit, jam serta hari ini dan hari-hari yan akan datang. Dan tidak menjadi orang yang mendustakan semua ni’mat- Nya. Aamiin.


Read More..

4 Cara Mengubah Takdir

Banyak orang malas yang menjadikan takdir sebagai dalih atas kemalasannya. Padahal, takdir itu boleh diubah. Memang, tidak semua takdir boleh diubah. Misalnya, jika kita ditakdirkan sebagai seorang laki-laki, tidak boleh diubah menjadi seorang perempuan. Kita memang tidak boleh mengubah takdir yang sudah terjadi sebab waktu memang diciptakan tidak boleh ke belakang. Yang dimaksud mengubah takdir disini ialah mengubah takdir dimasa mendatang.
Lalu bagaimana cara kita mengubah takdir? Cara yang benar dan tepat, tentu saja harus bersumber dari Pembuat takdir yang tiada lain Allah SWT melalui Al Quran dan Hadits Nabi saw.

Bagi Anda yang belum tahu, bahawa takdir boleh diubah, silahkan semak hadis berikut:
Hadis dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, bahawa Nabi SAW Bersabda : “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdoa, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya doa bermanfaat bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang boleh menolak taqdir kecuali doa, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada doa”. (HR Turmudzi dan Hakim)

Cara Mengubah Takdir
Mengubah Takdir Dengan Berdoa.
Allah yang menetapkan takdir kita, maka Allah memiliki kuasa untuk mengubahnya, ertinya takdir baru bagi kita. Mengubah takdir ertinya Allah menggantinya dengan takdir baru. Tetap, Allah yang menetapkan takdir. Cara pertama ialah dengan berdoa seperti yang dijelaskan pada hadis diatas.

Cara Kedua adalah bersedekah. Rasulullah SAW pernah bersabda : “Silaturrahmi dapat memperpanjang umur dan sedekah dapat merubah taqdir yang mubram” (HR. Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi, Imam Ahmad)

Cara Ketiga adalah bertasbih. Ada hadis yang diriwayatkan dari Saad Ibnu Abi Waqosh, Rasulullah bersabda :
“Mahukah kalian Aku beritahu sesuatu doa, yang jika kalian memanfaatkan itu ketika ditimpa kesedihan atau bencana, maka Allah akan menghilangkan kesedihan itu? Para sahabat menjawab : “Ya, wahai Rasululullah, Rasul bersabda “Iaitu doa “Dzun-Nun : “LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINADH-DHOLIMIN” (Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk diantara orang-orang yang zalim”). (H.R. Imam Ahmad, At-Turmudzi dan Al-Hakim).

Cara keempat ialah dengan bersholawat ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ubay Ibnu Kaab, bahawa ada seorang lelaki telah mendedikasikan semua pahala selawatnya untuk Rasulullah SAW, maka Rasul berkata kepada orang tersebut : “Jika begitu lenyaplah kesedihanmu, dan dosamu akan diampuni” (H.R Imam Ahmad At-Tabroni)

Jadi, jangan berhenti berdoa dan berusaha. Seburuk mana pun kedudukan masa ini, semuanya masih boleh berubah. Bagaimana pun pahitnya pengalaman kita dimasa lalu, masih boleh berubah. Optimis selalu Anda boleh mengubah takdir Anda menjadi lebih baik.

Read More..

Arsip Kategori: Perang Rasulullah (PERANG BADAR)

