Wednesday, July 24, 2013

Wanita Akhir Zaman Bila Menemui Seorang Pria, “Nikahilah Aku, Nikahilah Aku !”

Kondisi mendekati hari kiamat kelak, karena banyaknya fitnah, peperangan, pembunuhan dan timbangan berkurang. Maksud dari timbangan berkurang adalah perbandingan antara wanita dan pria tidak seimbang.

Jika banyak cobaan dan peperangan yang dilakukan manusia, timbangan itu tentunya berkurang. Banyak laki laki terbunuh sehingga yang tersisa banyak wanita karena laki laki memang ditugaskan untuk berperang. Dengan demikian yang terbunuh kebanyakan adalah kaum laki laki, bukan wanita.Para wanita tidak ikut serta dalam banyak peperangan sehingga para wanita itu mendatangi laki laki yang masih tersisa. Tidak ada seorangpun saat itu yang dapat mencegahnya dengan agama dan budi pekerti. Dikatakan bahwa pada saat itu, satu laki laki berbanding empat puluh hingga lima puluh wanita. Setiap kali para wanita itu menjumpai laki laki , mereka akan mengatakan, “Nikahilah aku, nikahilah aku !”


صحيح البخاري ١٣٢٥: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَطُوفُ الرَّجُلُ فِيهِ بِالصَّدَقَةِ مِنْ الذَّهَبِ ثُمَّ لَا يَجِدُ أَحَدًا يَأْخُذُهَا مِنْهُ وَيُرَى الرَّجُلُ الْوَاحِدُ يَتْبَعُهُ أَرْبَعُونَ امْرَأَةً يَلُذْنَ بِهِ مِنْ قِلَّةِ الرِّجَالِ وَكَثْرَةِ النِّسَاءِ

Shahih Bukhari : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al ‘Alaa’ telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu Musa radliallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Pasti akan datang pada manusia suatu zaman yang ketika seseorang berkeliling membawa shadaqah emas, lalu ia tidak mendapati seseorang yang mau menerimanya lagi. Lalu akan terlihat satu orang laki-laki akan diikuti oleh empat puluh orang wanita, yang mereka mencari kepuasan dengannya karena sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya wanita.”
atau dalam hadits lainnya, dari Anas Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,” Di antara tanda tanda kiamat adalah berkurangnya ilmu, munculnya kebodohan, tersebarnya perzinahan, banyak wanita, dan sedikitnya laki laki sehingga lima puluh wanita mempunyai satu laki laki” (HR Bukhari)

Pengetahuan tetap ada pada Allah SWT – Mungkin kondisi ini tidak akan terjadi dalam satu waktu atau satu zaman, tetapi bersambung hingga mendekati tanda tanda besar menjelang kiamat . Tanda tandanya adalah banyak perzinaan, yang juga merupakan tanda tanda kiamat. Sedangkan, perzinaan itu tidak akan terjadi kecuali jumlah wanita lebih banyak dibanding lelaki. Akhirnya , setiap laki laki memiliki empat puluh – lima puluh wanita sebagaimana disebutkan dalam hadis tersebut.
Sumber : Asyrath As Sa’ah Al Alamat Ash Shugra wa Al Wustha, Mahir Ash Shufiy


Read More..

Kiai Hasyim Mengharamkan Ibadah Haji

Ketika terjadi agresi Belanda sekitar tahun1946-1947 umat Islam risau karena perjalanan haji terhenti, yang diakibatkan oleh perang, sehingga tidak menjamin keamanan para jamaah. Melihat situasi itu Gubernur Van der Plaas segera mengambil tindakan untuk menolong umat Islam. Belanda mengumumkan bagi yang hendak melaksanakan ibadah haji disediakan fasilitas selengkapnya dan dijamin keamanannya.


Tentu saja tawaran itu menggoda umat Islam yang kebetulan selama beberapa tahun dalam gelora revolusi itu perjalanan ibadah haji terganggu, saat ini Belanda menjamin fasilitas untuk mereka, maka banyak yang mendaftar untuk menunaikan ibadah haji.

