Tuesday, March 8, 2011

Setialah Bersamanya!

Setelah sekian lama tak berjumpa dengan istri dan anaknya tercinta, Ismail, kini Nabi Ibrahim mendapatkan kesempatan untuk bertemu keduanya. Tak bisa dibayangkan bagaimana gembiranya beliau ketika itu.

Akan tetapi, tatkala kakinya menginjak kota Mekah, alangkah terkejutnya beliau ketika mendengar bahwa ibu Ismail yang juga istrinya tercinta sudah dahulu dipanggil Rabbnya, sedangkan Ismail yang dahulu ditinggalkan dalam keadaan masih mungil ternyata sudah dewasa dan sudah menikah.

Beliau pun bertanya kepada orang-orang yang ada di Mekah tentang rumah Ismail, akhirnya ditunjukkanlah letak rumah ismail. Maka beliau pun mendatanginya.

Sesampainya di depan pintu, beliau mengucapkan salam. Terdengar jawaban dari dalam rumah dan pintu pun dibuka lalu keluarlah seorang wanita yang ternyata ia adalah isteri Ismail. Nabi Ibrahim bertanya kepadanya tentang Ismail. Ia menjawab bahwa ismail sedang berburu untuk makan sehari-hari keluarga.

Kemudian beliau bertanya tentang kehidupan rumah tangganya sehari-hari. Ia menjawab, “Kami dalam keadaan yang tidak baik, kami hidup susah dan sengsara. “ Istri Ismail berkeluh kesah kepada Nabi Ibrahim. Kemudian beliau pun menitip pesan untuk anaknya, “Kalau datang suamimu, sampaikanlah salam dariku dan katakan kepadanya hendaknya ia mengganti bendul/kayu pintu sebelah bawahnya. “ Beliau pun pamit dan pergi.

Tatkala Ismail pulang dari berburu, ia seperti merasakan ada orang yang berkunjung. Ia pun bertanya kepada istrinya, “Apakah ada orang yang datang ke sini tadi? “ Istrinya menjawab, “Ya, tadi ada orang tua yang ciri-cirinya begini dan begitu, dia bertanya tentangmu, maka aku kabarkan tentang kepergianmu. Kemudian ia bertanya juga tentang kehidupan rumah tangga kita, lalu aku kabarkan kepadanya kalau kita hidup susah dan sengsara. “

Ismail bertanya, “Apakah ia memberikan sesuatu pesan kepadamu?“ ia menjawab, “Ya, ia memintaku untuk menyampaikan salam untukmu kemudian ia berpesan untukmu, ‘gantilah bendul pintumu!’ Ismail kaget lalu berkata, “Itu bapakku, ia memerintahkanku untuk menceraikanmu, kalau begitu kembalilah kamu ke keluargamu. “ Maka ismail pun menceraikannya, lalu ia menikah lagi dengan wanita lain.

Tidak beberapa lama Ibrahim pun berkunjung kembali ke rumah Ismail. Dan kembali, ia tidak menjumpainya. Ia hanya mendapati isterinya di rumah. Ia pun bertanya tentang Ismail. Perempuan itu menjawab, “Ia sedang keluar berburu untuk makan sehari-hari keluarga “ Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana keadaan kalian? “

Perempuan itu menjawab, “Kehidupan kami sehari-hari baik dan lapang.“ Wanita itu memuji Allah lalu menceritakan tentang kehidupan rumah tangga yang ia jalani dengan lancar. Setelah mendengar penuturannya, Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Kalau datang suamimu, sampaikanlah salam dariku untuknya dan mintalah dia untuk mempertahankan bendul pintunya. “

Tatkala Ismail pulang dari berburu, ia merasakan seperti kejadian sebelumnya. Seperti ada orang yang berkunjung ke rumahnya. Ia pun bertanya kepada istrinya, “Apakah ada orang yang datang ke sini tadi?“ Istrinya menjawab, “Ya, tadi ada orang tua yang penampilannya baik-istrinya memuji orang itu- , ia bertanya tentangmu, maka aku kabarkan tentang kepergianmu. Kemudian ia bertanya juga tentang kehidupan rumah tangga kita sehari-hari, lalu aku kabarkan kepadanya kalau kehidupan kita baik-baik saja. “

Ismail bertanya, “Apakah ia memberikan sesuatu pesan kepadamu?“Ia menjawab, “Ya, ia menyampaikan salam untukmu dan memerintahkanmu untuk mempertahankan bendul pintumu.’ Ismail kaget lalu berkata, “Itu bapakku,yang ia maksudkan bendul itu adalah kamu, ia memerintahkanku untuk mempertahankanmu. “ Ini sepenggal kisah dari hadits yang panjang riwayat Bukhari no: 3364

Dalam kisah di atas terdapat pelajaran tentang dua wanita berbeda dalam satu keadaan. Mereka sama-sama memiliki suami yang baik, sama-sama prihatin dan sama-sama 'menderita' dalam kehidupan rumah tangga mereka. Akan tetapi yang satu merasa sengsara dan berkeluh kesah tentang kehidupan yang ia jalani sedangkan yang satu lagi merasa bahagia dan bersyukur atas kehidupan yang ia jalani. Tidak syak lagi, ini menunjukkan perbedaan kualitas antara keduanya.

Laki-laki yang saleh tentu lebih pantas untuk mendapatkan wanita yang salehah, dan wanita salehah lebih pantas pula untuk mendapatkan laki-laki yang saleh. Nabi Ismail adalah seorang nabi yang tentu saja lebih dari sekedar orang yang saleh semata. Karena itu, tidaklah salah kalau Nabi Ibrahim menginginkan pula orang yang mendampingi anaknya adalah wanita yang lebih dari sekedar salehah saja.

Dari arahan Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail untuk menceraikan istrinya yang satu dan mempertahankan istri yang lain, bisa dipahami bahwa wanita yang memiliki sifat istimewa seperti itu adalah wanita yang mampu bertahan hidup bersama pasangannya dalam keadaan apapun, ia siap menerima suaminya, baik dalam suka maupun duka. Ia bersyukur tatkala kehidupan rumah tangganya sejahtera dan bersabar tatkala kehidupan rumah tangganya diguncang duka dan nestapa. Istri yang seperti itulah yang memiliki point lebih, melebihi sekedar salehah saja.

Lantas apakah haram dan berdosa besar serta dijamin masuk neraka bila seorang istri meminta cerai kepada suaminya karena tak kuat dengan kehidupan rumah tangga yang “susah dan sengsara” ? Tentu saja tidak. Secara syariat dibolehkan, karena itu hak seorang istri. Akan tetapi ditinjau secara adab dan akhlak, yang lebih afdhal dan lebih mulia adalah tetap bersabar bersama suami dalam keadaan apapun.

Demikian yang disampaikan seorang dosen beberapa waktu lalu dalam pelajaran fiqh, tatkala membahas tentang hak pisah dari seorang istri tatkala mendapati kesulitan nafkah dari suaminya.

Jadi, yang lebih utama bagi seorang istri tetap mendampingi suami dalam keadaan apapun, suka maupun duka. Dan itulah yang dipraktekkan oleh istri Nabi Ismail di atas. Dan itu pula yang dipraktekkan oleh wanita-wanita terbaik dan istimewa dari umat ini.

Cobalah kembali mengingat ibunda kita, Khodijah binti Khuwailid, salah seorang istri nabi yang salehah, pemilik rumah yang terbuat dari mutiara di surga. Ia adalah saudagar kaya yang tumbuh dari keluarga yang kaya raya dan terpandang. ia pendamping dan penyokong utama bagi dakwah suaminya, baik dari fisik maupun non fisik. Tak terhitung berapa banyak jasa yang telah ia curahkan untuk islam.

Ketika Quraisy melakukan embargo ekonomi terhadap bani Hasyim, kabilah Nabi, dan sahabat-sahabatnya dalam rangka menghentikan dan melumpuhkan dakwah Islam,amat menderitalah muslimin ketika itu. Sebab, akibat embargo itu otomatis mereka tak bisa membeli dan berdagang dengan seorang pun untuk mendapatkan makanan. Karenanya, terjadilah bencana kelaparan yang mengerikan menimpa keluarga Rasulullah dan para sahabatnya.