PERANG BADAR
Setelah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah bersama-sama para sahabatnya dan diterima baik oleh orang-orang anshar, Islam telah berkembang, tersebar luas dan diterima oleh banyak kabilah-kabilah arab. Kekuatan dan ekonomi Madinah telah menjadi kukuh. Orang-orang arab Quraisy Makkah tidak senang hati dengan kemajuan ini.
Perang Badar merupakan perang pertama yang dilalui oleh umat Islam di Madinah. Ia merupakan isyarat betapa mulianya umat Islam yang berpegang teguh pada tali agama Allah. Kemenangan besar kaum muslimin tidak terletak pada jumlah tentara yang ikut serta tetapi terkandung dalam kekuatan iman yang tertanam disanubari mereka. Dengan Keyakinan mereka pada Allah yang sangat kukuh itu, Allah telah menurunkan bantuan ibarat air yang mengalir menuju lembah yang curam. Tidak ada sesiapa yang dapat menahan betapa besarnya pertolongan Allah terhadap umat yang senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Dikisahkan, Rasulullah terlebih dahulu sampai di sumber mata air Badar dan memutuskan untuk berhenti di tempat itu. Dan itu merupakan bagian dari strategi agar pasukan kaum muslimin dekat dengan sumber air. Melihat hal itu, Habab ibn Mundzir berkomentar, “Wahai Rasulullah! Mengapa engkau memilih tempat ini sebagai pemberhentian kita? Apakah tempat ini memang telah ditentukan Allah kepadamu dan kita tidak dapat memajukan atau mengundurkannya sedikitpun, ataukah ini adalah bagian dari pendapat, strategi, dan siasat perang?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Ini hanyalah sekedar pedapat, stategi, dan taktik perang.” Maka Habab berkata, “Wahai Rasulullah, jika demikian halnya, aku juga ingin mengemukakan pendapatku. Menurutku, tempat ini tidak tepat untuk kita berhenti. Sebaiknya kita terus berjalan hingga sampai di mata air yang paling dekat dengan perkemahan bangsa Quraisy. Setelah itu, kita duduki tempat tersebut dan kita hancurkan seluruh sumur yang ada di seberangnya dan menjadikannya kolam penampungan air. Lalu, kita penuhi kolam itu dengan air dan kita baru menyerang mereka. Dengan begitu, niscaya kita akan dapat minum air itu sedang mereka sama sekali tidak bisa meminumnya.” Pada saat itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Pendapatmu sangat bagus!” Kemudian, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun menjalankan taktik yang ditawarkan oleh Habab ibn Mundzir radhiallahu ‘anhu. Petunjuk yang diberikan oleh Habab ini diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dengan riwayat munqathi’ -Ibnu Hisyam (2/312-313), atau dengan riwayat mursal dan terhenti pada Urwah sebagaimana yang tertulis dalam al-Ishabah (1/302), Hakim (3/446-447). Riwayat tersebut dinilai sebagai hadis munkar oleh Dzahabi dan Umawi sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Katsir di dalam al-Bidayah wa an-Nihayah (3/293) dengan silsilah periwayatan yang munqathi’ (terputus).
Ketika mereka telah berhasil menduduki tempat yang dimaksud, Sa’ad ibn Muadz berkata kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam, “Wahai Nabi Allah! Tidakkah kami perlu membangun kemah khusus untuk tempat istirahatmu, menyiapkan hewan kendaraanmu dan kemudian kita baru menyerang musuh kita? Sungguh, seandainya Allah memberikan kemenangan dan kejayaan kepada kita atas musuh-musuh kami, maka itulah yang kami inginkan. Namun, bila kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya, maka engkau sudah siap untuk menyelamatkan diri dan menemui kaum kita. Wahai Rasulullah, sesungguhnya ada beberapa kaum yang menantimu di tanah air kita dan kecintaan mereka terhadapmu lebih besar dari kami. Sehingga, bila mereka mendengar bahwa engkau berperang, niscaya mereka pun tidak akan tinggal diam. Allah pasti akan melindungimu dengan mereka. Sebab mereka pasti akan memberimu pertimbangan dan senantiasa berjuang di belakangmu.” Maka, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun menyepakati usulan Sa’ad tersebut.
Meskipun demikian, perlu digarisbawahi bahwa saat terjadinya perang Badar tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam ikut berperang aktif dan terlibat langsung dalam pertempuran. Jadi, beliau tidak hanya berada di dalam kemah dan berdoa saja sebagaimana dipahami oleh sebagian ahli sejarah. Ahmad menuturkan: Ali radhiallahu ‘anhu menceritakan, “Kalian tentu telah menyaksikan bagaimana kami pada saat pecahnya perang Badar. Saat itu, kami berlindung di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam, sedang beliau terus membawa kami mendekati musuh. Dan beliau adalah orang yang paling berani ketika itu.”
Dengan isnad yang sama, sebuah hadis lain menuturkan, “Ketika keberanian mulai memuncak pada saat perang Badar, kami terus bergerak bersama-sama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam Bahkan, beliau adalah orang yang paling berani. Terbukti, tidak ada satu pun kaum muslimin yang paling dekat dengan musuh selain beliau.”
Muslim meriwayatkan: Pada perang Badar, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata kepada para sahabatnya, “Jangan ada seorang pun di antara kalian bergerak sebelum aku memberi komando.” Ibnu Katsir berkata, “Beliau terjun dan terlibat langsung dalam pertempuran itu dengan segenap jiwa dan raga. Demikian halnya dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Sehingga, keduanya tidak hanya berjuang dengan berdoa dan bermunajat kepada Allah di dalam kemah saja, tetapi juga turun ke medan pertempuran dan bertempur dengan mengerahkan segala daya dan upaya.”
Demikianlah, setelah pada siang harinya mengerahkan segala kemampuan dan daya upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk memenangkan pertempuran, pada malam harinya beliau menghabiskan waktunya untuk terus berdoa dan memohon kepada Allah untuk memberikan kemenangan terhadap pihak tentara Islam. Adapun salah satu doa beliau saat itu adalah seperti yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim berikut: “Ya Allah, sempurnakanlah kepadaku segala apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa-apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam, tentulah Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi ini.”
Sebuah riwayat mengatakan: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam terus berdoa sampai kain sorbannya terjatuh dari kedua pundak beliau. Kemudian, Abu Bakar datang menghampiri beliau, mengambil sorban beliau yang terjatuh dan kemudian memakaikannya kembali ke pundak beliau. Setelah itu, ia pun melakukan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam di belakangnya. Setelah itu, Abu bakar berkata, “Wahai Nabi Allah, tidakkah sudah cukup permohonanmu kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena sesungguhnya Allah pasti akan memenuhi seluruh janji-Nya kepadamu?” Maka Allah berfirman,“(lngatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut’.” (QS. Al-Anfal: 9) Dan benar, esok harinya, Allah mengirimkan bala bantuan kepada mereka berupa pasukan tentara malaikat.” Adapun doa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pada saat perang Badar yang diriwayatkan oleh Bukhari adalah:”Ya Allah, hamba memohon kepada Engkau akan janji dan perjanjian Engkau. Ya Allah, jika Engkau berkehendak (membuat hamba kalah), Engkau tidak akan disembah setelah hari (peperangan) ini.”
Riwayat lain menceritakan: Lalu Abu Bakar memegang tangan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan kemudian berkata, “Sudahlah Rasulullah, engkau sudah meminta dan mendesak Tuhanmu tanpa henti!” Esok harinya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mempergunakan baju besi dan kemudian keluar dari kemahnya seraya berkata, “Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” (QS. Al-Qamar: 45)
Ibnu Hatim menceritakan: Ikrimah berkata, “Ketika diturunkannya ayat ‘golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang … ‘, Umar berkata alam hati, “Golongan manakah yang akan dikalahkan itu?”
Umar radhiallahu ‘anhu juga menceritakan: Ketika perang Badar dimulai, aku melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam mempergunakan baju besi sambil berkata, Golongan itu (pasukan Quraisy) pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” Maka, aku segera mengetahui maksud ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut.”
Pada hari Jum’at pagi, tanggal 17 Ramadhan, tahun ke-2 hijriah, tepatnya ketika kedua belah pihak (muslim dan Quraisy) sudah saling berhadapan dan sedang mengambil ancang-ancang untuk saling menyerbu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa kepada Allah seraya berkata: “Ya Allah, itulah kaum Quraisy yang telah datang dengan sombong dan congkaknya. Mereka memusuhi-Mu, menyalahi perintah-perintahMu, dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, aku hanya meminta pertolongan yang telah Engkau janjikan kepada hamba. Ya Allah, binasakanlah mereka pagi ini!”
Setiap kali akan berangkat bertempur, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam selalu terlebih dahulu merapatkan barisan pasukan kaum muslimin. Dia melakukan inspeksi barisan seraya menggenggam sebuah anak panah. Saat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam sedang melakukan pemeriksaan barisan, tiba-tiba beliau menekankan anak panah beliau ke perut Sawad ibn Ghaziyyah. Pasalnya, waktu itu ia agak sedikit keluar dari barisan. Beliau berkata kepadanya, “Sawad, luruskan barisanmu!” Sawad pun menjawab, “Rasulullah, engkau telah menyakitiku, maka bolehkah aku membalasmu?” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam membuka bagian perut beliau seraya berkata, “Lakukanlah!” Akan tetapi, Sawad ternyata tidak jadi membalas, tetapi justru memeluk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan mencium bagian perut beliau. Dengan heran, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bertanya, “Apa yang membuatmu seperti ini, Sawad?” Sawad menjawab, ”Wahai Rasulullah, seperti itulah yang aku inginkan. Sesungguhnya aku telah berharap agar mati setelah bisa menyentuhkan kulitku dengan kulitmu.” Lantas, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam pun mendoakan Sawad dengan hal yang baik-baik. Setelah itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam memberikan berbagai arahan dan pengarahan kepada pasukan muslim tentang berbagai hal yang berkaitan strategi dan siasat mereka hari itu. Beliau berkata, “Apabila mereka mendekati kalian, maka serang mereka dengan anak panah kalian dan jangan sampai didahului oleh mereka! Ingat, jangan sampai kalian melupakan pedang kalian hingga kalian lengah dan dapat dirobohkan.” Setelah berpesan demikian, beliau lantas mengobarkan semangat pasukan muslimin dengan berkata, “Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di genggaman-Nya, setiap orang yang berperang melawan mereka (pasukan Quraisy) pada hari ini, kemudian mati dalam keadaan tabah, mengharapkan keridhaan Allah, maju terus pantang mundur, pasti akan dimasukkan ke dalam surga. “
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dikatakan bahwa ketika kaum musyrikin telah mendekat, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Bangkitlah kalian untuk menuju surga yang luasnya seperti luas langit dan bumi.” Mendengar ucapan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam tersebut, Umair ibn Humam al-Anshari berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah benar surga memiliki luas seperti luas langit dan bumi?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Benar.” Dengan terkagum-kagum, Umair berucap, “Oh, betapa besarnya surga itu!” Lalu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bertanya kepada Umair, “Mengapa engkau berkata demikian?” Umair menjawab, “Tidak, Rasulullah. Demi Allah, aku hanya berharap menjadi bagian dari penghuninya.” Beliau berkata, “Engkau akan menjadi salah satu penghuninya. “
Kemudian, ia mengeluarkan beberapa butir kurma dan memakannya. Setelah itu, ia berkata, “Seandainya aku masih hidup dan dapat memakan kurma-kurma ini, maka itu adalah kehidupan yang sangat panjang.” Lalu ia melemparkan kurma yang ada di genggamannya dan kemudian menjadi beringas bertempur sampai akhirnya terbunuh.
Auf ibn Harits (putra Afra) berkata, ”Wahai Rasulullah, apa yang membuat Allah tersenyum saat melihat hamba-Nya?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Ketika tangan seorang hamba itu menceburkannya ke tengah-tengah musuh tanpa mempergunakan pelindung.” Maka, seketika itu juga Auf membuka pakaian besi yang melindunginya, dan kemudian melemparkannya. Setelah itu, ia menghunus pedangnya dan bertempur di medan perang sampai terbunuh.”
Sebelum dimulainya peperangan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam meminta kepada para sahabatnya untuk tidak membunuh orang-orang dari Bani Hasyim dan beberapa orang lainnya. Pasalnya, mereka ikut meninggalkan kota Mekah dan berperang karena dipaksa. Dan di antara mereka yang disebutkan namanya oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam adalah Abu Bukhtari ibn Hisyam (salah satu orang yang pergi ke Ka’bah untuk merobek surat pemboikotan bangsa Quraisy terhadap kaum muslimin dan ia sama sekali tidak menyakiti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam) dan Abbas ibn Abdul Muthalib.
Ketika Abu Hudzaifah mendengar perintah itu, ia berkata, “Apakah kami harus membunuh bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, dan keluarga kami, sementara kami harus membiarkan Abbas hidup? Demi Allah, bila aku bertemu dengannya, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang.” Akhirnya, ucapan tersebut sampai ke telinga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam Maka, beliau pun berkata kepada Umar, “Wahai Abu Hafshah, benarkah ia akan memukul wajah paman Rasulullah dengan pedang?” Umar berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan saya untuk memenggal lehernya dengan pedang. Demi Allah, ia telah berbuat kemunafikan.” Sementara itu, beberapa waktu kemudian, Abu Hudzaifah berkata, “Aku merasa tidak tentram dengan kata-kataku saat itu. Bahkan sampai sekarang aku masih merasa takut, kecuali bila aku sudah menebusnya dengan kesyahidan.” Maka, akhirnya Abu Hudzaifah pun mati syahid pada perang Yamamah.
Dikisahkan bahwa sebelum peperangan dimulai, Asad ibn Abdul Asad al-¬Makhzumi keluar dari pasukan Quraisy seraya berkata, “Demi tuhan, aku sungguh-sungguh akan meminum air kolam mereka, akan merusaknya (kolam air), atau mati di hadapannya.” Maka, ketika ia sudah mendekat, Hamzah pun merintanginya dan menyerangnya. Hamzah berhasil memukulnya hingga kakinya retak. Akan tetapi, Asad masih terus merangkak menuju ke kolam guna memenuhi sumpahnya dan Hamzah terus mengikutinya, memukul, dan akhirnya membunuhnya di depan kolam tersebut.
Pengajaran dari peperangan ini menunjukkan bahwa kaum Quraisy tidak bersatu padu. Ini terbukti apabila ada beberapa pasukan yang menarik diri sebelum perang terjadi. Dengan ini sebagai orang Islam kita harus bersatu demi untuk mencapai kemenangan. Kaum Quraisy terlalu yakin yang mereka akan berjaya memusnahkan Islam yang memang sedikit dari jumlah tetapi tidak dari semangat. Mereka tidak dapat mengalah tentera Islam karena semangat tentera Islam begitu kukuh kerana Rasulullah telah berjaya menjalin silaturrahim yang kuat sesama Islam. Nabi Muhammad S.A.W pintar mengendalikan taktik peperangan. Orang Islam mempunyai pegangan yaitu berjaya didunia atau mati syahid.

