Wednesday, May 4, 2011

Nanti Mereka Akan Memaki Allah


"Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. Al-An’aam [6] : 108)

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ??? ???? ????? bahwasanya beliau menjelaskan firman-Nya: “Dan janganlah kalian memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah” beliau berkata, “Orang-orang musyrik berkata, ‘Wahai Muhammad, kamu hentikan celaanmu terhadap sesembahan-sesembahan kami, atau kami akan ejek Rabbmu.’ Maka Allah pun melarang orang-orang mukmin untuk mencela sesembahan orang-orang musyrik, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan”

Ayat ini mengandung faidah yang agung, yaitu kaidah syariat: Saddu Adz-Dzara’i (menutup segala pintu menuju kerusakan) dan Darulmafaasid Muqoddam ‘Ala Jalbil Masholih (menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mengambil kemaslahatan).

Islam melarang dan mengharamkan segala sesuatu yang mengantarkan kepada kerusakan, apakah itu perbuatan maupun benda, walaupun padanya terdapat kemaslahatan, jika dikhawatirkan akan mengantarkan kepada kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan yang coba diraih.

Mencela sesembahan-sesembahan musyrikin tidak syak lagi tentu mempunyai kemaslahatan, yaitu menampakkan pengingkaran terhadap kemungkaran dan juga memperlihatkan kelemahan dan kebatilan sesembahan selain Allah. Akan tetapi tatkala faidah dan kemaslahatan yang coba diraih ini justru akan “terkubur” oleh kemudharatan besar yang akan muncul, yaitu dilecehkan dan dihinakannya Allah, maka Allah pun melarang dan mengharamkan hal tersebut.

Berkata Ibnu Katsir, “Allah berfirman melarang rasul-Nya dan kaum mukminin dari mencela sesembahan-sesembahan kaum musyrikin, walaupun padanya terdapat maslahat, karena hal itu berakibat munculnya kerusakan yang lebih besar dari maslahat yang didapat yaitu balasan musyrikin berupa celaan terhadap ilahnya kaum mukminin yaitu Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Karena itu, segala kemaslahatan yang akan mengantarkan kepada kerusakan yang lebih besar darinya, telah dilarang dalam islam. Dan contoh tentang itu bisa kita dapati dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang disebutkan dalam Shahih Bukhari (5973) dan Shahih Muslim (90/146) dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash??? ???? ????? bahwasanya Rasululllah ??? ???? ???? ???? bersabda, “Terlaknatlah orang yang memaki kedua orang tuanya.” Para shahabat berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana (bisa) seseorang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Dia memaki bapak orang lain, kemudian orang itu memaki bapaknya, dan dia juga memaki ibu orang lain kemudian orang itu memaki ibunya.”

Tatkala seseorang mencela bapak dan ibu orang lain sangat besar kemungkinan orang tersebut akan mencela orang tuanya, karena itu Islam melarang hal tersebut, untuk menutup pintu kerusakan lebih lanjut yaitu terjadinya perpecahan dan saling mencela diantara kaum muslimin.

Termasuk yang serupa dengan itu adalah orang-orang yang dikarenakan semangat dan ghirah (kecemburuan) mereka terhadap Islam, mengingkari kemungkaran yang terjadi di masyarakat, akan tetapi sayangnya, tanpa ilmu dan hikmah, sehingga akhirnya mereka melakukan sesuatu yang justru mengakibatkan kemungkaran yang lebih besar dari pada kemungkaran yang akan diingkari.

Seperti sebagian saudara kita yang ketika melihat saudari atau temannya memakai pakaian yang ketat dan tidak memakai busana muslimah [baca: jilbab] , sesak dadanya dan gusarlah hatinya (dan ini tentu tak salah, bahkan terpuji, karena pertanda adanya keimanan dalam hatinya), akan tetapi karena kurangnya ilmu dan hikmah, apa yang ia lakukan setelah itu?

Ia langsung “memberi pelajaran” kepadanya. Hampir di setiap pembicaraan dengannya-disadari atau tidak- ia “menyerang” atau menyindirnya. Dan kadang “menghukumnya” sebagai orang yang sangat berdosa, jauh dari rahmat Allah dan berbagai keburukan lainnya yang sangat mengerikan.

Dia lupa atau tidak mengerti bahwa untuk “mengubah” seseorang itu tidak bisa dicapai dengan cara yang kaku dan keras, akan tetapi itu-dengan izin Allah- hanya bisa dicapai dengan hikmah dan nasehat yang baik serta lemah lembut.