Disebutkan dalam Arrahiqulmakhtum, ketika masa-masa embargo itu diberlakukan, karena tak adanya makanan yang bisa dimakan membuat sebagian para sahabat nabi memakan daun-daunan dan ranting pohon, bayi-bayi setiap hari menangis kelaparan dan banyak wanita yang jatuh sakit. Dan tragedi ini tentu saja dirasakan pula oleh keluarga Rasulullah, termasuk diantaranya Khodijah.

Dengan statusnya yang sebelumnya saudagar kaya yang memiliki harta berlimpah dan serba berkecukupan, tiba-tiba harus menjadi seorang wanita yang kelaparan hanya karena semata-mata mendampingi suaminya dalam menyampaikan risalah ilahi. Tapi perhatikanlah bagaimana ketegarannya. Ia tetap tegar dan setia mendampingi suami tercinta. Sampai akhirnya, tatkala efek dari embargo itu kian dahsyat, ia pun jatuh sakit. Lalu kondisi fisiknya melemah dan terus melemah hingga akhirnya..ia pun meninggal di hadapan suaminya tercinta dalam keadaan setia menyertainya. Semoga Allah meridhainya…

Kemudian wanita istimewa selanjutnya adalah ibunda kita, ‘Aisyah binti Abi Bakr Ash-Shiddiq, istri nabi tercinta. Kesetiaannya mendampingi Rasulullah telah tertoreh dalam lembaran sejarah umat ini. Memberikan jejak emas untuk orang-orang setelahnya, mereka terpaku, sejenak menjadi saksi kemudian turut mendoakan kebaikan untuknya.

Ia setia mendampingi beliau walaupun dua bulan penuh dapurnya tidak berasap. Tidaklah ia dan suaminya tercinta ketika itu memakan melainkan hanya kurma dan air serta susu yang kadang diberikan tetangga. (HR. Bukhari: 2567 dan Muslim: 2972)

Ia setia mendampingi suaminya walaupun ia sendiri berkata, “Keluarga Muhammad tidak pernah kenyang dari roti gandum selama dua hari berturut-turut sampai beliau meninggal. “ (HR. Bukhari: 5416 dan Muslim: 2970)

Ia setia di sisi suaminya hingga akhir hayatnya meskipun katanya, “Rasulullah wafat dalam keadaan baju perangnya masih tergadaikan pada orang Yahudi. “(HR. Bukhari: 2916 dan Muslim: 1603)

Ia setia di sisinya sampai mengantarkannya menuju rahmat-Nya meskipun katanya, “Rasulullah wafat sedangkan tidak ada di rumahku sesuatu pun yang bisa dimakan oleh satu makhluk apa pun kecuali hanya sedikit gandum yang ada di laci lemariku. “ (HR.Bukhari: 3097 Muslim: 2973)

Masih banyak lagi wanita-wanita istimewa yang mengajarkan tentang kesetiaan luar biasa seorang istri kepada suaminya. Dan itulah sebenarnya buah dari cinta sejati. Tak pernah lekang oleh perubahan zaman dan kondisi, sebab ia dibangun di atas kecintaan fillah wa lilllah (di jalan Allah dan karena Allah). Meskipun dan bagaimanapun keadaan pasangannya, ia tetap setia mendampingi selama ia masih dalam ketaatan kepada Allah.

Keadaan mereka sangat jauh dari ungkapan “ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang. “ yang ada di kepala mereka justru, “Ada uang atau tidak, abang tetap kusayang karena Allah, hingga nyawaku melayang!”

Jakarta, 9 Dzulhijjah 1431/15 November 2010/Oleh Anung Umar


Read More..

Muhammad dan Istrinya

Episode - 1
Di suatu senja yang temaram, Muhammad SAW sedang bercengkrama dengan istri yang sangat dicintainya, Khadijah RA. Tiba-tiba, Khadijah terdiam, dan kemudian menangis bercucuran air mata, begitu sedihnya. Tentu saja Rasulullah SAW kaget, sehingga beliau bertanya,
"Istriku tercinta, apa gerangan yang telah melukai perasaanmu, sehingga engkau menangis begitu sedih?"
Khadijah hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah tangisnya reda, wanita mulia itu berkata,
"Suamiku, tiba-tiba saja aku teringat bahwa seluruh harta kekayaan yang kumiliki sudah habis. Tidak ada lagi yang bisa aku persembahkan sebagai infak di jalan Allah, padahal dakwahmu belum lagi selesai. Itu yang membuatkan sangat sedih ..."

Sejurus kemudian Khadijah berkata lagi,
"Karena itu wahai suamiku, aku punya sebuah pinta untukmu. Kelak aku akan wafat dan ruh-ku kembali kepada Allah SWT. Dan di dalam tanah yang akan tersisa dari jasadku hanyalah tulang-belulang belaka. Jika pada saat itu engkau membutuhkan sebuah rakit, untuk menyeberangkan dakwahmu ke negeri nun jauh di sana, maka galilah kembali kuburku, dan rangkailah sebuah rakit dari tulang-belulangku yang tersisa ..."
(Subhanalloh.. jika anakmuda yang berkata seperti itu sekarang, maka masih diragukan kadar cintanya, Namun ini adalah Istri Nabi Muhammad SAW, Khadijah. Orang yang sangat dekat dengan pemimpin ummat Islam yang sangat disanyanginya, disayangi oleh istrinya dan juga oleh ummat nya.
Anak muda sekarang?? Aneh, meskipun masih ada yang mentauladai sifat-sifat dan kisah dari Nabi besar kita, Muhammad SAW.

Zara adalah orangnya....(wallahu'alam) semoga limpahan rahmad & Hidayah selalu padamu, Amien


Episode - 2
Menjelang dini hari Aisyah - istri Rasulullah SAW - terbangun dari tidurnya. Tangannya meraba-raba pembaringan di sisinya,Kosong. Ia menengok ke samping, dan tidak menemukan sang suami ada di sisinya. Maka iapun bangkit dan mencari suaminya. Sejurus kemudian dia melihat suaminya, Muhammad SAW, sedang tegak berdiri di pojok kamar, menunaikan Shalat Malam, begitu khusyu. Aisyah menangkap suara isak tangis yang lirih dalam shalat suaminya. Lalu pandangan mata Aisyah tertumbuk pada kedua pergelangan kaki suaminya yang kemerah-merahan, karena bengkak.

Pada saat Nabi jeda dari rakaat-rakaat shalatnya, Aisyah menghampiri suaminya, dan bertanya,
"Wahai suamiku, engkau adalah kekasih Allah yang sudah dijanjikan masuk surga, sudah dijamin diampuni semua dosa. Mengapa engkau masih begitu tekun beribadah? Bahkan setiap malam engkau bangun, berdiri dalam shalatmu begitu lama, hingga kedua kakimu bengkak-bengkak?"
Sambil mengelus kepala istrinya penuh kasih sayang, Muhammad SAW berkata,
"Wahai istriku, ibadah seperti yang aku lakukan ini, untuk membayar nikmat udara yang diberikan kepadaku saja tidak akan pernah cukup ..."

Episode – 3
Aisyah RA dikaruniai umur panjang oleh Allah. Beliau masih hidup hingga bertahun-tahun sesudah Muhammad SAW, suaminya, dipanggil ALLOH SAW. Pada suatu hari, beberapa perempuan sebaya Aisyah bersilaturahmi mengunjungi beliau di rumahnya. Dalam obrolan mereka ada yang berkata,
"Aisyah, seperti apa sepak terjang Muhammad di luar rumah sebagai Rasul, sebagai panglima perang, sebagai Kepala Negara, kami sudah mengetahuinya. Namun ada satu hal yang kami masih penasaran. Bagaimana dia di rumahnya, di tengah-tengah keluarganya, bersama dengan istri-istrinya? Cobalah engkau ceritakan kepada kami."