Read More..

Arsip Kategori: Perang Rasulullah (PERANG UHUD)

PERANG UHUD
Perang Uhud terjadi karena golongan kafir Quraisy mencoba membalas kekalahan mereka dalam Perang Badr, lalu memancing amarah penduduk Madinah dengan menduduki ladang gandum di Jabal Uhud. Jabal Uhud (Gunung Uhud) merupakansebuah gunung yang berjarak lebih kurang tiga mil dari kota Madinah. Tempat ini terkenal sebagai medan peperangan antara umat Islam dan golongan kafir Quraisy pada tanggal 15 Syawwal 3 H (Maret 625 M) yang kemudian disebut Perang Uhud. Gunung ini merupakan bagian dari dataran tinggi yang membentang dari utara ke selatan dan menyebar ke timur dan kemudian membentuk bukit-bukit sendiri. Bukit-bukit itu hampir tidak memiliki karena merupakan dataran tinggi berbentuk persegi panjang. Daerah di sekitar dataran ini gersang dan tandus, ditutupi bebatuan dan pasir. Hanya di bagian selatan terdapat ladang-ladang gandum dan tanah perkebunan yang dialiri selokan kecil. Akan tetapi, daerah itu terkadang dilanda banjir dari curahan hujan lebat.
Perang Uhud adalah antara peristiwa penting pada Syawal. Peristiwa yang berlaku pada 7 Syawal tahun ketiga hijrah itu dinamakan Uhud karena lokasi peperangan di kawasan Bukit Uhud. Syawal juga menyaksikan perang parit atau Perang Khandak yang berlaku pada tahun kelima hijrah apabila Yahudi menghasut kafir Quraisy supaya bermusuh dengan umat Islam di Madinah.