Lantas, apa akibat dari kecerobohannya itu? Bukannya dia (saudari atau temannya itu) akan memakai busana muslimah dan bertaubat, akan tetapi yang terjadi kemungkinan besar malah ia akan benci dengan “si pemberi pelajaran”, bahkan bisa jadi-naudzubillah-dia malah membenci ayat-ayat dan hadits yang dibawanya itu dan itu tentunya bukan hanya menjerumuskannya dalam dosa dan kemaksiatan, akan tetapi menenggelamkannya pula dalam kekufuran dan menjauhkannya dari hidayah. Wal’iyadzubillah..

Kalau sudah begitu, apakah kemaslahatan yang akan didapat? Tidak, justru kemungkaran besar yang akan didapat dan itu lebih besar dari kemungkaran yang akan dihilangkan [baca: tidak berbusana muslimah]. Itu dosa yang akan dipertanggung jawabkan di hari kiamat nanti.

Masih banyak lagi contoh-contoh yang mirip dengan kasus di atas, yang pastinya tidak dibenarkan dalam islam. Karena islam, sekali lagi, telah melarang dan menutup segala perbuatan dan tindak-tanduk yang akan mengantarkan kepada kerusakan, walaupun ada maslahat di dalamnya (apalagi yang tidak ada maslahatnya tentunya), jika itu menyebabkan munculnya kerusakan yang lebih besar daripada kemaslahatan yang ingin diraih.

Itulah hikmah yang telah diisyaratkan Allah dalam ayat di atas, mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat darinya dan mengamalkannya. Amin..

Jakarta, 6 Dzulqa’dah 1431/14 Oktober 2010
Anungumar

Read More..

Waspadai Bangkitnya "Syirik Intelektual"


Term syirik sudah tidak asing lagi di telinga umat Islam. Hal itu tidak lain dikarenakan satu kata ini merupakan bentuk dosa terbesar yang tidak terampuni (terkecuali pelakunya benar-benar menyelami taubat nashuha sebelum wafat).

Ketika seseorang mendengar istilah syirik, maka terpatri di hatinya bahwa istilah ini berarti anggapan akan adanya yang lain yang sama pentingnya atau bahkan lebih penting. Dalam hal ini adalah Tuhan di-dua-kan atau bahkan sampai di-nomor sekian-kan. Dengan bahasa lain, di satu sisi menyembah kepada Tuhan, namun di sisi lain juga menyembah kepada selain-Nya.

Syirik yang secara terminologi berarti ‘mencampurkan’ ternyata di zaman postmo ini tidak hanya dalam segi spiritual, namun juga intelektual. Jika syirik spiritual mengindikasikan pelakunya melakukan perselingkuhan kepada Sang Pencipta terhadap ciptaan-Nya atau bertuhan lain di samping Tuhan yang sebenarnya, maka dalam syirik intelektual ini, maknanya tidak jauh berbeda yaitu menjadikan akal sejajar dengan wahyu, konteks sejajar dengan teks atau bahkan keduanya yang disebutkan pertama (akal dan konteks) lebih dikedepankan dari pada yang disebutkan terakhir (wahyu dan teks).

Dalam artian, sumber kebenaran yang menjadi tolak ukur pemikiran (intelektual) manusia bukan mengedepankan agama, namun justru melempar agama ke belakang dan menjadikannya pengekor yang selalu mengikuti kepentingan atas nama kemanusiaan. Ini kemudian berimbas pada pengakuan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak. Dan berakhir pada pengakuan terhadap yang plural dalam beragama atau sering dikenal dengan pluralisme agama. Atas nama kemanusiaan akhirnya agama dimanusiakan.

Syirik intelektual ini telah mewabah seperti halnya jamur di musim hujan, sampai kemudian berhasil menempati ruang di hati sebagian cendikiawan muslim.

Jika dilihat dari hukumnya, syirik intelektual ini dapat digolongkan sebagai syirik besar (akbar), karena dampak yang ditimbulkannya tidak jauh berbeda dengan syirik spiritual. Bahkan diperparah lagi, syirik semacam ini menimbulkan virus yang lebih ganas karena penyebarannya sudah meluas melalui media massa dan terstruktur. Tidak hanya itu, perguruan tinggi Islam yang seharusnya menjadi ujung tombak perjuangan aqidah juga tidak luput dari syirik intelektual ini. Justru dari sanalah akar syirik intelektual dikembangkan serta disebarkan.

Dan Inilah tantangan umat Islam di zaman postmodern, yaitu zaman di mana titik tolak segala sesuatu berangkat dari peniadaan (penafian) yang absolute dan penolakan metafisika, sedangkan Islam sendiri berangkat dari yang absolute (wahyu) dan melalui jalan metafisika yang jelas. Walaupun keduanya terlihat kontradiktif (antara postmo dan Islam), bukan berarti Islam tidak sesuai dengan zaman, namun justru Islam datang untuk mengatasi zaman yang diporak-porandakan oleh paham menyimpang terutama kesyirikan dan Islam mengajak untuk kembali kepada agama tauhid.