Aisyah terdiam. Ia tidak mampu berkata apa-apa. Hanya deraian air mata yang kemudian mengalir di pipinya. Teman-teman Aisyah menjadi merasa tidak enak.

Salah satu di antara mereka bertanya lagi,
"Aisyah, mengapa kau menangis? Apakah gerangan yang membuat engkau sedemikian sedihnya?"

Setelah reda tangisnya, Aisyah berkata,
"Sahabat-sahabatku, bagaimana aku tidak begitu sedih merasakah kehilangan seorang suami seperti Muhammad SAW, yang selalu menyapaku dengan lembut, dan membangunkan aku di tengah malam untuk bersujud bersamanya? Bagaimana aku tidak menangis dengan penuh rasa kehilangan yang mendalam, mengenang suamiku, Muhammad SAW, yang selalu membantu pekerjaanku di rumah. Bagaimana aku tidak menangis mengenang suamiku, yang selalu menjahit jubahnya yang sobek dan menyambung tali terompahnya yang putus dengan tangannya sendiri. Bagaimana aku tidak menangis"

Read More..

Kemulianmu di Rumahmu

“Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur (untuk berhubungan suami-istri), kemudian ia tidak memenuhi panggilannya, melainkan Dia yang ada di atas langit (Allah), akan murka kepadanya, hingga suaminya itu rida kepadanya “ (HR.Muslim)

Hadits itu disebutkan dosen fiqh beberapa minggu lalu ketika membahas tentang hak-hak suami istri. Beliau menjelaskan (dalam bahasa Arab yang artinya kurang lebih):

“Jadi, seorang istri wajib untuk memenuhi panggilan suaminya selama ia tidak memiliki udzur (seperti sakit, haid dan perkara lainnya yang dibolehkan syariat). Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa sekalipun ia (si istri) sudah di atas hewan tunggangannya, maka ia wajib memenuhi panggilan suaminya. Makanya kalau si istri sudah sampai airpot mau naik pesawat yang berangkat ke Amerika, misalnya, lalu suaminya menelepon, ‘Saya ingin ‘sesuatu’ sama kamu, ‘ maka itu wajib dipenuhi. “

Kami tertawa, merasa geli dengan contoh yang beliau berikan. Beliau memang sering menyebutkan contoh yang menggelitik (menurut kami) ketika mengajar.

“Karena itu, seorang istri harus memperhatikan hak-hak suaminya. Memperhatikan rumah dan anak-anaknya, karena itu merupakan tanggung jawabnya. Jangan sampai ia sibuk di luar rumah sehingga terbengkalailah hak suami, “ ujar beliau. “Dan jangan pula si suami sibuk bekerja di luar, ia juga sibuk di luar, lantas siapa yang akan membimbing anak-anak? Apakah mau diserahkan kepada pembantu? Sedangkan pembantu zaman sekarang kebanyakan mereka fasik, tidak mengerti agama. “

Beliau lalu berkata, “Makanya saya nasehatkan bagi tolibat (para mahasiswi) setelah lulus dari sini tetap mengutamakan dan memperhatikan rumah (keluarga) dibandingkan mengajar. “

Mendengar itu saya jadi penasaran. “Ustadz, kalau begitu, apakah tolibat memilliki tanggung jawab dakwah di luar (rumah)? " tanya saya.

Beliau menjawab, “Tidak, Urusan terkait dakwah (di luar) itu, ada di pundak kaum pria, bukan wanita. Makanya di kalangan salafussaleh dulu tak ada wanita yang keliling berdakwah, mengajar kesana-kesini meninggalkan rumahnya. Coba perhatikan Aisyah istri nabi. Beliau berdakwah, tapi itu di rumahnya, bukan di luar. Justru murid-muridnya lah ketika itu yang berdatangan ke rumahnya untuk menimba ilmu. “

Kemudian beliau berkata, “Kalau mengajar sekali atau dua kali seminggu sih, ya masih wajar. Tapi kalau setiap hari keluar, ke sana-sini, menghabiskan banyak waktu di luar, ketika sampai di rumah lalu suaminya ingin ‘bersenang-senang’ dengannya, apa yang akan ia katakan? ‘Ah, capek. ‘ Ini jelas keliru. Menunaikan hak suami itu merupakan kewajibannya. (sedangkan dakwah bukan kewajibannya).“

Saya bertanya lagi untuk lebih jelas, “Jadi, sebenarnya tanggung jawab dakwah kepada para wanita dan ummahat itu asalnya ada di tangan kaum pria? “

Beliau menjawab, “Ya, kewajiban mendidik para istri dan ummahat, itu asalnya ada pada para suami. Tapi kalau mereka (para suami) tidak bisa dan tidak memiliki ilmu untuk mengajarkannya, barulah itu diserahkan pada orang lain yang mumpuni. Dan kalau keadaannya sudah seperti itu (suami tak bisa mengajarnya), maka tak mengapa ia keluar untuk mempelajari perkara-perkara din yang vital baginya. “

Beliau juga berkata, “Diperbolehkan bagi seorang wanita untuk mengais rezeki di luar rumahnya, kalau ia memang memiliki hajat untuk itu, seperti membantu perekonomian keluarga yang tidak bisa dipenuhi suaminya, “

Kemudian menerangkan, “Akan tetapi, asalnya ia harus selalu memperhatikan urusan rumahnya dan tidak disibukkan dengan perkara di luar. Makanya dalam syariat, hanya pria yang diperintahkan untuk melakukan amalan yang banyak melibatkan fisik di luar seperti jihad, shalat berjamaah, dan lain-lain, sedangkan wanita tidak. “

Beliau menjelaskan lebih lanjut, “Dengan tidak diperintahkannya wanita melakukan amalan di luar, bukan berarti wanita tidak mendapatkan keutamaan apa-apa, mereka bisa pula menandingi amalan kaum pria. Disebutkan dalam suatu hadits, ‘Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. ‘ perhatikanlah keutamaan yang besar ini bagi wanita. “

Terima kasih ustadz, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan atas ilmu yang kau ajarkan. Ilmu yang sangat bermanfaat bagi kami.

Aduhai, seandainya saja para muslimah mendengar nasehatmu, ya ustadz, tentu itu akan bermanfaat untuk mereka, insya Allah.

Seandainya saja para muslimah menyadari keagungan hak-hak suami mereka tentu mereka tak akan melalaikannya karena alasan apapun, termasuk juga karena dakwah.
“Seandainya saja aku diperbolehkan memerintah seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku akan perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya. “ (HR. Tirmidzi)

“Lihatlah kedudukanmu di sisi suamimu, karena ia adalah surga dan nerakamu. “ (HR. Nasai)

Seandainya saja mereka menginsafi kalau anak-anak itu harta berharga yang membutuhkan perhatian dan bimbingan intensif, tentulah mereka tak akan membiarkan anak-anak mereka kebingungan memilih dan menjalani orientasi kehidupan mereka sehari-hari.
“Bila meninggal anak Adam, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya. “ (HR.Muslim)

Seandainya saja mereka mengetahui bahwa melalui tangan-tangan telaten merekalah, Allah akan memunculkan para pejuang umat yang akan membebaskan Al-Quds dari kaum yang dimurkai Allah, mengusir penjajah kafir dari Irak dan Afganistan, melepaskan penderitaan orang-orang yang terzalimi di Chechnya dan di berbagai belahan bumi Allah lainnya, niscaya mereka tak akan menyianyiakan dan menelantarkan aset berharga itu.

Ah, seandainya saja mereka mengetahui bahwa kemuliaan dan kehormatan mereka itu ada di dalam rumah, niscaya mereka tak akan meninggalkannya karena alasan apapun dan karena siapapun, kecuali sekedarnya saja.

Jakarta, 27 Shafar 1432/31 Januari 2011/Oleh Anung Umar

Read More..

Lelaki di Relung Hati Ibu

Sewindu sudah Bening menemani kehidupan lelaki yang telah Allah karuniakan menjadi imam dalam hidupnya. Bahkan beberapa purnama lagi, usia pernikahannya akan memasuki tahun ke sembilan.