Di tengah kegairahan umat Islam untuk berhaji itu tiba-tiba Rois Akbar NU, Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa bahwa melakukan ibadah haji saat ini hukumnya haram. Ibadah haji memang sebuah kewajiban bila syarat rukunnya terlengkapi. Sementara saat ini Indonesia dalam keadaan perang, kapal sebagai sarana transportasi haji belum dimiliki oleh bangsa Indonesia. Karena itu bila pergi haji naik kapal milik orang kafir (Belanda) maka hukumnya haram dan hajinya tidak sah.

Fatwa itu membuat umat Islam tertegun, tetapi bagaimanapun dengan hujjah-nya yang kuat dan sesuai nalar, maka seberat apapun fatwa itu mesti ditaati, sehingga banyak yang membatalkan perjalanan hajinya. Tentu saja hal itu dan membuaat Belanda geram, bukan karena usaha pelayarannya tidak laku, tetapi lebih penting lagi usahanya untuk mempengaruhi hati umat Islam agar tidak memihak pada republik pimpinan Soekarno-Hatta dengan memberikan simpati pada Belanda.

Di situlah kepekaan seorang ulama pewaris nabi, bagaimana ia tahu bahwa tujuan Van der Plaas membantu umat Islam dalam menjalankan rukun Islam itu bukan untuk menolong, tetapi sebuah tipu muslihat untuk mengalihkan kesetiaan pada bangsa sendiri. Haji politis semacam itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Kiai Hasyim Asy’ari. Sebagai seorang imam yang berpengaruh, maka fatwanya yang kontroversial itu tetap diikuti. []

(Mun’im DZ)


Read More..

Wasiat Nabi : Jangan Marah

(Syarh Hadits Ke-16 Arbain anNawawiyyah)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau marah”. Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau marah”.(HR. al-Bukhari)

PENJELASAN HADITS

Seorang laki-laki datang kepada Nabi dan meminta diberi wasiat. Nabi mewasiatkan kepadanya untuk jangan marah. Hal itu diulangi beberapa kali, menunjukkan pentingnya wasiat tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa menahan amarah memiliki kedudukan, manfaat, dan keutamaan yang tinggi. Sebagian ulama’ menyatakan bahwa wasiat Nabi disesuaikan dengan keadaan orang yang meminta wasiat. Orang yang meminta wasiat tersebut adalah seorang pemarah, maka Nabi memberikan wasiat kepadanya agar jangan marah.

“Janganlah engkau marah”, kata sebagian para Ulama’ mengandung 2 makna:

1. Latihlah dirimu untuk senantiasa bersikap sabar dan pemaaf, jangan jadi orang yang mudah marah.
2. Jika timbul perasaan marah dalam dirimu, kendalikan diri, tahan ucapan dan perbuatan agar jangan sampai terjadi hal-hal yang engkau sesali nantinya. Tahan diri agar jangan sampai berkata atau berbuat hal-hal yang tidak diridhai Allah. (disarikan dari penjelasan Syaikh Abdurrahman as-Sa’di)

MARAH SUMBER KEBURUKAN

Dalam hadits riwayat Ahmad, laki-laki yang meminta wasiat kepada Nabi itu berkata: “(kemudian aku memikirkan wasiat Nabi tersebut), ternyata kemarahan adalah mencakup keburukan seluruhnya”.

Jika seseorang marah dan tidak berusaha untuk mengendalikannya, ia akan berbicara atau berbuat di luar kesadaran sehingga nanti akan ia sesali. Betapa banyak kalimat talak diucapkan suami karena marah, dan setelah kemarahannya mereda ia sangat menyesal. Ada juga orangtua yang sangat marah kepada anaknya sehingga memukul dan menganiayanya, akibatnya anaknya menjadi cacat. Betapa banyak kemarahan menyebabkan hubungan persaudaraan menjadi putus, harta benda dirusak dan dihancurkan. Semua itu menunjukkan bahwa kemarahan yang tidak dikendalikan akan menyebabkan keburukan-keburukan.