Dengan dalih pembaharuan, kemanusiaan dan penuntasan permasalahan kehidupan, teks agama yang sudah jelas keabsahannya kemudian hanya dijadikan sebagai dogma yang harus ditafsirkan ulang sesuai kemauan dan kondisi zaman. Akhirnya tidak ada hukum yang bersifat tetap (tsawabit). Mereka memang mengimani al-Qur’an dan As-Sunnah, bahkan mereka menggembor-gemborkan untuk kembali kepada keduanya, namun harus dibarengi dengan penafsiran baru dan disesuaikan dengan konteks yang ada.

Banyak kasus-kasus yang bisa dimasukkan dalam kategori “syirik intelektual”. Seperti dalam jurnal Justicia fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, th. IX, 2003 tertulis bahwa “setelah Muhammad wafat, generasi pasca Muhammad terlihat tidak kreatif. Jangankan meniru kritisisme dan kreativitas Muhammad dalam memperjuangkan perubahan realitas zamannya, generasi pasca-Muhammad tampak kerdil dan hanya mem-bebek pada apa saja yang asalkan itu dikonstruk Muhammad.”

Kemudian satu tahun berikutnya, muncul lagi pemikiran bahwa “lesbian adalah fenomena rahmat Tuhan” (Jurnal Justisia Edisi 25 Tahun XI 2004, hlm. 55).

Begitu juga yang terjadi di IAIN Gunung Djati Bandung (sekarang UIN), pada hari Jum’at tanggal 27 Agustus 2004 bertempat di auditorium dalam acara Ospek muncul beberapa pernyataan dengan lantang “selamat bergabung di area bebas Tuhan” dan “anjinghu akbar”. Sedangkan Di UIN Jakarta fakultas Ushuluddin program studi Tafsir Hadits juga sudah memberlakukan mata kuliah Kajian Orientalisme terhadap al-Qur’an dan Hadits yang bertujuan “agar mahasiswa dapat menjelaskan dan menerapkan kajian orientalis terhadap al-Qur’an dan Hadits.”

Sedangkan di IAIN Surabaya pada tanggal 5 Mei 2006, Sulhawi Ruba, 51 tahun, dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, di hadapan 20 mahasiswa Fakultas Dakwah menerangkan posisi al-Quran sebagai hasil budaya manusia. "Sebagai budaya, posisi Al-Quran tidak berbeda dengan rumput." Akhirnya dia menulis lafadz Allah dalam sebuah kertas kemudian menginjaknya di depan para mahasiswa.

Dr. Luthfi Assyaukanie pernah menulis bahwa “konsep agama seperti kitab suci, nabi, malaikat dan lain-lain tidak terlalu penting lagi karena yang lebih penting adalah bagaimana seseorang bisa menikmati spiritualitas dan mentransendenkan dirinya dalam lompatan iman yang tanpa batas.” (Kompas, 3/9/2005).

Kemudian di pihak lain muncul juga Prof. Dr. Musdah Mulia dengan pernyataan yang cukup mencengangkan bahwa “tidak ada larangan secara eksplisit baik untuk homo maupun lesbian dalamm al-Qur’an.” (Jurnal Perempuan No. 58, hlm.124).

“Tidak ada perbedaan antara lesbian & bukan lesbian di hadapan Tuhan. Tuhan melihat manusia semata-mata berdasarkan takwa, bukan suku, agama dan orientasi seksualnya. (hlm.127).

Kemudian Prof. Dr. Amina Wadud pada tahun 2005 menjadi khotib sekaligus Imam sholat jum’at di salah satu gereja di Amerika dengan laki-laki bercampur perempuan sebagai makmumnya. Dan masih banyak lagi pemikiran semacam itu yang mencoba mendekontruksi syariah dengan melakukan penafsiran baru yang lebih mementingkan kontekstual serta akal manusia.

Jadi jelas, “syirik intelektual” ini menjadikan manusia yang merupakan makhluk sosial sebagai pusat segalanya (antroposentris) dan memarginalkan campur tangan Tuhan yang seharusnya menjadi pusat yang sebenarnya (teosentris). Jika ditelisik jauh ke belakang, syirik intelektual ini sebenarnya bukan tergolong barang baru, karena akarnya sudah ada semenjak tradisi filsafat Yunani. Yaitu dengan pernyataan Protagoras bahwa manusia adalah ukuran segalanya (man is the measure of everything).

Untuk itu perlu segera dilakukan pemurnian, sebagaimana syirik yang berasal dari kata syaraka, berarti lawan katanya khalasha yang artinya memurnikan. Maka syirik intelektual ini harus dimurnikan dengan mereposisi al-Qur’an dan As-Sunnah yang mengajarkan tauhid sebagai sumber hukum yang utama melampaui hukum-hukum yang ada buatan manusia atau dalam bahasa yang lain teks dan naql (wahyu) harus selalu lebih didahulukan dan dikedepankan daripada konteks dan ‘aql. Wallahu ‘alam bish-shawwab.