Banyak hal sarat dengan pelajaran berharga yang ia dapatkan selama membersamainya. Butiran-butiran hikmah yang bertaburan di sepanjang ia dan lelaki itu merajut kasih atas landasan cinta karena Allah menjadikan ruang kalbunya dipenuhi rasa syukur.

Dalam sebuah lembaran hari yang dilaluinya, Bening tak dapat melupakan saat menyaksikan raut muka dan getar suara ibu yang telah melahirkan dan membesarkan pasangan jiwanya itu. Dengan mata yang berkaca-kaca dalam gemetar tangan dan suaranya, sang ibu terus-menerus mengucapkan serangkai kalimat.

“Ia selalu ibu rindu, nak...ia selalu dalam relung hati ibu...ibu bangga dan bersyukur Allah menitipkannya pada ibu...”

Bening hanya terdiam ketika ibu dari lelaki yang telah menjadi imamnya itu mengungkapkan isi hatinya.

Tak lama kemudian perempuan lebih dari paruh baya itu meneruskan ucapannya. “Tahukah Engkau Nak, kenapa ia selalu ada dalam relung hati ibu?”

Kali ini Bening menggelengkan kepalanya perlahan sambil menanti kelanjutan ucapan sang ibu. Seolah mengerti apa yang dipikirkan mantunya itu, sang ibu kembali berucap... “Setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing dalam hati orangtuanya. Dan, ia menempati relung hati ibu lebih dalam dari saudara-saudaranya”.

Sejenak sang ibu menghentikan ucapannya dan menatap Bening dalam-dalam. “Bukan karena prestasi dunianya atau karena ia bersekolah di negeri orang yang membuat ibu selalu merindu dan bangga padanya, tapi hanya satu hal yang membuatnya istimewa di hati ibu...”

Kembali sang ibu terdiam, butiran sebening kristal meluncur tak tertahankan lagi dari matanya. Ia terbata-bata melanjutkan ucapannya dengan getar suara menahan haru.

“Selama ini ia tak pernah menyakiti perasaan ibu, akhlaknya ini yang membuat ia selalu memenuhi ruang hati ibu”. Serangkai kalimat itu diucapnya berulang-ulang hingga Bening hanya mampu mengucap syukur mengetahui penilaian sang ibu akan imam rumahtangganya itu.

Dalam hatinya, ia pun mengakui ucapan sang ibu. Ya, sepanjang mengayuh biduk bersamanya , tak pernah hatinya tergores oleh tutur kata maupun tingkah laku suaminya. Hatta, pada masakan yang disajikan, tak pernah lisan lelaki itu mencela sekalipun di lidah Bening makanan tersebut terasa aneh. Air muka suaminya hanya sedikit mengernyit ketika keasinan atau merona merah saat pedas tak tertahankan oleh lidahnya.

Terhadap anak-anak, amanah yang dikaruniakan Allah padanya, lelaki itu selalu bersikap lembut penuh kasih. Tak mengherankan bila hati anak-anaknya sangat tertambat dan melekat erat padanya.

Lelaki itu pun tak banyak kata dalam mengajarinya hidup dengan hiasan sabar dan sahaja. Ketika ia kehilangan putra pertama yang dinanti karena Allah hanya menitipkan 2 bulan saja di rahim Bening, wajah lelaki itu tetap jernih, mengalirkan ketenangan dan ketabahan padanya.

Demikian pula saat badai demi badai masalah yang melintasi jalan hidupnya, wajah lelaki itu tetap tenang. Di saat orang lain mungkin menghadapinya dengan marah-marah, menyesali nasib, kecewa bahkan putus asa, lelaki itu tak bergeming dalam badai ujian hidupnya. Gemuruh hatinya atas segala cobaan itu ia tuangkan dalam berbagai kreasi yang hasilnya dinikmati banyak orang.

Ia juga tak banyak kata saat mengajarkan Bening akan rasa khauf (takut) hanya kepada Allah. Ia selalu berhati-hati dengan uang yang diperolehnya dari tempatnya bekerja hingga ia yakin makanan dan minuman yang mengalir dalam darah keluarganya bersumber dari harta yang halal.

Demikian juga dalam menyeleksi tempat makanan atau minuman yang dibeli. Suatu ketika lelaki itu mengajaknya jalan-jalan di sebuah kota belahan Eropa. Setelah sekian lama menyusuri jalan akhirnya ia mengajak Bening membeli dua tangkup donner kebap di sebuah toko kecil nan sempit.

Lalu ia ungkapkan rasa heran pada suaminya kenapa untuk membeli setangkup donner kebap, harus berjalan sejauh itu, padahal di dekat tempat mereka tinggal ada banyak bertebaran toko-toko yang menyajikan makanan tersebut.

Dengan penuh kelembutan, ia pun menjelaskan bahwa di beberapa toko kebap yang dilaluinya, terdapat banyak botol-botol khamr. Ia merasa ragu untuk membeli donner di toko yang menyediakan minuman tersebut. Ya, ia menyangsikan kehalalan daging yang terdapat dalam donner itu jika pemilik toko tak merasa takut menjual minuman yang diharamkan Allah.

***

Dua pasang bola mata milik sang ibu dan dirinya kini semakin sembab. Dalam diam, masing-masing menekuri kenangan-kenangan yang pernah terukir bersama lelaki yang dicintai mereka.

Wajah Bening semakin tertunduk ketika sang ibu dari lelaki yang menjadi imamnya itu terus menerus mengulangi ucapannya tentang sang anak.

“ Wahai ibu, ia tak hanya ada dalam relung hatimu, tetapi ia pun memenuhi semua sudut jiwaku”, bisik hatinya. / Oleh Ineu


Read More..