KEUTAMAAN MENAHAN AMARAH

Menahan amarah adalah sebab memperoleh ampunan Allah dan surga-Nya:

Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang lebarnya (seluas) langit dan bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa, yaitu orang yang menginfakkan (hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang-orang yang menahan amarah, dan bersikap pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (Q.S Ali Imran:133-134)

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Janganlah engkau marah, niscaya engkau mendapat surga (H.R at-Thobarony dan dishahihkan oleh al-Mundziri)

Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
Barangsiapa yang menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, Allah akan panggil ia di hadapan para makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)

Sahabat Nabi Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhu berkata: Tidak ada luapan yang lebih besar pahalanya di sisi Allah selain daripada luapan kemarahan yang ditahan oleh seseorang hamba demi menggapai wajah Allah (riwayat al-Bukhari dalam Adabul Mufrad)

APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA MARAH

Jika seseorang mulai tersulut emosinya untuk marah, hal yang harus dilakukan untuk menahan atau meredakan
kemarahan adalah:

1. Diam, tidak berkata apa-apa Jika engkau marah, diamlah (H.R al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan Syaikh al-Albany).
2. Mengingat-ingat keutamaan yang sangat besar karena menahan amarah.
3. Mengucapkan ta’awwudz: A’udzu billaahi minasysyaithoonir rojiim.

Nabi pernah melihat dua orang bertikai dan saling mencela, sehingga timbul kemarahan dari salah satunya. Kemudian Nabi menyatakan: Aku sungguh tahu suatu kalimat yang bisa menghilangkan (perasaan marahnya):A’udzu billaahi minasysyaithoonir rojiim (H.R al-Bukhari dan Muslim)

4. Merubah posisi : dari berdiri menjadi duduk, dari duduk menjadi berbaring.

Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri hendaknya ia duduk. Jika dengan itu kemarahan menjadi hilang (itulah yang diharapkan). Jika masih belum hilang, hendaknya berbaring (H.R Abu Dawud)

Faidah : hadits yang menyatakan bahwa jika seseorang marah hendaknya berwudhu’ dilemahkan oleh sebagian Ulama’ di antaranya Syaikh al-Albany dalam Silsilah al-Ahaadits ad-Dhaifah no 582.

MARAH DALAM HAL SYARIAT ALLAH DILANGGAR

Bukanlah artinya seseorang tidak boleh marah sama sekali. Marah ketika ada penyelisihan terhadap syariat Allah adalah suatu hal yang diharapkan.

Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas perlakuan buruk terhadap diri pribadi beliau, namun jika ada penyelisihan terhadap syariat Allah, beliau bersikap marah dan bertindak dengan tegas. Kemarahan beliau adalah karena Allah.

Ummul Mu’minin ‘Aisyah –radliyallaahu ‘anha- menyampaikan kepada kita:

“ Tidaklah Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam diberi pilihan di antara 2 hal kecuali beliau ambil yang paling mudah di antara keduanya selama tidak ada (unsur) dosa. Jika ada(unsur) dosa, beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Tidaklah Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wasallam membalas (ketika disakiti) untuk dirinya sendiri, namun jika hal-hal yang diharamkan Allah dilanggar, beliau membalas untuk Allah ‘Azza wa Jalla “(H.R AlBukhari-Muslim)

Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah marah ketika melihat ada gambar makhluk bernyawa di rumahnya, kemudian beliau bersabda:

Sesungguhnya para Malaikat (penyebar rahmat) tidaklah masuk ke rumah yang di dalamnya ada gambar (makhluk bernyawa), dan barangsiapa yang menggambar (makhluk bernyawa) akan diadzab pada hari kiamat dan dikatakan kepadanya: Hidupkan makhluk yang kalian ciptakan (H.R al-Bukhari no 2985).


Read More..

SESATNYA SYI'AH

10 poin yang diutarakan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang ciri-ciri kesesatan Syiah, (MUI Jawa Timur sudah mengeluarkan fatwa bahwa Syiah Sesat).