Penulis adalah anggota Centre For Islamic & Occidental Studies
Oleh: Alex Nanang Agus Sifa

Sumber :
Rep: Administrator


Read More..

Kok Bisa Anak Kiyai Nakal


Suatu sore, seorang kawan yang dikenal sebagai Kiyai di daerah dia, datang kepadaku, curhat dan mengadu tentang nasib anaknya yang bisa dibilang abmoral saking nakalnya, kata dia ” kok bisa yah kar…anak gwe nakal kaya begitu padahal semua ajaran KH Zainuddin Mz untuk mencari bibit, bebet dan bobot uda gwe ikutin dan praktekin”, gwe hanya bisa menjawab “, kan pak kiyai yang lebih tau.


Kata dia,” yah manusia kan punya kekurangan dan kelebihan, apa yang gwe tahu belum tentu loe ketahui dan sebaliknya, tapi ada juga yang gwe tahu dan mungkin loe lebih mengetahui tentang masalah tersebut, kan loe alumni Pesantren Moderen pendidikan Al Quran IMMIM, makanya kita bagi bagi pengalaman dan pengetahuan dong, akhirnya berlanjut deh diskusi antara kita berdua. kata gwe buat pak kiyai ” gini pak kiyai, gwe pernah baca tentang adab dan tata cara berjimak menurut sunnah rasul yang mungkin ada pengaruhnya yang menyebabkan anak Pak kiyai kaya gitu, antara lain :

Riwayat dari Ahmad telah menceritakan :

“Telah menceritakan kepada kami oleh ‘Amru bin Hafsah dan Abu Naar dari Muhammad bin Al-Haitham dari Ishak bin Hanjih, dari Husaif dari Mujahid daripada Al-Khudri berkata : “Rasulullah s.a.w. telah berwasiat kepada Saidina Ali bin Abi Talib r.a yang berbunyi :

1. “Wahai Ali, apabila pengantin perempuan masuk ke dalam rumahmu, maka perintahlah ia untuk menanggalkan sepatunya, ketika ia duduk suruhlah ia membasuh kedua-dua kakinya. Maka sesungguhnya apabila kamu berbuat demikian Allah akan mengeluarkan tujuh puluh jenis kefaqiran dari rumahmu, dan Allah s.w.t akan menurunkan tujuh puluh rahmat yang senantiasa bernaung di atas kepala pengantin sehingga keberkahan itu merata di setiap penjuru rumahmu dan pengantin itu akan sejahtera dari penyakit gila selama ia berada di dalam rumah tersebut. Laranglah pengantin itu agar tidak memakan dan minum empat jenis makanan ini pada minggu pertama perkahwinan yaitu: Susu, Cuka, Ketumbar dan Apel Masam”

Saidina Ali r.a bertanya :

“Wahai Rasulullah, mengapakah empat jenis makanan itu dilarang..?”

Rasulullah menjawab :

“Kerana rahim perempuan itu akan kering disebabkan empat makanan tersebut sebagai penghalang untuk mendapat anak. Adapun cuka apabila istrimu meminumnya pada saat haid, maka haidnya tidak akan bersih selama lamanya secara sempurna. Sedangkan ketumbar itu akan mengganggu haid di dalam perutnya dan mempersulit untuk mendapatkan keturunan. Sementara Apple masam, akan memotong haid sebelum masanya.

2. “Wahai Ali..! janganlah engkau berjimak dengan isterimu pada awal (hari pertama) bulan, pada pertengahannya (sehari) dan pada akhir (dua hari) bulan. Maka sesungguhnya penyakit gila akan mudah menimpa sang anak.”

3. “Wahai Ali..! janganlah berjimak dengan isterimu selepas zuhur jika Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak kerana jima’ pada saat itu, maka anak itu akan bermata juling dan setan sangat menyukai manusia yang bermata juling.”

4. “Wahai Ali..! janganlah bercakap cakap pada saat berjimak dengan istrimu, jika AllahSWT mengurniakan kepada kamu berdua anak dengan jimak pada saat itu maka anak itu tidak akan selamat dari bisu.”

5. “Wahai Ali..! janganlah lihat kepada faraj istrimu dan jagalah pandanganmu pada saat berjimak, jika tidak niscaya anak tersebut akan menjadi buta.”

6. “Wahai Ali..! janganlah berjimak dengan istrimu sedangkan fikiranmu tertuju pada perempuan lain jika Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak pada saat itu maka anak itu akan menjadi penjahat yang keji dan hina.”