Mengenang Ustadz Abdullah Wasi’an Pembantah Para Penginjil

Mengenang Ustadz Abdullah Wasi’an Pembantah Para Penginjil. Ummat Islam Indonesia dalam ancaman dan rundungan pemurtadan
Ustadz Abdullah Wasi’an (94), seorang ahli dalam hal membantah penginjil, meninggal dunia pada hari Rabu (16 Pebruari 2011 M / 13 Rabi’ul Awwal 1432 H) di rumahnya, Jalan Perumahan Rewwin, Wedoro, Sidoarjo Jawa Timur. Hidayatullah.com yang berpusat di Surabaya memberitakan, sebelum dipanggil Allah SWT, Abdullah Wasi’an dikenal sangat produktif menulis dan berkarya. Menurut M Mashud (40) seorang kristolog muda asal Surabaya, meski usianya 94 tahun, almarhum masih produktif menulis buku-buku tentang kristologi.
Di antara buku-bukunya yang sangat populer di masyarakat adalah; “100 Jawaban untuk Missionaris”,“Jawaban untuk Pendeta”, “Nabi Muhammad dalam Al Kitab”, “Pendeta Menghujat, Kiai Menjawab”.
Menurut Mashud, selama ini almarhum terus menulis, meski dengan bantuan alat pembesar (kaca pembesar bundar bergagang, seperti gambar di symbol search dalam computer, nm) dan mesin ketik butut (dan duduknya pun di lantai, nm).
“Beliau memiliki keterbatasan mata. Meski dengan keterbatasan alat, beliau tetap menulis dibantu kaca pembesar dan mesin ketik kuno, “ ujarnya padahidayatullah.com.
Untuk mengenang almarhum yang semasa hidupnya senantiasa tampak nglesot (duduk tanpa kursi) di lantai di depan mesin ketik butut dengan memegangi kaca pembesar agar bisa mengetik naskah, berikut ini kami turunkan tulisan yang kami tulis tahun 1999 dan diperbarui berkaitan dengan wafatnya Ustadz Abdullah Wasi’an, Februari 2011 ini. Hal ini untuk menunjukkan, betapa sejatinya apa yang dihadapi oleh Ummat Islam di Indonesia memerlukan orang-orang seperti beliau.
Inilah fakta dan data derita Ummat Islam dalam ancaman dan rundungan pemurtadan, namun di balik itu ada sebagian tokoh yang mengaku Islam justru berkhianat dan memuluskan jalannya pemurtadan:
Kristenisasi Menghina Islam
Ketika orde baru pimpinan Soeharto berjaya, banyak pejabat yang tak mau tahu bila diberi tahu tentang kristenisasi dan pemurtadan terjadi di mana-mana di pelosok penjuru Indonesia. Tetapi setelah dikeluarkan buku Fakta dan Data (kumpulan laporan dari Majalah Media Dakwah Terbitan Dewan Da’wah Islam Indonesia di Jakarta), semua pihak terperangah dan yakin bahwa pihak misionaris zending telah bekerja keras memurtadkan ummat Islam secara membabi buta. Namun keterperangahan atas dimurtadkannya sejumlah ummat Islam di sana-sini itu tidak diikuti dengan kebijakan yang melindungi ummat Islam sepenuhnya. Maka terjadilah pemandangan yang menyakitkan bagi ummat Islam. Tempat-tempat strategis dan pemukiman-pemukiman ummat Islam tahu-tahu bermunculan gereja di tengah-tengahnya. Padahal di sekitarnya adalah penduduk Muslim, dengan adat Islami. Sentimen dan perang batin pun terpendam di hati dengan aneka rasa.
Di tengah kemelut jiwa yang melanda dan menekan perasaan ummat Islam itu, malah sering-sering muncul tokoh Islam yang nyeleneh (aneh), yang lebih membela orang palangis ataupun kafir ketimbang memperhatikan sesama Muslim. Bahkan sang tokoh pembela palangis walau duduk di jum'iyah Islam merasa risih dengan rintihan Muslimin yang menyuarakan ayat "Walan tardho...":
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ ( [البقرة/120] 120.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah [2] : 120)
Masih dikumandangkannya ayat walan tardho... oleh para muballigh di mana-mana, lama-lama menjadikan panasnya kuping si pembela palangis itu. Hingga secara resmi dalam muktamar jum'iyah itu di Jawa Barat 1994 (tepatnya di Pesaantren Cipasung), ia dengan lantang menentang orang-orang yang menyuarakan ayat walan tardho itu dengan cara menafsirkan ayat itu bahwa hanya terbatas khusus mengenai aqidah (keyakinan). Tidak yang lain. Pembelaannya terhadap kafirin dan juga penyelewengannya dalam menafsiri ayat Al-Qur’an, kalau tidak dia taubati maka dibawa sampai mati, yang tampaknya telah mendahului Pak Abdullah Wasi’an. Sebaliknya Pak Abdullah Wasi’an yang membela ayat itu dengan cara membantah para penginjil dan pembela-pembelanya serta memberi pencerahan kepada Ummat Islam tentang jangan sampai mau dimurtadkan, insya Allah membawa bekal amalnya itu pula.
Bentrokan Islam-Kristen
Tidak berapa lama kemudian, terjadilah keributan di mana-mana antara Islam dan Kristen. Di antaranya ummat Islam dibunuh dan masjid/mushollanya dibakari oleh orang-orang Katolik di Dili Timor Timur 1994, orang-orang Nasrani di Maumere NTT membakari dan berusaha membunuhi ummat Islam 1995. Peristiwa di Surabaya dan Situbondo Jawa Timur 1996,Tasikmalaya 1997, Ketapang dan Kupang serta Ambon dan Sambas 1999. (lihat Dialog Jum'at, 6 Agustus 1999). Terakhir sampai bunuh-bunuhan, berulang-ulang kali yaitu di Ambon, sejak Idul Fitri 1419H/ Januari 1999M, diulangi Juli sampai kini (ditulisnya naskah ini, Sabtu 28/8 1999M, 17/ 5 1420H, diperbarui Kamis 17 Februari 2011 / 14 Rabi’ul Awwal 1432H berkenaan dengan wafatnya KH Abdullah wasi’an, Rabu 16 Februari 2011/ 13 Rabi;ul Awwal 1432H)..
Di saat ummat Islam sangat prihatin atas gencarnya pemurtadan, sedang jeritan ummat Islam tak digubris itu, justru para pejabat Orde Baru serta para penjilat, banyak yang berpidato membanggakan pancasila. Kata mereka, bahwa berkat pancasila, maka negeri kita Indonesia walau berbeda-beda agama namun relatif paling aman di dunia.
Pemberhalaan pancasila sudah sedemikian rupa saat itu. Di Ambon itu, kata mereka saat itu, masyarakatnya yang Islam membantu pembangunan gereja, sedang yang Kristen pun sebaliknya, membantu pula pembangunan Masjid. Itu berkat pancasila, katanya pula.
Sesumbar-sesumbar yang telah dikeluarkan oleh mulut-mulut mereka itu kemudian dibalikkan oleh Allah. Seharusnya, ketika perang agama seperti di Ambon, (diawali oleh penyerangan dari pihak Nasrani terhadap Muslimin pas Idul Fitri 1419H / 19 Januari 1999 lalu), mestinya mereka mengumumkan permintaan maaf dan mencabut ucapan-ucapannya yang telah kelewat batas menyanjung pancasila dulu itu. Seharusnya mereka meminta maaf seribu maaf, kemungkinan besar turunnya adzab dengan aneka krisis dan kekacauan di Indonesia itu di antaranya akibat kelancangan mulut-mulut mereka yang telah menyepelekan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hukum-hukum Nya, diganti dengan berhala bikinan mereka. Namun tidak. Lain lagi ceritanya. Yang dibanggakan kemudian adalah bahwa golongannya merupakan golongan yang lintas agama. Bila yang dibunuhi ummat Islam, maka mereka diam, karena tidak merasa ada kaitan apa-apa. Hanya saja kalau ada orang palangis terbunuh, mereka ikut berteriak, karena sebagai orang yang berfaham lintas agama.
Pemurtadan mereka anggap kecil
Apalagi hanya kristenisasi, pemurtadan terhadap ummat Islam; orang yang namanya nyawa muslimin dibantai dengan sepengetahuan mereka pun mereka tidak merasakan apa-apa. Itulah keadaannya. Kata pepatah Arab, mayat itu takkan merasa walau dilukai. Artinya, hati yang sudah mati, yang sudah tidak ada kontak sama sekali dengan Islam, walau Islam dihancurkan, tetap saja mereka tidak merasakan apa-apa, ibarat mayat, ya sudah.
Buku-buku Kristenisasi menghina Nabi dan membohongi