Di balik peperangan ini, umat Islam yang baru selesai menjalani tarbiah Ramadan dan marayakan Idul fitri tidak sedikit pun terkecuali untuk sama-sama mempertahankan kemenangan dan diri daripada ancaman musuh. Detik awal ghazwah Uhud bermula ketika penduduk Makkah Quraisy malu besar di atas kekalahan mereka dalam Perang Badar. Tidak ada pedagang Quraisy yang berani berdagang ke Syria karena bimbang jika ditangkap orang Islam. Jika keadaan itu berlanjut, kota Makkah akan diancam bahaya kelaparan dan krisis ekonomi. Oleh karena itu, semua pembesar Quraisy berunding untuk mendapatkan keputusan mengenai perkara itu. Mereka memutuskan semua keuntungan perdagangan pada tahun itu akan dipergunakan untuk membentuk satu angkatan perang yang kuat.
Karena Abu Jahal meninggal dunia, maka Abu Sufian diangkat menjadi panglima perang untuk memimpin angkatan 3,000 tentera. Selain itu, ketua pasukan mereka yang ternama ialah Safwan (anak Umaiyah Khalaf yang menyeksa Bilal) dan Ikrimah (anak Abu Jahal).
Turut memimpin tentera ialah seorang yang gagah berani iaitu Khalid Ibnul-Walid. Kaum perempuan diketuai Hindun (isteri Abu Sufian). Mereka dikerahkan untuk menghibur dan menguatkan semangat perang anggota tentera. Mereka turut ke medan perang memukul genderang.
Karena musuh terlalu banyak, Nabi Muhammad saw berniat akan bertahan dan menanti musuh dalam kota Madinah. Tetapi suara terbanyak menyatakan bahwa berdasarkan siasat perang menghendaki agar musuh diserang di medan perang. Nabi tunduk kepada keputusan tersebut, sekalipun dalam hatinya berasa kurang tepat. Dalam hal yang tidak ada wahyu yang turun, Nabi selalu berbincang dengan orang ramai dan keputusan mereka pasti dijalankan dengan tawakal dengan berserah kepada Allah. Lalu Nabi masuk ke rumah memakai pakaian besinya dan mengambil pedangnya. Apabila Nabi keluar, banyak para sahabat yang mengusulkan untuk menyerang tadi, menarik usul mereka kembali kerana ternyata kepada mereka pendirian Nabi adalah benar. Tetapi, keputusan itu rupanya tidak dapat diubah lagi, kerana Nabi berkata: “Tidak, kalau seorang Nabi telah memakai baju perangnya, dia tidak akan membukanya kembali sebelum perang selesai.”
Tentera Islam hanya 1,000 orang. Semuanya berjalan kaki, hanya dua orang berkuda. Ramai pula antara mereka itu orang tua dan anak di bawah umur.
Sebelum matahari terbenam, mereka bertolak menuju ke Bukit Uhud. Setiba di pinggir kota Madinah, tiba-tiba 600 orang Yahudi, kawan Abdullah Ubay, menyatakan hendak turut bertempur bersama-sama Nabi. Tetapi Nabi sudah tahu maksud mereka yang tidak jujur, maka ditolaknya tawaran itu dengan berkata: “Cukup banyak pertolongan daripada Tuhan.”
Bersamaan penolakan ini, Abdullah Ubay malu dan marah, lalu berusaha menakutkan kaum Muslimin, agar mereka jangan turut berperang. Tiga ratus kaum Muslimin dapat dihasut hingga kembali pulang ke Madinah. Mereka ini yang dinamakan kaum munafik. Maka tinggallah Rasulullah dengan 700 orang tentera saja menghadapi musuh yang jumlahnya empat kali ganda itu. Tanpa diketahui musuh, sampailah kaum Muslimin di Bukit Uhud pada waktu dinihari. Nabi segera mengatur strategi perang. Bukit itu digunakan sebagai pelindung dari belakang, sedang dari sebelah kiri, dilindungi oleh Bukit Ainain. Lima puluh orang diarahkan Rasulullah supaya menjaga celah bukit dari belakang dengan diketuai Ibnuz-Zubair. Mereka diperintahkan tidak boleh meninggalkan tempat itu apapun yang akan terjadi. Tiba-tiba kedengaran sorak gemuruh musuh dari bawah lembah. Mereka sudah melihat tentera Islam. Mereka bergerak maju, menyerang dengan formasi berbentuk bulan sabit, dipimpin oleh Khalid Ibnul-Walid sayap kanannya dan Ikrimah Abu Jahal sayap kirinya.
Seorang musuh meronta maju sampai tiga kali menentang tentera Islam. Pada kali ketiga, maka melompatlah Zubair bagaikan harimau ke punggung unta itu. Musuh tadi dibantingkannya ke tanah, lalu dibedah dadanya oleh Zubair dengan pisau. Abu Dujanah selepas meminjam pedang Nabi sendiri, lalu menyerbu ke tengah-tengah musuh yang ramai itu. Pertempuran hebat berlaku dengan dahsyatnya. Arta pemegang panji musuh gugur di tangan Hamzah. Sibak yang menggantikan Arta segera berhadapan dengan Zubair. Selepas Sibak tewas menyusul Jubair Mut’im menghadapi Hamzah, untuk membalas dendam kerana Hamzah dapat menewaskan pamannya di medan Perang Badar. Jubair takut berhadapan dengan Hamzah. Hanya diperintahkan hambanya Wahsyi, bangsa Habsyi, dengan perjanjian apabila dapat menewaskan Hamzah dia akan dimerdekakan.
Dengan menyeludup di sebalik belukar dari belakang Hamzah dengan menggunakan tombak dia dapat menikam Hamzah. Hamzah adalah pemegang panji Islam pada waktu syahidnya. Panji itu segera diambil oleh Mus’ab ‘Umair. Beliau juga tewas di hadapan Nabi sendiri. Ali tampil menggantikannya. Bagaikan kilat Ali dapat menebas leher musuhnya yang memegang panji itu.
Setelah peperangan usai, Abu Sufyan mendaki sebuah bukit dan berteriak: “Apakah Muhammad ada di antara kalian?!” Namun kaum muslimin tidak menjawabnya. Kemudian dia berteriak lagi: “Apakah Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakr) ada di antara kalian?!” Tidak juga dijawab. Akhirnya dia berteriak lagi: “Apakah ‘Umar bin Al-Khaththab ada di antara kalian?!” Juga tidak dijawab. Dan dia tidak menanyakan siapapun kecuali tiga orang ini, karena dia dan kaumnya mengerti bahwa mereka bertiga adalah pilar-pilar Islam. Lalu dia berkata: “Adapun mereka bertiga, kalian sudah mencukupkan mereka.” Umar tak dapat menahan emosinya untuk tidak menyahut: “Wahai musuh Allah, sesungguhnya orang-orang yang kau sebut masih hidup! Dan semoga Allah menyisakan untukmu sesuatu yang menyusahkanmu.” Abu Sufyan berkata: “Di kalangan yang mati ada perusakan mayat, saya tidak memerintahkan dan tidak pula menyusahkan saya.” Kemudian dia berkata: “Agungkan Hubal!” Lalu Nabi berkata: “Mengapa tidak kalian jawab?” Kata para shahabat: “Apa yang harus kami katakan?” Kata beliau: “Allah Lebih Tinggi dan Lebih Mulia.” Abu Sufyan berkata lagi: “Kami punya ‘Uzza, sedangkan kalian tidak.” Kata Rasulullah : “Mengapa tidak kalian balas?”
Kata para shahabat: “Apa yang harus kami katakan?” Katakanlah: “Allah adalah Maula (Pelindung, Pemimpin) kami, sedangkan kalian tidak mempunyai maula satupun.”
Perintah Rasulullah agar mereka membalas ketika Abu Sufyan merasa bangga dengan sesembahan-sesembahan dan kesyirikannya, dalam rangka pengagungan terhadap tauhid sekaligus menunjukkan Keperkasaan dan Kemuliaan Dzat yang diibadahi oleh kaum muslimin.
Kemarahan ‘Umar mendengar kata-kata Abu Sufyan menunjukkan penghinaan, keberanian, terang-terangan kepada musuh tentang kekuatan dan keperkasaan mereka bahwa mereka bukanlah orang yang hina dan lemah.
Dalam perang itu, pasukan Islam sesuai dengan strategi Nabi Muhammad SAW, mengambil posisi di atas Jabal Uhud. Tetapi ketika mereka hampir menang, pasukan pemanah terpancing oleh ghonimah (harta rampasan perang). Mereka pun turun dari bukit dengan melawan instruksi Nabi SAW. Maka pasukan Quraisy segera merebut posisi di atas bukit dan dari situ menyerang pasukan Islam sampai menewaskan 70 syuhada.
Hikmah di dalam Peperangan Uhud
1. Memahamkan kepada kaum muslimin betapa buruknya akibat kemaksiatan dan mengerjakan apa yang telah dilarang, yaitu ketika barisan pemanah meninggal pos-pos mereka yang sudah ditetapkan oleh Rasulullah n agar mereka berjaga di sana.
2. Sudah menjadi kebiasaan bahwa para rasul itu juga menerima ujian dan cobaan, yang pada akhirnya mendapatkan kemenangan. Sebagaimana dijelaskan dalam kisah dialog Abu Sufyan dan Hiraqla (Heraklius). Di antara hikmahnya, apabila mereka senantiasa mendapatkan kemenangan, tentu orang-orang yang tidak pantas akan masuk ke dalam barisan kaum mukminin sehingga tidak bisa dibedakan mana yang jujur dan benar, mana yang dusta. Sebaliknya, kalau mereka terus-menerus kalah, tentulah tidak tercapai tujuan diutusnya mereka. Sehingga sesuai dengan hikmah-Nya terjadilah dua keadaan ini.
3. Ditundanya kemenangan pada sebagian pertempuran, adalah sebagai jalan meruntuhkan kesombongan diri. Maka ketika kaum mukminin diuji lalu mereka sabar, tersentaklah orang-orang munafikin dalam keadaan ketakutan.
4. Allah mempersiapkan bagi hamba-Nya yang beriman tempat tinggal di negeri kemuliaan-Nya yang tidak bisa dicapai oleh amalan mereka. Maka Dia tetapkan beberapa sebab sebagai ujian dan cobaan agar mereka sampai ke negeri tersebut.
5. Bahwasanya syahadah (mati syahid) termasuk kedudukan tertinggi para wali Allah
6. Allah menghendaki kehancuran musuh-musuh-Nya maka Dia tetapkan sebab yang mendukung hal itu, seperti kekufuran, kejahatan dan sikap mereka melampaui batas dalam menyakiti para wali-Nya. Maka dengan cara itulah Allah k menghapus dosa kaum mukminin.
7. Perang Uhud ini seakan-akan persiapan menghadapi wafatnya Rasulullah . Allah meneguhkan mereka, mencela mereka yang berbalik ke belakang, baik karena Rasulullah terbunuh atau meninggal dunia.
8. Hikmah lain adalah adanya pembersihan terhadap apa yang ada di dalam hati kaum mukminin.