7. “Wahai Ali..! jika kamu sedang dalam keadaan junub di tempat tidur, janganlah membaca Al-Quran niscaya akan turun atas kalian berdua api (bala) dari langit yang membakar kalian berdua.”

8. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu dalam keadaan berdiri, yang demikian itu menyerupai perbuatan kaledai, jika Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, maka anak itu senantiasa kencing di tempat tidur seperti halnya kaledai yang suka kencing di sembarangan tempat.”

9. “Wahai Ali..! janganlah berjimak dengan isterimu pada malam ‘Idul Fitri, jika Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak maka anak itu akan menjadi seorang yang cacat dan tidak mendapatkan keturunan kecuali setelah usia lanjut.”

10. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu pada malam Idul Adha, jika kalian berdua berjima’ pada malam tersebut, apabila Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, aku bimbang anak tersebut akan menjadi seorang yang berjari enam atau empat.”

11. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjima’ dengan isterimu di bawah cahaya matahari dan terkena cahayanya, kecuali kamu menggunakan tutupan, jika tidak maka sesungguhnya kalau Allah mengurniakan kepada kalian berdua anak, anak tersebut akan menjadi seorang yang senantiasa hidup dalam keadaan meminta minta dan faqir hingga ia mati.”

12. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu di bawah pohon yang sedang berbuah, jika Allah SWT mengurniakan kalian berdua anak, anak tersebut akan menjadi seorang penjahat, suka membuat masalah atau seorang pemimpin yang kejam,”

13. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu di antara azan dan qomat, jika Allah mengurniakan anak pada kalian berdua, anak tersebut akan menjadi seorang yang suka menumpahkan darah.”

14. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu pada saat ia hamil kecuali kalian berdua berwudhu sebelumnya, jika tidak maka jika Allah SWT mengurniakan kalian berdua anak, anak tersebut akan menjadi orang yang buta hatinya dan kikir dalam memberi.”

15. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu pada pertengahan (Nisfu) Sya’ban, maka sesungguhnya yang demikian itu jika Allah SWT mengurniakan kamu berdua anak, maka anak tersebut akan mempunyai tanda yang jelek pada muka dan rambutnya.”

16. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu pada akhir bulan maka sesungguhnya yang demikian itu jika Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, anak tersebut akan menjadi seorang yang selalu meminta-minta.”

17. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu dengan syahwat terhadap saudara perempuannya (ipar kamu) kerana yang demikian itu sesungguhnya kalau Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, maka anak itu akan menjadi penolong dan pembantu kepada orang orang yang zalim dan yang suka membuat kebinasaan kepada manusia.”

18. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu di atas loteng maka sesungguhnya yang demikian itu jika Allah SWT mengurniakan anak kepada kalian berdua, anak itu akan menjadi orang yang munafiq, dan slalu melampaui batas.”

19. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu pada malam dimana kamu hendak bepergian kerana yang demikian itu sesungguhnya kalau Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, anak itu akan membelanjakan harta kepada yang tidak Haq,” dan Rasulullah s.a.w. membaca ayat Al-Quran :

“Innal Mubazziriina kaanu – ikhwan Nas – Syayathin.”

20. “Wahai Ali..! janganlah kamu berjimak dengan isterimu pada awal malam (terbenamnya matahari ), jika Allah menkurniakan anak kepada kalian berdua, anak itu akan menjadi seorang tukang sihir, penyulap, dan rakus akan dunia dibanding akherat.”

Sunnah dalam Berjimak

21. “Wahai Ali..! jika kamu berjimak dengan isterimu bacalah :”Allahumma Jannibnas Syaitan Wajanibnas Syaitan Mimma Rozaqtana.” Maka yang demikian itu kalau Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, anak tersebut tidak akan termakan oleh rayuan setan selama-lamanya.”

22. “Wahai Ali..! hendaklah kamu berjimak dengan isterimu pada malam senin maka sesungguhnya jika Allah SWT mengurniakan kepada kalian berdua anak, anak tersebut akan menjadi seorang yang berpegang teguh kepada kitab Allah(Al-Quran) dan ridho terhadap segala pemberian Allah s.w.t. (baik dan buruk Qada’ dan Qadar Allah).”

23. “Wahai Ali..! jika kamu berjimak dengan isterimu pada malam Selasa, Allah akan memberi kepada kalian berdua anak yang mendapat nikmat Mati Syahid dan Allah SWT tidak akan memberikan kepadanya azab bersama orang musyrik, mulutnya berbau harum yang akan melembutkan hati orang, bersih lidahnya dari mencaci, berdusta dan mengadu domba.”

24. “Wahai Ali..! jika kamu berjimak dengan isterimu malam Kamis, maka Allah SWT akan mengkurniakan kepada kalian berdua anak yang bijaksana, atau seorang yang alim di kalangan orang-orang yang alim.”