Di kala pihak palangis tahu betul bahwa orang-orang yang serakah terhadap jabatan telah jadi mayat-mayat bila di depan agamanya (Islam) alias tidak peduli lagi itu, maka digunakanlah kesempatan yang dianggap baik itu untuk menjerat ummat Islam. Ditulislah buku-buku dan slebaran yang menipu ummat Islam, meng hina Islam, tetapi memakai label Islam.
Mereka semakin berani melakukan kristenisasi secara terbuka bahkan lebih keji, mereka menggunakan Al-Quran dan Hadits untuk membenarkan ajaran sesat mereka. Tentunya dengan memutar balikkan ajaran Islam itu, untuk mengelabui Ummat Islam. Gerakan kristenisasi dengan kedok dakwah, ukhuwah dan shirathal mustaqim digencarkan.
Gerakan kristenisasi yang licik dan keji itu dikordinasi oleh Yayasan Nehemia yang dipelopori Dr Susadi Ben Abraham, Kholil Dinata, dan Drs Poernama Winangun alias H Amos. Mereka telah mengeluarkan beberapa buku di antaranya:
1. Upacara Jama'ah Haji
2. Ayat-ayat yang Menyelamatkan
3. Isa alaihis salam dalam Pandangan Islam
4. Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad saw.
5. Membina Kerukunan Umat Beragama
6. Rahasia Jalan ke Surga
7. Siapakah yang bernama Allah itu?
Isi buku-buku dan brosur tersebut sangat menghina Islam, di antaranya:
 Upacara Ibadah haji adalah penyembahan berhala tertutup.
 Islam agama khusus untuk orang Arab, Al-Quran kitab suci orang Arab, Nabi Muhammad nabi untuk orang Arab yang mengajarkan pe nyembahan berhala dan tidak akan selamat di akherat.
 Tuhan orang Islam adalah batu hitam (hajar aswad).
 Waktu shalat sangat kacau dan Al-Quran tidak relevan. - Nabi Muhammad memperkosa gadis di bawah umur.
 Al-Quran untuk Iblis, Injil petunjuk bagi umat Islam yang taqwa.
 Bapaknya Yesus adalah Allah subhanahu wata'ala.
 Semua umat masuk Neraka kecuali umat Kristen.
 Nabi Muhammad wafat mewariskan kitab Injil.
 Khadijah, isteri Nabi Muhammad beragama Kristen.
Itulah di antara tuduhan-tuduhan keji dan kebohongan mereka. Kristenisasi di masa Reformasi ini bukan sekadar pemurtadan secara mempengaruhi, namun sampai menghina dan menodai Islam dengan mencetak buku-buku yang menodai kesucian Islam dan aneka upaya jahat. Bahkan sampai memperkosa wanita untuk kemudian dimurtadkan, seperti yang terjadi di Padang Sumatera Barat. Tuduhan keji dan penghinaan terhadap Islam itupun dilanjutkan dan disebarkan di antaranya di Temanggung Jawa Tengah, hingga terjadi kasus Temanggung Februarai 2011.
Beritanya sebagai berikut:
Pendeta Antonius Hina Islam, PicuKerusuhandi Temanggung
Dalam buku Kristen yang disebarkan Pendeta Antonius, Hajar Aswad dilecehkan sebagai simbol vagina (kemaluan wanita); tugu Jamarat di Mina dihina sebagai simbol dari kemaluan laki-laki.
Hajar Aswad adalah batu hitam yang berada di satu sudut Ka’bah di Masjidil Haram. Ka’bah dengan hajar aswadnya serta Masjidil Haram, bahkan Kota Makkah adalah tempat suci Ummat Islam sedunia. Namun pendeta beralamat di Pondok Kopi Jakarta itu menyebarkan buku Kristen di Temanggung Jawa Tengah yang isinya menganggap Hajar Aswad itu symbol kemaluan wanita.
Voaislam.com memberitakan,SABTU, 23 OKTOBER 2010,Pendeta Antonius menginap di rumah saudaranya di Dusun Kenalan, Desa/Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung. Ia hanya semalam menginap di tempat itu untuk melanjutkan perjalanan ke Magelang. Namun waktu sehari tersebut digunakan untuk membagikan buku dan selebaran berisi tulisan yang menghina umat Islam.
Di kampung orang, pendeta kelahiran 58 tahun silam ini menyebarkan dua buku berjudul “Ya Tuhanku Tertipu Aku” dan buku “Saudara Perlukan Sponsor (3 Sponsor, 3 Agenda dan 3 Hasil)” yang penuh dengan pelecehan Islam, antara lain: menghina Allah dan Nabi Muhammad sebagai Pembohong; ibadah haji adalah simbol kemesuman Islam; Hajar Aswad adalah simbol dari –maaf– vagina; tugu Jamarat di Mina adalah simbol dari –maaf– kemaluan laki-laki; umat Islam yang shalat Jum’at di masjid sama dengan menyembah dewa Bulan karena di atas kubah masjid terdapat lambang bulan-bintang; Islam agama bengis dan kejam; dan masih banyak lagi hujatan lainnya. Yang lebih menyesatkan lagi, Pendeta Antonius menukil ayat-ayat Al-Qur’an dalam hujatan-hujatan tersebut.
Kasus itu kemudian diproses ke pengadilan, lalu timbul kerusuhan
SENIN, 8 FEBRUARI 2011, karena massa kecewa, penghina Islam yang sebegitu menghinanya, namun hanya dituntut 5 tahun penjara. (nahimunkar.com, Pendeta Antonius Hina Islam, Picu Kerusuhan di Temanggung, February 9, 20113:52 am, http://www.nahimunkar.com/pendeta-antonius-hina-islam-picu-kerusuhan-di-temanggung/)
Sanggahan terhadap tuduhan keji
Tuduhan keji itu perlu dibuktikan, dan berikut ini kami kutipkan sanggahan seperlunya, untuk menunjukkan betapa licik dan busuknya mereka itu.
Ibadah haji dituduh sebagai penyembahan berhala tertutup, itu tuduhan keji. Tidak bolehnya orang non Muslim ke Makkah bukan untuk menutupi upacara ibadah haji. Dan ibadah haji itu tidak ada penyembahan berhala seperti dituduhkan H Amos. Namun tidak bolehnya orang non Muslim ke Masjidil Haram itu perintah langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Quranul kariem,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا
[التوبة/28]
yang artinya: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini." (QS. At-Taubah [9] : 28)
Tuduhan bahwa upacara ibadah haji tertutup, itu juga bertentangan dengan kenyataan, karena ditayangkan pula ke berbagai negara di dunia ini lewat televisi. Terbukti tak ada penyembahan berhala dalam upacara ibadah haji, dan tak tertutup seperti yang dituduhkan dengan keji itu.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam dituduh hanya Rasul untuk bangsa Arab, dan tidak akan selamat di Akherat. Tuduhan itu sangat jahat. Karena Allah telah menegaskan dalam Al-Quran
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ [الأنبياء/107]
yang artinya: "Dan Kami tiada mengutusmu (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiyaa' [21] : 107)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ [سبأ/28]
"Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba' [34] : 28)
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ [التكوير/27]
"Al-Quran adalah suatu peringatan untuk semesta alam." (QS. At-Takwir [81] : 27, dan QS. Al-Qalam [68] : 52)
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ [النحل/44]
"Dan Kami turunkan Al-Quran kepadamu (Muhammad) supaya engkau jelaskan kepada umat manusia, apa-apa yang diturunkan kepada mereka, supaya mereka berpikir". (QS An-Nahl [16] : 44)
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا [الأحزاب/40]
"Muhammad bukanlah bapak salah seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Ahzaab [33] : 40)
Tuduhan tentang Nabi Muhammad tidak selamat di akherat maka harus dibacakan shalawat, itu tuduhan keji pula. Bisa diperbandingkan dengan keadaan bahwa bayi yang meninggal dunia keadaannya tanpa ada dosa. Dia pasti selamat, akan masuk surga. Namun bayi yang meninggal itu tetap disholati, dido'akan, dan dikubur sesuai dengan aturan Islam. Tidak seperti penguburan binatang. Orang yang mensholati, mendo'akan, dan menguburkan mayat bayi ini akan mendapatkan pahala.
Terhadap bayi yang belum berjasa saja harus didoakan, apalagi terhadap seorang Nabi yang telah sangat berjasa bagi umat manusia. Ini sudah pas dari segi ajaran agama maupun akal yang mau menerimanya.