Read More..

Thursday, April 30, 2015

Umat Islam, Bersiaplah Songsong Era Baru !

“Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan Dien (Jalan hidup) yang benar untuk dimenangkanNya atas segala Dien, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”
(Q.S At Taubah : 33)


Islam hadir berawal dari pinggiran kota Mekkah yang gersang, diturunkan kepada seorang penggembala yang tidak dapat membaca dan menulis. Ditengah suatu bangsa yang gemar menghabiskan energinya untuk berseteru antar sesamanya sendiri. Di apit oleh 2 kekuatan raksasa dunia yaitu peradaban Romawi Timur dan Persia. Namun dengan izinNya, petunjuk hidup yang dibawa penggembala tersebut akhirnya mampu menyatukan bangsa Arab yang tadinya terpecah belah, menaklukkan 2 kekuatan raksasa dan memimpin dunia.

Salah satu keistimewaan Islam adalah kemampuannya bertahan menghadapi situasi sesulit apapun, dihajar oleh makar musuh-musuhnya namun mampu bertahan dan tetap bersemi. Adalah Allah yang telah menjamin penjagaan Islam hingga menjelang akhir zaman. Jika kita mengacu hanya kepada nalar semata, maka jika bukanlah petunjuk dari Penguasa alam sudah tentu melihat perjalanannya Islam sudah luluh lantak dihajar bertubi-tubi. Namun Allah menunjukkan kuasaNya, Islam akan tetap ada dan bangkit sebagai cahaya yang menerangi perikehidupan manusia hingga menjelang akhir zaman.

Islam pernah berada dalam ambang kepunahan ketika perang Ahzab, pasukan sekutu berniat meluluh-lantakkan basis kaum muslimin di madinah ditambah kaum yahudi Bani Quraizhah yang mengkhianati perjanjian dan siap menikam dari belakang. Selama sebulan kaum muslimin terkepung oleh pasukan sekutu, digambarkan oleh AlQur’an saking gentingnya situasi hingga rasa sesak mencapai kerongkongan. Namun, berkat keteguhan iman generasi awal Islam, Allah memenuhi janjiNya dan memberikan pertolongan sehingga umat Islam terselamatkan dan justru semakin bersemi. Tak cukup sampai disitu, bahaya kembali datang, kali ini pasukan terkuat didunia yaitu Romawi dengan kaki tangannya dari kalangan kabilah Arab berhasil menghimpun pasukan super raksasa berjumlah 200.000 bersenjata lengkap akan memusnahkan kaum muslimin. Pasukan kaum muslimin hanya berkekuatan 3000 prajurit dengan peralatan seadanya. Bayangkan saja, 200.000 vs 3000. Namun, sekali lagi, Allah menunjukkan kuasaNya dengan menyelamatkan cahaya Islam dari kehancuran lewat kecemerlangan sosok Khalid bin Walid. Bahkan kelak, serangan balik kaum muslimin mampu meruntuhkan kekaisaran Romawi timur.