25. “Wahai Ali..! jika kamu berjimak dengan isterimu pada malam Jumaat niscaya anak kalian berdua adalah seorang yang pandai berpidato yang sangat berwibawa.”

26. “Wahai Ali..! jika kamu berjimak dengan isterimu pada hari Jumaat selepas Ashar, Allah SWT akan karuniakan seorang anak yang terkenal, masyhur dan alim.”

27. “Wahai Ali..! jika kamu berjimak dengan isterimu pada malam Jumaat selepas Isya, maka sesungguhnya diharapkan anakmu nanti akan menjadi seorang yang terkemuka.”

“Wahai Ali peliharalah Wasiatku ini sebagaimana aku telah memeliharanya dari Jibril A.s

Setelah panjang lebar gwe bercerita ampe mulut berbusa, pak Kiyai dengan santainya menjawab ” yah…kalo itu mah semuanya uda gwe tauuu dan praktekin kok anak gwe masih aja badung”, sambil kesal gwe menjawab ” prakteknya kurang bener kali pak Kiyai atau masih ada yang terlupakan, Jawab pak Kiyai ” Suerrr…gak ada yang terlupakan kok”. trus gwe bertanya ” Pak Kiyai sebelum Jimak ada pemanasan kagak?. jawabnya ” yah pasti dong ” trus kalo Pak kiyai UDA GAK TAHAN LAGI buru buru pengen masukin, apa Pak Kiyai Langsung masukin punya Pak kiyai ke dalam faraj, Jawab Pak kiyai ” iya dong abis uda gak tahan siih” trus MADZI yang ada di helem pak Kiyai gimana? dimasukin juga, jawab Pak kiyai “ya iya, itukan pelumas biar lebih mempermudah masuknya dan bikin tambah assyoii. Dan akhirnya gwe jawab ” naaah…disitulah kesalahan Pak Kiyai, Wajar dong kalo anaknya badung kaya gitu palagi tinggalnya di Bandung, pak Kiyai kan dah tau kalo MADZI itu najis kok malah dimasukin akhirnya sperma Pak kiyai bercampur deh ama NAJIS membuahkan hasil yang bercampur ama najis WAJAR DONG ANAKNYA BADUNG KEK GITU, jangan salahin anaknya, karna yang salah tu Pak Kiyai yang uda campurin dia ama NAJIS semenjak dari dalam rahim, gitu Pak Kiyai, kata pak Kiyai Lemas ” ooo…gitu yah kok gwe baru tau “. Akhirnya lega juga ditinggal Pak Kiyai yang dengan melas melangkah menuju rumahnya.

Thanks, moga aja bermanfaat buat loe loe pada.


Read More..

“Brother, Please, I Wanna be a Moslem Like You”


“Assalamualaikum,” seseorang menyapaku ketika kaki kananku memasuki pelataran Omar Mosque Wollongong. “Waalaikumsalam,” jawabku dengan terheran-heran. Terlihat dari matanya yang berwarna biru dan rambutnya yang pirang menandakan dia adalah seorang “bule”. Orang tersebut tersenyum dan kembali menyapa, “apa kabar?” Dengan terheran akupun menjawab “Alhamdulillah baik, anda bisa berbahasa Indonesia, dari mana anda?” tanyaku. Beliau tersenyum dan kemudian menyodorkan tangan, tanda mengajak berjabat tangan, “Saya Abdullah Ibrahim, saya berasal dari New Zeeland, tetapi saya pernah tinggal lama di Bandung, Indonesia,” jawabnya dengan tersenyum. Sayapun tersenyum dan kemudian kami pun memasuki masjid dengan beriringan dan melaksanakan sholat ashar berjamaah dengan jamaah yang lain.

Seusai sholat, seperti biasa saya habiskan sedikit waktu untuk berdoa dan berdzikir. Tak berapa lama, Abdullah Ibrahim menghampiriku dan bertanya, “antum dari mana?” “saya dari Kediri Jawa Timur, apakah anda pernah ke sana?” Aku balik bertanya, “belum, tapi saudara isteri saya ada yang tinggal di Kediri, tapi saya lupa daerah mana. Isteri saya berasal dari Bandung”. Jawabnya dengan tersenyum. Sebelum beliau melanjutkan ceritanya, sayapun bertanya, “brother, boleh saya tau, apakah anda seorang muallaf, atau muslim dari kecil?” Beliau kembali tersenyum dan balik bertanya, “kalau menurut antum kira-kira yang mana?” Aku pun balik tersenyum dan menjawab, “muallaf”. “ Antum benar”, jawabnya “saya mulai mengenal Islam secara benar ketika saya berumur 18 tahun, orang tua saya adalah seorang Nasrani, tetapi Alhamdulillah, mereka semua sudah muslim sekarang, begitu juga adik saya.” Jawabnya dengan penuh rasa syukur. “brother, bolehkah saya tahu, bagaimana anda bisa berpindah menjadi seorang muslim?” tanyaku keheranan. Beliau kembali tersenyum. “Ceritanya sangat panjang, penuh dengan pergolakan hati, tetapi sekaligus ini adalah cerita terindah sepanjang hidup saya”. Jawabnya penuh makna.