Tuduhan bahwa Islam mengajarkan penyembahan berhala batu hitam bernama hajar aswad, itu tuduhan yang amat keji dan licik. H Amos memutar balikkan fakta, hajar aswad dianggap sebagai berhala yang disisakan setelah 359 berhala dihancurkan, dengan mengutip hadits Bukhari tanpa disertai teksnya. Ternyata H Amos bohong, karena hajar aswad bukan termasuk berhala. Teks Hadits Bukhari nomor 832,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - لَمَّا قَدِمَ أَبَى أَنْ يَدْخُلَ الْبَيْتَ وَفِيهِ الآلِهَةُ فَأَمَرَ بِهَا فَأُخْرِجَتْ فَأَخْرَجُوا صُورَةَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ فِى أَيْدِيهِمَا الأَزْلاَمُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَمَا وَاللَّهِ قَدْ عَلِمُوا أَنَّهُمَا لَمْ يَسْتَقْسِمَا بِهَا قَطُّ » . فَدَخَلَ الْبَيْتَ ، فَكَبَّرَ فِى نَوَاحِيهِ ، وَلَمْ يُصَلِّ فِيهِ .
terjemahnya: Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata: "Ketika Rasulullah SAW mula- mula tiba di Makkah, beliau enggan hendak masuk Ka'bah karena di dalamnya banyak patung. Beliau memerintahkan supaya mengeluarkan patung-patung itu dari dalamnya, maka dikeluarkan mereka semuanya termasuk patung Nabi Ibrahim dan Islmail yang sedang memegang azlam (alat untuk mengundi). Melihat itu Rasulullah SAW bersabda: "Terkutuklah yang membuat patung itu! Demi Allah! Sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya tidak pernah melakukan undian dengan azlam, sekali-kali tidak." Kemudian beliau masuk ke dalam Ka'bah, lalu takbir di setiap pojok dan beliau sholat ketika itu di dalamnya." (Shahih Al-Bukhari nomor 832).
Tuduhan tentang waktu shalat sangat kacau, itu tuduhan sangat mengada-ada. Penuduh membentrokkan ayat-ayat dengan Hadits Bukhari, tanpa mau memahami. QS Al-Israa': 78 dan QS Huud: 114 dibentrokkan dengan Hadits Bukhari nomor 211, lalu dikomentari bahwa yang dipakai Hadits, bukan Al-Quran. Maka dituduh kacau. Padahal, kalau mau memahami, ayat-ayat maupun hadits tersebut semuanya bermakna bahwa shalat wajib adalah 5 waktu sehari semalam, yaitu Shubuh, Dhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya'.
Nabi Muhammad dituduh memperkosa gadis di bawah umur, itu tuduhan sangat menghina.
Tuduhan itu hanya menunjukkan kebencian yang amat sangat, dan tidak bisa mengemukakan bukti-bukti larangan tentang menikahi gadis dalam batasan umur. Padahal umur 9 tahun seperti Aisyah yang mulai diajak serumah oleh Nabi SAW setelah dinikahi pada umur 6 tahun, itu tidak ada larangan. Sedangkan gadis-gadis Arab pun umur 9 tahun sudah mungkin sekali haid, berarti dewasa. Jadi tuduhan itu hanyalah kebencian yang membabi buta, dan penghinaan yang tiada taranya. Astaghfirullaahal 'adhiem...
Tuduhan-tuduhan lainnya seperti tertera di atas nilainya sama saja dengan yang telah disanggah ini; semuanya adalah kebohongan, kebencian, kelicikan, dan penghinaan yang sangat tidak pantas dikemukakan oleh orang yang beradab.
Dipotong tangannya, kakinya, dan dicongkel matanya
Tigkah jahat orang yang mengaku masuk Islam kemudian menjahati kebaikan Islam pun pernah terjadi di zaman Nabi SAW.
Di antara contohnya tercantum dalam Hadits Shohih Bukhari:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَدِمَ أُنَاسٌ مِنْ عُكْلٍ أَوْ عُرَيْنَةَ ، فَاجْتَوَوُا الْمَدِينَةَ ، فَأَمَرَهُمُ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - بِلِقَاحٍ ، وَأَنْ يَشْرَبُوا مِنْ أَبْوَالِهَا وَأَلْبَانِهَا ، فَانْطَلَقُوا ، فَلَمَّا صَحُّوا قَتَلُوا رَاعِىَ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَاسْتَاقُوا النَّعَمَ ، فَجَاءَ الْخَبَرُ فِى أَوَّلِ النَّهَارِ ، فَبَعَثَ فِى آثَارِهِمْ ، فَلَمَّا ارْتَفَعَ النَّهَارُ جِىءَ بِهِمْ ، فَأَمَرَ فَقَطَعَ أَيْدِيَهُمْ وَأَرْجُلَهُمْ ، وَسُمِرَتْ أَعْيُنُهُمْ ، وَأُلْقُوا فِى الْحَرَّةِ يَسْتَسْقُونَ فَلاَ يُسْقَوْنَ . قَالَ أَبُو قِلاَبَةَ فَهَؤُلاَءِ سَرَقُوا وَقَتَلُوا وَكَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ، وَحَارَبُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ .
"Dari Anas RA bahwa orang-orang dari suku 'Urainah tidak betah tinggal di Madinah, maka Rasulullah SAW memberi keringanan (rukhshoh) kepada mereka untuk mendatangi onta sedekah (zakat), lalu mereka minum susunya dan air kencingnya (untuk obat sakit panas, ini menunjukkan air kencing onta tidak najis), lalu mereka membunuh penggembala dan melarikan onta. Maka Rasulullah SAW mengutus (utusan untuk mengejar mereka), lalu (utusan Nabi) mendatangi mereka, lalu (utusan Nabi) memotong tangan dan kaki mereka, dan mereka dicongkel matanya, dan ditinggalkan di daerah bebatuan, mereka menggigit batu (dalam keadaan sangat sengsara, menderita berat)." (hadits shohih Riwayat Imam Al-Bukhari, nomor 1501 bab menggunakan onta zakat dan susunya untuk ibnu sabil, dan nomor 233 kitab thoharoh).
Membunuh penggembala dan melarikan onta adalah kejahatan fisik. Sedang menghina Islam, memutarbalikkan pengertian ayat-ayat dan Hadits atas nama Islam padahal demi Kristen adalah jauh lebih jahat ketimbang kejahatan fisik perampok dan pembunuh itu. Sedangkan perampok dan pembunuh itu tadi dibalas dengan pembunuhan pelan-pelan, yaitu tangan mereka dipotong, kaki mereka pun dipotong, sedang matanya pun dicongkel, lalu mereka ditinggalkan di padang bebatuan yang kemungkinan panas terik membakar otak hingga bisa terkena hitstruk, yaitu struk karena sengatan mata hari, dalam keadaan tiada air dan makanan lagi. Lantas, hukuman apa yang pantas bagi perampok-perampok agama yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani, palangis dengan cara memutarbalikkan ajaran Islam dan menghina nabi SAW itu?
Ramai-ramai menghancurkan Islam
Kristenisasi, Orientalisme, dan Penjajahan telah menjadi satu adonan tiga serangkai yang tidak terpisahkan. Masing-masing mempunyai tugas untuk menghancurkan Islam.
Kristenisasi bertugas merusak aqidah; Orientalisme memporak- porandakan pemikiran Islam; dan Penjajahan melumpuhkan ummat Islam.
Allah SWT memperingatkan dalam Al-Quran,
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ [التوبة/32]
yang artinya: "Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai." (QS. At-Taubah [9] : 32)
Tujuan utama missionaris zending adalah menyeret orang-orang Islam ke Kristen. Jika hal itu sulit dilakukan, maka akan dtempuh dengan upaya bagaimana cara mengaburkan pengertian Islam bagi muslimin.
Segi politik, missionaris bertindak sebagai antek-antek dan mata-mata penjajah Eropa demi merusak kesatuan Islam. Tujuan itu diperjelas oleh Pendeta Simon bahwa missionaris adalah faktor penting sebagai penghancur kekuatan persatuan Ummat Islam.
Negara yang pertama kali mengembangkan kristenisasi adalah Belanda, yang pernah menjajah Indonesia dan memecah Jawa menjadi kawasan-kawasan yang dibangun untuk gereja dan sekolahan. Kemudian langkah tersebut diikuti oleh negara Eropa lainnya.