Setelah Rasululllah wafat, sebagai suatu sunatullah yang telah ditetapkan. Musuh-musuh Islam tak henti-hentinya melakukan makar untuk memadamkan cahayaNya. Di abad pertengahan, kerajaan kristen eropa bersekutu untuk melancarkan perang Salib kepada kaum muslimin memenuhi panggilan Paus Urbanus II, tahun 1099 pasukan salib berhasil merebut Yerusalem dan melakukan pembantaian massal terhadap penduduknya. Yerusalem dikuasai selama 88 tahun oleh pasukan salib. Namun, Allah tak akan membiarkan cahaya Islam padam, muncullah sosok Shalahuddin Al Ayyubi sebagai ksatria Islam dan membebaskan Yerusalem dari cengkraman tentara salib. Dan Islam-pun kembali berjaya.

Umat Islam benar-benar nyaris menjadi kenangan sejarah ketika terjadi musibah yang amat memilukan. Pada tahun 1258, Tentara Mongol pimpinan Hulagu Khan memporak-porandakan lentera peradaban dunia. Ibukota Kekhilafahan Abbasiyah yaitu Baghdad. Terjadinya salah satu pembantaian tersadis dimana rakyat Baghdad disembelih di jalanan-jalanan kota, bahkan dokumentasi sejarah menyatakan sungai Tigris berwarna hitam airnya akibat banyaknya buku, literature dan manuskrip pengetahuan yang dibakar dari perpustakaan al Hikmah. Tentara Mongol bukan hanya memusnahkan penduduk tetapi memusnahkan peradaban. Umat Islam benar-benar luluh lantak. Meskipun pada akhirnya tentara Mongol berhasil mundur, namun umat muslim sudah terlanjur hancur lebur akibat ekspansi brutal pasukan Mongol.

Namun sekali lagi, Allah akan terus menjaga cahayaNya lewat para manusia pilihan. Tahun 1453, muncul-lah sebaik-baik panglima muda bernama Muhammad Al Fatih yang melakukan penaklukkan spektakuler terhadap kota Konstantinopel (Sekarang Istambul-Turki). Umat Islam pun kembali bangkit dan berjaya. Namun setelah itu, umat Islam terus menerus mengalami kemunduran hingga puncaknya adalah runtuhnya pengawal ajaran Islam Kekhilafahan Utsmani pada tahun 1924. Saat itu umat Islam benar-benar seperti anak-anak ayam kehilangan induk. Musuh Islam mengepung dari segenap penjuru sebagaimana yg telah nabi sabdakan bahwa akan tiba suatu masa bangsa-bangsa kafir mengerumuni kaum muslimin sebagaimana orang-orang mengerumuni makanan. Dewasa ini adalah era keterpurukan kaum muslimin di segala bidang.

Musuh-musuh Islam tahu benar, umat muslim begitu tangguh ketika diserbu secara fisik. Mereka paham, bahwa untuk mengalahkan umat Islam maka perlu menghilangkan sumber energi umat Islam yg paling utama yaitu AlQur’an. Perlu diketahui, sesungguhnya hal yang paling ditakuti musuh Islam bukanlah karena kaum muslimin melaksanakan sholat, dzakat, puasa dll. Tetapi penerapan AlQur’an secara menyeluruh dalam setiap sendi perikehidupan sebagaimana yang dikatakan Snouck Hugronje. Bagi Islam, kekuasaan bukanlah milik siapapun kecuali Allah S.W.T. Manusia hanya sebagai makhluk yang dititipkan “Konsep Hidup” agar dilaksanakan di muka bumi. Oleh karena itu, dalam rangka menjauhkan kaum muslimin dari sumber energi utamanya, mereka merumuskan berbagai racun pemikiran kepada umat Islam. Demokrasi, nasionalisme, komunisme, darwinisme, liberalisme dan berbagai racun merusak lainnya sehingga banyak kaum muslimin termakan dan mengikuti jalan hidup mereka. Dan akhirnya, umat Islam berada dalam ketertindasan dibawah cengkraman kaki tangan kaum kafir.

Namun, Allah akan tetap menjaga cahayaNya. Sehebat apapun musuh-musuh Islam melakukan makar dan tipu daya, tidak akan ada yang bisa mengalahkan rencana Allah S.W.T. Rasulullah bersabda di akhir zaman nanti akan tiba masa tegaknya kembali kepemimpinan Islam yang mengikuti jalan kenabian (Khilafah ‘alaa minhajin nubuwwah) setelah sebelumnya umat Islam dirundung nestapa pada fase kekuasaan diktator kaki tangan penjajah. Akhir-akhir ini, tanda-tanda itu kian tampak terasa. Kepemimpinan Islam akan datang yang akan merontokkan sistem dajjal yg mencengkram dunia saat ini. Sabda Rasulullah tersebut seolah dibenarkan oleh National Intellegence Council (NIC) yaitu sebuah lembaga riset yg dibiayai Amerika Serikat untuk meneliti kemungkinan peta kekuatan politik dan ekonomi di masa mendatang. Menurut NIC, ada 4 kemungkinan yang terjadi di tahun 2020 yaitu :

1. Davod World : India dan China akan menjadi pemegang tampuk kepemimpinan dunia.

2. Pax Americana : Amerika akan tetap memimpin dunia dengan pedoman hidup demokrasi dan kapitalismenya

3. The New Islamic Caliphate : Akan tegaknya sebuah kepemimpinan Islam mendunia yang meruntuhkan nilai-nilai dan dominasi barat

4. Cycle of Fear : Dunia berada didalam kekacauan dan ketakutan.

Jadi sebagai muslim, Kemenangan Islam di akhir zaman adalah suatu keniscayaan yang telah dijanjikan dan tak perlu diragukan, yg akan diminta laporan pertanggungjawaban adalah sejauh mana kontribusi kita sbg orang yang mengaku muslim utk memperjuangkannya, atau malah ikut menghambat dan memusuhinya ? So, are you the real Muslim ? Tak akan ada yang sia-sia dalam membela Islam, hanya ada dua kemungkinan, jika gugur ditengah jalan maka sejatinya kita akan tetap hidup di syurga dengan segala kenikmatannya atau kita berhasil memperoleh kemenangan dan mulia hidup di dunia dengan Islam.

Untuk itu saya berpesan untuk diri saya pribadi dan kaum muslimin lainnya, Berbanggalah wahai kaum muslimin dengan Islam yang ada di dada kita, jagalah aset mahal tersebut ditengah deru fitnah akhir zaman. Kenapa kita patut berbangga dengan jalan hidup Islam ? Karena Islam tidak seperti pedoman hidup lain (Demokrasi, nasionalime, komunisme, darwinisme dll) yang berasal dari buah pikiran manusia yang terbatas dan penuh kekurangan. Melainkan petunjuk hidup yang digariskan sang Pencipta manusia yang Maha Tahu. Layaknya pabrik elektronik yang menerbitkan buku pedoman pemakaian bagi produknya karena sudah barang tentu sang produsen lebih tahu keadaan produk ciptaannya. Genggamlah kuat-kuat meskipun dengan itu kita harus menjadi generasi terasing, karena kata Rasulullah Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana keadaan awalnya, maka beruntunglah orang terasing itu. Kita lahir dengan fitrah sebagai Islam, hidup dengan Islam, dan menghadapNya tetap dalam keadaan Islam. Itulah satu-satunya jalan keselamatan. Semoga kita selamat sampai tujuan dan Allah berkenan memberi kita kekuatan. Jika orang-orang berpaling dan memilih jalan hidup lain, maka katakanlah kepada mereka. ‘Isyhaduu bi anna Muslimuun” (Saksikanlah bahwa saya seorang yang berserah diri sebagai muslim).