Sebelum menjadi seorang muslim, Abdullah Ibrahim bernama David, Ia adalah penduduk asli New Zeeland yang benci dan sangat tidak suka apabila mendengar berita tentang muslim dan Islam, karena setahu dia, Islam adalah agama yang sangat tidak toleran dan hanya mau menang sendiri. Sehingga tidak ada sedikitpun keinginan dalam dirinya untuk menjadi seorang muslim. Hobinya adalah berpetualang dan cita-citanya adalah mengelilingi dunia ini.

Masuknya David menjadi seorang muslim terjadi ketika Ia sedang menyalurkan hobinya untuk mengelilingi dunia. Ketika berusia 18 tahun, David merencanakan untuk menghabiskan liburan sekolah dengan melakukan perjalanan panjang sebagai back packer. Saat itu Ia ingin menjelajahi Negara di benua Eropa dan asia. Ketika itu Ia pergi ke daerah Turki, Irak, Iran dan kemudian ke Pakistan. Dari Pakistan Ia berencana untuk meneruskan perjalanan ke China dan sekitarnya dengan menggunakan perjalanan darat. Suatu saat, sampailah ia ke sebuah terminal bis dan Ia pun menaiki bis yang menuju ke perbatasan antara Pakistan dan China. Di dalam bis, David duduk disebelah seorang Pakistan yang ramah. Orang tersebut tersenyum kepada David, dan david pun kemudian membalas dengan senyuman pula. Dalam perjalanan, Seorang Pakistan tersebut mengajak ngobrol David. Mereka kemudian berkenalan dan saling bercerita.

Seorang Pakistan tersebut ternyata seorang pilot pesawat udara yang sedang mengambil cuti dan beliau waktu itu dalam perjalanan pulang ke kampung halamannya. Waktu itu David sangat senang dan menikmati perjalanan tersebut, karena si pilot sangat ramah dan baik hati. Selama perjalanan, David dipandu dan diberi tahu tentang cerita dan keindahan daerah yang sedang mereka lewati. David pun kemudian bercerita tentang petualangannya kali itu, dimana Ia sudah mengelilingi beberapa Negara dan Ia berencana untuk meneruskan perjalanan untuk mengunjungi China.

Sampai suatu ketika David bertanya tentang beberapa tempat di Pakistan yang indah yang bisa Ia kunjungi yang searah dengan arah tujuannya saat itu, sang pilot tersenyum dan berkata, “If you don’t mind, I will show you the place that you have never seen and felt before,” katanya dengan tersenyum. Dengan jawaban itu, jiwa petualangan David pun bangkit, yang kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan sang pilot tersebut. Setelah turun dari bis, mereka berdua memasuki desa sang pilot dengan berjalan kaki. David melangkahkan kakinya dengan bersemangat. Semakin jauh Ia melangkah, semakin penasaran David dengan penduduk desa tersebut. Karena selama perjalanan, David yang “bule” selalu dilihat dan disapa oleh hampir semua penduduk yang berpapasan dengannya dengan sapaan yang menurutnya sangat berbeda dengan salam yang ia ketahui, “Assalamualaikum!” Dan tak ketinggalan sang pilot pun selalu menjawab dengan jawaban yang menurutnya aneh pula, “waalaikumsalam!” Ketika David merasa penasaran, sang pilot menjelaskan kalau sapaan itu merupakan doa yang mereka sampaikan untuk sesama muslim yang mereka temui.

David kemudian dipersilahkan masuk kedalam rumah sang pilot dan dipersilahkan beristirahat untuk menghilangkan lelah. Karena sangat lelah, David pun kemudian tidur di salah satu kamar dirumah tersebut. Tak terasa empat jam telah berlalu, David kemudian bangun dan berjalan menuju ruang tengah. Ternyata disana Ia sudah ditunggu oleh sang pilot dengan beberapa masakan didepannya. Sang pilot itupun mengajaknya makan dan kemudian merekapun saling bercerita.

Tak berapa lama mereka ngobrol, ada seseorang datang membawa makanan yang lain yang disuguhkan kepada mereka. David terheran-heran dan bertanya, “Why does he give us another foods?” Dengan tersenyum sang pilot menjawab, “Because you are my guest, and we are supposed to serve our guest as good as possible.” Kemudian sang pilot juga bercerita bahwa ia telah memberi tahu beberapa tetangga, kalau Ia sedang kedatangan tamu, dan memuliakan tamu adalah salah satu kewajiban bagi mereka sebagai muslim.