Musuh-musuh Islam sangat memperhitungkan kekuatan Islam, melihat pengikut yang demikian cepat bertambah banyak, maka musuh-musuh Islam sangat khawatir. Musuh Islam sangat khawatir kalau ummat Islam menjadi satu di bawah satu kesatuan bendera untuk menuju cita-cita Islam, akan menjadi momok bagi dunia. Hingga sejak menjelang Perang Dunia Kedua, musuh-musuh Islam telah mengkhawatirkan makin bertambahnya penduduk di negera-negara Islam terutama Mesir. Apabila selama 50 tahun tidak dicegah pertumbuhan penduduknya, maka dunia akan dikuasai oleh orang Islam, tulis Paul Schmitz, orang Jerman, dalam bukunya Islam Kekuatan Internasional Esok, 1937. Padahal saat itu ummat Islam sedunia masih di bawah penjajahan, negera-negara Islam belum merdeka. Namun peringatan agar pertambahan penduduk Muslim dicegah sekuat tenaga karena menjadi ancaman bagi mereka (musuh Islam) itu sudah digemakan. Dan kemudian, ketika negara-negara Islam merdeka, musuh-musuh Islam itu mampu menekan dan mempengaruhi negara-negara Islam untuk menekan pendudunya bahkan memaksa agar melaksanakan keluarga berencana (KB), yang pada hakekatnya adalah pembatasan keluarga, yang hal itu jelas haram menurut Islam. Misi kristenisasi dan penjajahan bertemu di situ, demi melemahkan Islam, memperkecil jumlah ummat Islam. Sehingga walaupun orang- orang Nasrani berteriak lantang bahwa pihak mereka melarang umatnya mengikuti KB (keluarga berencana) pun tak diapa-apakan, bahkan terhadap keturunan Cina, kalau di Indonesia tidak disentuh aturan KB. Karena sasaran utamanya hanyalah mencegah pertumbuhan penduduk Muslim, bukan lainnya.
Missionaris, orientalis, dan imperialis bergerak bersama-sama dalam menghancurkan ummat Islam dan memurtadkannya, dengan dalih misi suci, padahal sebenarnya palsu. Yaitu mereka berdalih dengan Injil Matius fasal 28 ayat 18, yang isinya menyuruh pergi ke seluruh bumi untuk menyebarkan ajaran Yesus. Padahal, ayat itu hanya dari Maria Magdalena, yang dia sendiri dalam Injil Matius fasal 8 ayat 2 dijelaskan bahwa Maria Magdalena itu adalah perempuan yang sakit, kemasukan tujuh setan.
Ayat yang sumbernya hanya Maria Magdalena itu sendiri bertentangan dengan ayat lain yang justru dikatakan oleh Isa (Yesus) sendiri di hadapan 12 pengikut setianya bahwa kalian jangan masuk ke negeri kafir mana-mana kecuali negeri Bani Israel. Jadi jelas, diutusnya Isa itu hanya untuk kaum Bani Israel.
Itu tercantum pula dalam al-Quran
وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ (48) وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ [آل عمران/48، 49]
yang artinya: Dan Allah akan mengajarkan kepadanya (Isa AS) Al-Kitab, Hik mah, Taurat, dan Injil. Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka): "Sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) dari Tuhanmu..." (QS. Ali Imran [3] : 48-49)
Meskipun sudah jelas —dari Injil dan Al-Quran— bahwa Isa itu diutus hanya untuk kaum Bani Israel, namun orang Nasrani yang diwakili oleh para missionaris plus orientalis dan imperialis tetap ngotot mengadakan kristenisasi ke negara-negara Islam jajahan. Lantas antek-antek penjajah yang di Indonesia sering disebut Londo Ireng (Belanda hitam) pun ikut-ikutan ngotot melancarkan kristenisasi. Jadi mereka itu lebih mempercayai Maria Magdalena, perempuan yang dalam Injil Matius fasal 8 ayat 2 dise but sakit dan kemasukan tujuh setan itu daripada mempercayai ucapan Yesus sendiri di depan 12 pengikut setianya (kalau dalam istilah Al-Quran disebut hawaariyyuun alias pengikut setia Nabi Isa AS, seperti halnya pengikut setia yang menyertai Nabi Muham mad SAW disebut sahabat Nabi SAW).
Menolak tandatangani pernyataan bersama
Keteguhan mengikuti ucapan Maria Magdalena wanita kemasukan tujuh setan itupun mereka bawa-bawa, sehingga mereka menolak menandatangani rumusan pernyataan bersama dalam Musyawarah Antar Agama, Kamis 30 November 1967. Pihak Kristen/ Katolik tidak menyetujui klausul yang antara lain ".....tidak menjadikan ummat telah beragama sebagai sasaran penyebaran agama masing-masing". Padahal tokoh-tokoh agama Islam, Hindu Bali, dan Budha menyetujui hal itu. Namun pihak Kriten dan Katolik tetap ngotot tak menyetujui, dengan alasan Injil Matius fasal 28 ayat 18 yang hanya perkataan Maria Magdalena yang dijelasakan dalam Matius fs 8 ayat 2 bahwa ia adalah perempuan sakit kemasukan 7 setan itu.
Memperkosa dan memurtadkan
Tidak mengherankan apabila kemudian kristenisasi itu dilakukan dengan cara memperkosa wanita seperti yang terjadi di Padang. Khairiyah Enniswati alias Wawah (17) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2, Gunung Pangilun Padang adalah korban perkosaan dan pemurtadan. Ia termasuk 500 orang Minang (Sumatera Barat) yang dimurtadkan dari Islam ke Kristen, menurut koran Republika. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa, dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen.
Peristiwanya berawal dari Maret 1998. Suatu hari, Wawah berke nalan dengan Lia, seorang gadis berjilbab. Keakraban pun terjadi karena sama-sama berjilbab. Namun ternyata Lia penganut Kristen Priotestan. Kepada Wawah, ia bercerita betapa indahnya berkelana dalam dunia Protestan. Tak hanya itu, ia juga berkisah tentang dunia seks.
Pada kesempatan lain, Lia mengajak Wawah berkeliling kota dan singgah di Gereja Protestan di Jl Bagindo Aziz Chan, Padang. Di sini, keduanya berbaur dengan puluhan jemaah pimpinan Pendeta Willy.
Singkat cerita, Wawah dipaksa masuk Kristen, kendati gadis ini menangis dan meronta. Selanjutnya Wawah diserahkan kepada Salmon, seorang Jemaat Gereja yang bekerja di PDAM Padang. Di rumah keluarga Salmon itulah, Wawah juga diperkosa saat Lisa Zuriana, istri Salmon keluar rumah. Lisa Zuriana sendiri adalah warga Tangah Sawah, Bukit Tinggi, asli Minangkabau yang kini memeluk Kristen setelah kawin dengan Salmon. Ia juga bendahara Persatuan Kristen Protestan Sumatera Barat (PKPSB). (Dialog Jum'at, Republika, 6 Agusus 1999).
Pentingnya jihad
Di sinilah pentingnya seruan jihad dalam Islam yang nilainya sangat tinggi itu. Karena, secara internasional maupun nasional, tidak lain sasaran penghinaan dan pemurtadan adalah ummat Islam.
Padahal, mereka itu secara teori (landasan kristenisasi itu) adalah perkataan wanita kesetanan (kemasukan 7 setan) (lihat Matius fasal 28 ayat 18 dan fasal 8 ayat 2). Dan secara praktek, jelas kriminal, bahkan sampai memperkosa wanita.
Di zaman Nabi SAW, ada orang yang baru menawar untuk dibolehkan meniduri perempuan tempat ia menginap saja, karena mengatas namakan adanya kebolehan (berzina) dari Nabi SAW maka kemudian Nabi SAW menyuruh membunuhnya. Dan ketika ia (penipu dan penghina Islam itu) kedapatan telah mati karena digigit ular, lalu lelaki yang menawar berzina (tidak sampai memperkosa) itu kemudian dibakar oleh sahabat utusan Nabi SAW. Lantas, kalau sudah memperkosa masih pula memurtadkan, apakah hukumannya? Dan kaum Salibis, para penyusun buku dan slebaran yang mengatas namakan Islam padahal membohongkan Islam dan bahkan demi pemurtadan agar masuk Kristen, itu hukuman apa yang layak bagi mereka? Mari dibahas dan diaplikasikan, kalau memang kita benar-benar sebagai pengawal agama Islam yang diridhoi Allah SWT ini. (Lihat buku-buku: H Insan LS Mokoginta, Pendeta Menghujat Muallaf Meralat, 1999. Ahmed Deedat, The Choice, 1999. Buku-buku KH Abdullah Wasi'an, buku-buku M Natsir di antaranya Islam dan Kristen di Indonesia).
*Hartono Ahmad Jaiz penulis buku Lingkar Pembodohan dan Penyesatan terhadap Ummat Islam insya Allah beredar di IBF (Islamic Book Fair) di Istora Senayan Jakarta, 4-13 Maret 2011.

Read More..