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139)/Oleh : M Yusron Mufid

Wallahua’lam


Read More..

Tiada yang Aneh, Para Mujahid itu Berawal Dari Remaja…

Abdurrahman bin Auf didatangi dua orang remaja dari kaum anshar, yaitu Muaz bin Amr Al-jamuh, 14 tahun dan Muawwiz bin Afra berumur 13 tahun. Kedua duanya bersenjatakan pedang. Tentara Quraisy seolah olah tidak menghiraukan kehadiran dua remaja itu karena menganggap kedua duanya tidak berbahaya. Mereka lebih memilih Abdurrahman bin Auf agar ditawan hidup hidup untuk dijadikan tebusan karena dia terkenal sebagai saudagar yang kaya.


Dalam kondisi kerusuhan pertempuran, Abdurrahman bin Auf berteriak ,” Wahai anak, kamu masih terlalu muda untuk terlibat di peperangan ini, sebaiknya engkau menjauhlah dari tempat ini.”

“Kami mendapat izin daripada ibu dan ayah kami bagi menyertai pasukan Muhammad,” teriak Muaz.

“Saya datang kesini hanya untuk membunuh Abu Jahal. Tunjukkan dimana dia?” Kata Muawwiz dengan penuh semangat.

Pada mulanya Abdurrahman bin Auf tidak menghiraukan kata kata dua remaja itu, tetapi Muaz dan Muawwiz terus mendesaknya supaya menunjukkan dimana Abu Jahal maka akhirnya Abdurrahman terpaksa menyetujuinya.

“ Paman akan tunjukkan kepada kamu dimana Abu Jahal, boleh tahu apa yang akan kamu lakukan apabila berjumpa dengannya? Tanya Abdurrahman bin Auf pula.

“Ibu saya berpesan jangan pulang ke rumah selagi kepala Abu Jahal tidak diceraikan dari badannya,” jawab Muaz bersungguh sungguh.

“Abu Jahal menghina serta menyakiti Rasulullah, saya ingin membunuhnya,” kata Muawwiz pula.

Abdurrahman bin Auf tersenyum mendengar kata kata dari dua orang remaja yang berani itu. Dia berjanji akan menunjukkan Abu Jahal apabila berjumpa. Tiba tiba seorang tentara quraisy menyerang Abdurrahman bin auf dari belakang. Muaz dan Muawwiz yang melihat kejadian itu segera bertindak melindunginya. Muaz dengan cepat menebas kaki tentara Quraisy menyebabkan dia tersungkur dan Muawwaiz pula menikamnya hingga mati. Melihat itu Abdurrahman bin Auf berasa kagum dengan kehidupan dua remaja itu.

“Tunjukkan kepada kami di mana Abu Jahal,” kata Muaz seolah-olah tidak sabar lagi hendak bertemu dengan ketua pasukan Quraisy itu.

Tiba tiba Abdurrahman bin Auf melihat Abu Jahal sedang berada dibawah sepohon kayu yang rindang. Dia menunggang kuda sambil berteriak memberi kata kata semangat kepada pasukannya agar terus berjuang.

Itulah lelaki yang kamu cari. Tetapi kamu haruslah berhati hati karena dia juga seorang perwira Quraisy” kata Abdurrahman bin Auf

“terima kasih paman. Saya akan dapatkan dia sekarang,” ujar Muaz sambil berlari ke arah Abu Jahal.

“Saya akan membantunya membunuh lelaki yang memusuhi Allah dan RasulNya itu,” kata Muawwiz juga.

“Berhati hati karena dia dilindungi oleh pasukan Quraisy,” pesan Abdurrahman bin Auf. Dia sendiri tidak dapat membantu karena sedang berhadapan dengan tentara Quraisy yang menyerangnya.

Muaz dan Muawwiz terus berlari ke arah Abu Jahal yang masih berada di atas kudanya , mereka berlari tanpa menghiraukan keselamatan mereka. Ketika itu Abu Jahal tidak menyadari kedatangan dua remaja tersebut. Muaz tiba lebih dahulu , dia tidak mencapai menebas kaki abu Jahal, maka yang ia tebas adalah kaki kanan kuda yang dinaiki Abu Jahal, seketika kuda tersebut jatuh tersungkur, Abu Jahal pun tersungkur. Dia marah sekali sambil menahan sakitnya akibat jatuh dari kuda, Abu Jahal mencoba bangun tetapi dengan cepat Muaz menebas kaki kanan Abu Jahal hingga putus. Muawwiz yang menyusul memukul pula kepala Abu Jahal hingga dia teramat sakit.

Ikramah anak Abu Jahal yang turut berada di situ segera menolong dan melindungi bapaknya, dia menyerang balik Muaz dan menebas tangan kiri remaja itu hingga hampir putus, Muaz terjerembab. Muaz berusaha lari dan dibiarkan oleh ikrimah karena dia melihat Muawwiz hendak membunuh bapaknya. Maka terjadi pertarungan seorang dewasa matang dalam pertempuran yaitu Ikramah dengan Muawwiz yang masih berumur 13 tahun, karena tidak seimbang akhirnya Muawwiz gugur sebagai syahid.

Muaz selepas berhasil menjauhi Ikramah yang mengejarnya, ia terus berlari menuju Rasulullah, tapi pelariannya terganggu karena tangan kirinya yang terkulai karena hampir putus. Muaz akhirnya berhenti lalu mengambil keputusan untuk memutuskan tangannya yang terkulai itu lalu berkata, “ wahai tangan, kamu mengganggu perjalananku untuk bertemu Rasulullah.

Tanpa menghiraukan kesakitannya Muaz terus berlari hingga bertemu Rasulullah, kemudian Muaz memeluk Rasulullah.

“Wahai Rasulullah, saya dan Muawwiz berhasil membuat Abu Jahal cedera, tetapi dia masih hidup karena kami di serang oleh anaknya bernama Ikramah dan beberapa pasukan Quraisy.” Beritahu Muaz lalu menunjukkan posisi mana Abu Jahal sedang berada.

Nabi Muhammad memanggil Abdullah Ibnu Mas’ud yang berada di situ karena gilirannya mengawal Rasulullah , Beliau lalu menyuruh Ibnu Masud mencari Abu Jahal berada.

“ Wahai Ibnu Masud, anak ini mengatakan dia telah membuat Abu Jahal terluka, pergilah dan lihatlah dia disana,” kata Rasulullah.