Pertama, mengingkari salah satu rukun Iman dan rukun Islam. Dalam buku “40 Masalah Syiah”, sebuah buku yang ditulis oleh Renita AZ, istri Jalaludin Rahmat, menyatakan dengan jelas bahwa rukun iman org syiah itu berbeda dengan ahlu sunnah, rukun Iman orang syiah adalah tauhid, al-adl, al-ma’ad, imamah, dan nubuwwah. Begitu juga dengan rukun Islamnya. Dalam bukunya, Renita juga mengatakan rukun Islam orang syiah itu jumlahnya ada 13. Jika dirujuk langsung ke buku ulama syiah seperti dalam kitab Biharul Anwar jilid 11 pada halaman ke 542 karangan ulama syiah yaitu Al-Majlisi. Disitu disebutkan ada sebuah hadits yang bersumber dari Abu Said Al-Khudzri :”Manusia diperintahkan untuk melakukan 5 hal, tetapi justru manusia melakukan 4 hal, Mereka bertanya: Apa itu ya Abu Said? Shalat, zakat, haji dan puasa. Mereka bertanya lagi, “Satu hal yang ditinggalkan itu apa?” Yaitu hendaknya mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin. Maka, jika manusia meninggalkan hal ini, mereka telah kafir.” Konsep ini yang disebut oleh kelompok syiah dengan al-wilayah yaitu mencintai Ali bin Abi Thalib, membenci orang-orang yg dibenci Ali, mencintai orang-orang yang dicintai oleh para imam, dan mencintai apa yang dicintai dan membenci apa yang dibenci oleh kalangan syiah.
Maka, bagi kelompok syiah siapapun yang tidak mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin sesudah Rasulullah Saw. divonis kafir. Ustadz Anung menambahkan, “Jadi wajar kalo di Suriah, meskipun ada perbedaan antara syiah nusairiyah dengan syiah imamiyah/itsna asariyah tetapi pada prinsipnya sama, yaitu menjadikan orang-orang yang diluar syiah itu kafir,” ujar pakar bidang aqidah dan aliran sesat ini.

Kedua, meyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan dalil Al-Quran dan Sunnah. Kelompok syiah meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengumpulkan Al-Quran kecuali para imam. Dalam kitab Ushulul Kaafi disebutkan, “Laa yajma’ul quraan illa imaam”. Tidak ada yang mampu mengumpulkan kecuali imam-imam syiah. Mereka juga mengatakan para imam itu mengetahui sesuatu yang ghaib. Aqidah mereka mengatakan kalau imam itu mengetahui sesuatu yang ghaib, jika dia tidak tahu dia bukan imam. Aqidah ini tidak bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah, sehingga mereka temasuk dalam ciri kelompok sesat. Termasuk keyakinan kelompok syiah nusyairiyah yang mengatakan bahwa seluruh sahabat itu kafir dan Umar Bin Khattab ra. dikatakan sebagai “Ablasul Abaalis”, yaitu gembongnya iblis. Orang-orang Nusyairiyah itu berkeyakinan tidak ada haji, tidak ada shalat, tidak ada puasa, mereka menghalalkan khamr, menghalalkan zina, mereka mengharamkan ziyarah ke maqam Nabi Saw. hanya karena di kompleks makam Nabi Saw. ada makam Abubakar dan Umar radiyallahu ‘anhumaa.

Ketiga, meyakini turunnya wahyu setelah Al-Quran, mereka kelompok syiah mengatakan bahwa Al-Quran itu “Laa yazaalu yanzilu fii lailatul qadar”, Al-Quran (masih) senantiasa turun pada malam lailatul qadar. Sedangkan Ahlu sunnah wal jama’ah mengatakan Al-Quran itu sudah sempurna sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah Swt. Dalam QS Al-Maidah ayat 5. “Alquran sudah sempurna, Islam sudah sempurna,” jelas Ustadz Anung. Beliau melanjutkan dalam kitab ‘Bihaarul Anwar’ disebutkan bahwa Quran syiah itu adalah ‘mushaf fatimah’ yang jumlahnya 17.000 ayat dalam kitab itu dinyatakan, “jumlahnya 3 kali lipat dari mushaf kalian. Bahasanya tidak serupa dengan mushaf kalian.”

Yang keempat, mengingkari otentisitas dan kebenaran Al-Quran. Kalangan syiah meyakini Al-Quran sudah tidak otentik, mereka menghujat pengumpulan yang dilakukan oleh khalifah Utsman bin Affan ra. dan mengkritk bahwa Al-Quran yang ada pada saat ini sudah tidak asli. Ustadz Anung melanjutkan hal itu diakui oleh kelompok syiah seperti yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh Omar Hashem yang berjudul ‘Syiah Dihujat, Syiah Dicari’.