David semakin terheran-heran ketika sang pilot berkata bahwa seperti inilah kehidupan masyarakat muslim yang sebenarnya. Tiga hari David menumpang di rumah sang pilot tanpa harus membayar dan tiga hari pula Ia diperlakukan seperti seorang saudara jauh yang sedang dimulyakan. Sang pilot pun juga mengajak David bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Tidak sedikit pun David dengar perkataan kasar dan tidak berguna. Bahkan David merasakan seakan semua itu bagai suatu lingkungan yang sedang mensucikan jiwanya.

“Why does Islam here is different with Islam in my country?” tanya david. Sang pilot dengan tersenyum menjawab bahwa perbedaan bukan terletak pada Islam atau peraturan yang harus dijalani oleh seorang muslim, tetapi umat muslim itu sendiri yang membuatnya berbeda, karena sesungguhnya sumber akan peraturan hidup bagi seorang muslim adalah sama, yaitu Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Sang pilot juga menjelaskan tentang bukti-bukti bahwa Alquran adalah berasal dari Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Sempurna.

Dari beberapa jawaban dan penjelasan sang pilot, David menjadi semakin yakin bahwa itulah kehidupan yang sebenarnya. David mulai mengerti kenapa Islam dipandang sebagai “pengganggu” di masyarakat tempat tinggalnya. Bisa jadi karena mereka belum memahami Islam itu sendiri, dan juga mungkin masyarakat muslim itu belum melaksanakan Islam secara benar. Belum lagi fitnah-fitnah yang disebarkan oleh pihak-pihak yang benci terhadap Islam.

Hari ketiga David berada dirumah itu, Sang pilot kembali bercerita tentang keindahan Islam. Beliau menjelaskan mengapa peraturan hidup dan kehidupan dalam Islam akan menjadikan kebahagiaan dan kedamaian bagi semua yang menerapkan. Terakhir beliau menutup ceritanya dengan berkata, “brother I had show you all about moslem. You will come back to your country. Now, please if someone says bad story about Islam, you should explain to him the truth, and...” Belum sempat beliau melanjutkan perkataannya, David bertanya “Can I be a moslem like you?” Sang pilot kaget, Ia memandangi David kemudian beliau bertanya, “Are you serious wanna be a moslem?” “yes please, I do sure that this is a real life that I dream of before. Brother, please, I wanna be a moslem like you, I wanna life with Islam,” jawab David.

Saat itu juga air mata sang pilot menetes, beliau mengulurkan tangan dan memeluk David. Sembari menangis beliau berkata “brother, I do sure that you will be a good moslem.” Kemudian sang pilot mangajak david pergi ke masjid didekat rumah beliau, dan disitulah David pertama kali mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan terbata-bata David mengucapkan “Assyhadualla Illaahaillalloh Wasyhaduanna Muhammadarrasullulloh”. “Alloohuakbar!”, kemudian disusul seruan takbir para jamaah yang berada di sekitarnya. Semua orang yang berada di dalam masjid memandangi David sembari mengucapkan selamat dan mamanjatkan doa untuknya. David pun tak kuasa menahan tangis saat itu. Belum pernah Ia rasakan kenikmatan seperti saat itu. David merasakan bagaikan seorang bayi yang baru dilahirkan. Ia peluk erat mereka yang hadir satu persatu, karena saat itulah “ikatan hati” mereka mulai terbentuk. Dan sejak saat itu David berganti nama menjadi Abdullah Ibrahim.

Abdullah Ibrahim tidak mampu menahan air matanya ketika ia menceritakan kisah perjalanan hatinya yang sangat indah dan mengharukan itu. Kemudian beliau memeluk saya dan berkata. “Brother, the beauty of Islam will never be closed although a thousand of mountains are fallen down close over it (Saudaraku, keindahan Islam tak akan tertutupi, walaupun seribu gunung ditimpakan untuk menutupinya). Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa islam adalah agama yang indah dan damai.”

Subhanalloh, bagai berada didalam ceritanya saat itu, dalam hatiku berdoa, “Yaa Rabb, Ijinkan hamba untuk bisa selalu mencintaiMu serta melaksanakan perintahMu secara sempurna, dan ijinkan hamba untuk bisa menunjukkan keindahan ayat-ayatMu melalui kata dan perilakuku. Amien.

Tak terbayangkan apabila semua muslim bisa melaksanakan ayat-ayat Alloh SWT dengan sempurna, Niscaya keindahannya, akan membuat para kafirin akan memasuki Islam dengan berbondong-bondong. Alloohuakbar!

Redi Bintarto
Wollongong NSW

Read More..