Abdullah ibnu Mas’ud segera pergi mencari Abu Jahal, didapatinya pimpinan Quraisy itu terluka parah tetapi masih hidup. Tanpa rasa belas kasihan Abdullah bin Mas’ud menekan leher Abu Jahal sambil berkata,” Wahai musuh Allah dan musuh RasulNya, pada hari ini Allah menghinakanmu.”

“Dengan apa Allah menghina aku? Apakah karena aku mati ditangan engkau? Tanya Abu Jahal yang masih menunjukkan kesombongannya.

Abdullah ibnu Mas’ud mengangkat pedang hendak memenggal kepala Abu Jahal, tetapi Abu Jahal berujar,” sebelum engkau membunuh aku, beritahu dahulu pihak mana yang memenangi pertempuran ini, milik siapakah kemenangan hari ini?”

“Pasukan Quraisy kalah, kemenangan itu milik Allah dan RasulNya,” Jawab Abdullah bin Mas’ud.

“Anda bohong wahai pengembala kambing !” kata Abu Jahal, dia masih menunjukkan angkuhnya walau situasi sedang kritis.

Tanpa ada sela waktu, pedang Abdullah bin Mas’ud menebas kepala Abu Jahal

Berita terbunuhnya Abu Jahal dengan cepat disampaikan kepada pasukan Islam, mereka menjadi semakin membara dan semangat, tetapi dipihak lain berita kematian itu meluluhkan semangat pasukan Quraisy….

Rasul mendengar berita kematian Abu Jahal dari Abdullah bin Mas’ud, beliau mengatakan ,” Wallahi, Laa ilaha illaLLah , Laa ilaha illaLLah, Laa ilaha illaLLah, Allahu Akbar, AlhamduliLLah , Dia yang memenuhi janjiNya dengan menolong hambaNya dan mengalahkan musuhNya.”

Begitulah kematian musuh Allah, secara fisik dan kemegahan saat itu Abu Jahal termasuk manusia yang dihormati kaumnya, punya posis tinggi, tapi Allah menghinakannya, dimulai dengan serangan dua orang remaja dibawah umur, segala kekuatannya tumbang atas izin Allah, sebuah bukti hanyalah dengan kekuatan iman dan jihad lah yang dapat mengalahkan kekuatan kekuatan musrik dan musuh Islam dari dulu hingga sekarang…

Ya Allah kuatkanlah Islam dengan generasi yang Engkau ridhoi, dan munculkanlah kekuatan Islam dari munculnya pemuda pemuda muslim belia seperti Muaz bin Amr Al-jamuh, dan Muawwiz bin Afra…

Read More..

Surat Sakti Gus Dur

Saya pernah enam kali minta tanda tangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tanda tangan itu menjelma “surat sakti” untuk pengajuan beasiswa “lepas” di berbagai lembaga atau organisasi internasional.


Saya merasakannya ketika mengajukan beasiswa The Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) yang bermarkas di Rabat, Maroko, The Muslim World League (MWL) yang bermarkas di Makkah, Saudi Arabia, World Assembly of Muslim Youth (WAMY) yang bermarkas di Riyadh, Saudi Arabia, dan lembaga-lembaga lainnya.

Alhamdulillah, melalui “surat sakti”nya, saya bisa kuliah strata satu diUniversitas Al-Qurawiyin Maroko (2003). Sekarang, tahun terakhir penyelesaian program doktor di universitas yang sama.

***

Saya yang anak kampung dengan mudahnya mendapatkan tanda tangan Gus Dur. Padahal dia mantan presiden. Dari mana saya mendapatkan tanda tangan Gus Dur?

Ayah saya kenal Gus Dur saat belajar ngaji di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang. Keakraban keduanya terus terbina hingga sama-sama dewasa, meskipun ayah saya hanya putra “kiai kampung”, sedangkan Gus Dur putra Menteri agama, cucu pendiri NU. Namun hal itu bagi Gus Dur bukanlah masalah.

Saya berkesimpulan Gus Dur bukanlah orang yang pilah-pilih dalam berteman. Ketika didaulat menjadi Ketua PBNU, sikap Gus Dur tidak berubah cara bersahabatnya dengan ayah saya. Setiap ayah berkunjung ke Jakarta, tidak ada gejala ia dibedakan dengan temannya yang lain.

Begitu juga ketika Gus Dur menjadi presiden. Gus Dur tetaplah Gus Dur. Ia masih sering menelpon ayah, dan beberapa kali mengundang ayah ke istana presiden. Keduanya hanya sekadar untuk ngobrol ala pesantren. Dan ayah saya pun memenuhi undangannya, cukup mengenakan sarung dan sandal, identiknya orang pesantren.

Dan yang terpenting adalah, bahwa Gus Dur tidak pernah membeda-bedakan siapapun tamu yang datang. Ketika saya bertamu kepadanya dan megajukan beasiswa, Gus Dur tidak pernah bertanya, mau dibawa ke lembaga mana tanda tangan saya? Tetapi beliau hanya bertanya, untuk keperluan apa tanda tangan saya? Ketika dijawab untuk mencari beasiswa, beliau langsung bilang, “Iya”.

Dan saya pun mendadak menulis surat yang dibutuhkan dalam bahasa Arab dengan mengggunakan kop pribadi Gus Dur, (Nama Abdurrahman Wahid tinta kuning dan alamat Kantor PBNU tinta hitam). Maka wajar pula dalam surat yang saya tulis terdapat beberapa kesalahan secara nahwu dan sorof, karena ditulis secara mendadak dan terburu-buru. Apalagi waktu itu ia mau keluar
ruangan. Dan saya salutnya, ia ikhlas menunggu surat selesai ditulis dan ditandatanganinya.

Gus Dur, kini, engkau sudah empat tahun pergi menghadap Allah. Insya Allah saya selalu mendoakan kebaikan untukmu, untuk kenikmatanmu di sisi yang Maha kuasa. Meskipun doaku hanyalah “secuil” dari lautan doa bangsa Indonesia, dengan ragam suku-etnis dan agamanya. Bagi saya, belum ada orang mampu menggantikan rendah hatimu dengan semua manusia.

Terima kasih Gus Dur, dengan didukung “surat sakti”, kini saya, anak desa hampir menyelesaikan pendidikan program doktor di universitas tertua di dunia yang berdiri pada tahun 859 M ini, dengan biaya murni beasiswa, dengan tidak merepotkan keluarga di kampung.

Saya yakin, hal ini termasuk amal jariah, yang pahalanya akan terus mengalir sepanjang masa untukmu, apalagi nanti jika ilmu yang saya dapatkan, diajarkan kepada masyarakat luas. []

(Nasrulloh Afandi)

*Nasrulloh Afandi, Pesantren Asy-Syafi’iyyah, Kedungwungu, Krangkeng
Indramayu, Jawa Barat
Kandidat Doktor Maqoshid Syariah, Universitas Al-Qurawiyin, Maroko.


Read More..