Yang kelima, menafsirkan Al-Quran tidak berdasar kaidah-kaidah tafsir, dalam jilid ke 13 kitab “Bihaarul Anwar” yang dikarang oleh Al-Majlisi, ketika menafsirkan ayat,
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat jahil.” (QS. Al-Ahzab: 72)

Lafadz .. yang berarti manusia, disitu ditafsirkan oleh orang syiah yaitu, Abu Bakar.
Lafadz “Ihdina shiratal mustaqim” ditafsirkan shiratal mustaqiim (jalan yang lurus) itu adalah Ali bin Abi Thalib, sehingga yang tidak mengikuti Ali bin abi thalib adalah golongan yang sesat dan bengkok.
Lafadz “Wa yaquulul kafiru yaa laiytani kuntu turooba” diganti oleh orang syiah menjadi “kuntu turoobiya”, hal ini mengacu kepada syiah adalah golongan Abu Turob. Abu turob ini adalah salah satu panggilan Nabi Saw. kepada Ali bin Abi Thalib karena pada suatu ketika Ali ra. pernah tidur di tanah kemudian Nabi saw membangunkannya dengan sebutan “Qum ya Aba Turob.” (Bangunlah wahai Abu Turob).

Keenam, mengingkari kedudukan hadits sebagai sumber ajaran islam, syiah menolak riwayat yang datang dari Aisyah dan Abu hurairah. Mereka menuduh Ummul mukminin Aisyah ra. sebagai pendusta dan hasad. Bahkan, Ustadz Anung menegaskan dalam buku ‘Antologi Islam’ yang ditulis oleh kalangan syiah, dikatakan bahwa Aisyah turut membunuh khalifah Utsman bin Affan. Dalam buku yang ditulis oleh Hasan bin Farhan Al-maliky yang di Indonesia diterjemahkan dengan judul “Pilih Islam Atau Mazhab?” buku itu menyatakan bahwa Muawiyah ra. bukan tergolong sahabat nabi. Ustadz Anung mengingatkan, “Jangan terjebak dengan kata malikinya padahal dia syiah,” ujar ustadz lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir ini.“la adalah tokoh pencaci para sahabat seperti Abubakar, Umar dan Utsman, dan tokoh ini sering dijadikan rujukan oleh para tokoh syiah termasuk Husein Alatas,” tegas beliau.

Ketujuh, melecehkan dan mendustakan Nabi saw. Dalam hal ini kelompok syiah gemar sekali menyerang, menghina dan melecehkan istri Nabi Saw padahal menghina Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakr ra. sama dengan menghina Nabi Saw, Aisyah dikatakan sebagai pendosa, pezina, dsb. Ketika mereka menghina istri nabi, sahabat nabi secara tidak langsung berarti menghina Nabi Saw.

Kedelapan, mengingkari Nabi Muhammad saw sebagai nabi dan rasul terakhir. Sulaiman Nasir Al-Ulwan mengutip pernyataan salah seorang tokoh syiah rafidhah yaitu, Ni’matullah Aljazairi yang mengatakan, ”Barang siapa yang punya tuhan dan tuhannya mengakui Abu bakar sebagai khalifah sesudah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Maka, tuhannya bukan tuhan kita. Dan barangsiapa yang memiliki nabi tetapi nabinya mengakui bahwa Abu bakar adalah khalifah sesudah Nabi Muhammad Saw. wafat, maka nabinya itu bukan nabi kita. “Konsep ketuhanan dan kenabian syiah beda dengan ahlu sunnah,” lanjut ustadz Anung.

Kesembilan, mengurangi dan atau menambah pokok-pokok ibadah yang tidak ditetapkan oleh syariat. Hal ini jelas dilakukan oleh kelompok syiah secara terang-benderang. Syiah nusairiyah di Suriah tidak shalat, zakatnya lain, hajinya beda, mereka halalkan zina, riba, dst. Syiah Imamiyah (rafidhah) meyakini adanya nikah mut’ah. Ustadz Anung menceritakan ketika diadakan debat di Radio Dakta Bekasi dengan kelompok Ikatan jamaah Ahlul bait Indonesia (IJABI) secara terus terang mereka mengakui bahwa nikah mutah itu halal.

Dan yang terakhir yang kesepuluh, ciri-ciri dari aliran sesat menurut Majelis Ulama Indonesia adalah mengkafirkan sesama muslim hanya karena bukan kelompoknya. Dan ini telah dilakukan oleh orang syiah dengan doktrin nashibi-nya sebagaimana penjelasan diatas.


Read More..