Friday, July 8, 2011

Bosen Berbuat Baik


Banyak dalam pergaulan sehari-hari kita temukan berbagai macam watak orang, berbagai macam sifat, ada yang baik ada yang buruk, ada yang tenang ada yang suka resah, ada yang mudah senyum tapi tak sedikit yang mudah marah, ada yang mudah bergaul dan tabah menghadapi berbagai macam hinaan atau caci maki orang lain, ada juga yang tak kuat menghadapinya.

Ada yang senyum walau disakiti, tapi banyak juga yang membalas di tempat yang sama hingga terjadi keributan. Namun ada juga yang diam di depan orang yang menyakitinya, tapi di belakangnya persis “kompor kebakaran”, bicara ke sana ke mari, hingga orang yang jahat malah terbebas, karena dosanya sudah diambil pada penyebar keburukannya.

“Aduh jengkel sama itu orang!”

“Wah kalau boleh menghajar, tak hajar kepalanya biar kapok!”

“Habis kesel sih, sudah minta maaf, kok tak dimaafin!”

“Brengsek memang tuh orang, mentang-mentang dia menjadi atasan semaunya aja marahin orang”

“Wah kalau bisa balas, tak bales nanti sekuat-kuatnya!”

“Kok orang begitu hidup ya?”

“Kurang ajar, awas nanti tak hajar beneran!”

“Bener-benar sakit, masa cuma kesalahan kecil aja, dimaki habis-habisan!”

“Semoga ditabrak mobil tuh orang!”

Wah… wah banyak sekali kalau mau ditulis sumpah serapah semacam itu, sumpah orang-orang yang teraniaya, karena tak dapat membalas orang yang telah menyakiti hatinya dan membuat nelangsa keluarga dan orang-orang disekitarnya.

Sepertinya apapun yang dilakukan orang lain itu salah semua, dikerjakan yang ini salah, dikerjakan yang itu salah, tak dikerjakan salah, diam dan menjadi penoton salah, loh yang benar yang mana?

Lingkungan menjadi tak ada aman dan tidak nyaman, suasana menjadi tegang! Bila ketemu bukan malah senyum, malah marah-marah. Ya mending menghindar saja kalau gitu, cari aman, cari selamat dan mengumpat sekuat-kuatnya di padang pasir yang tandus, agar tak terdengar orang lain. Karena bila terdengar, umpatannya akan sampai ke orang itu dan suasana akan semakin berdarah-darah.

Aha… padahal hidup di dunia hanya sekali, ujung-ujungnya kuburan juga. Repot memang kalau segala sesuatu dihadapi dengan rasa marah, rasa tak suka, rasa merasa paling benar, paling hebat, paling berkuasa dan seterusnya.

Padahal sifat yang merasa lebih dari orang lain adalah salah satu ciri kesombongan dan itu yang bila sang junjungan nabi besar Muhammad SAW, jadi bukan main-main! Sombong adalah meremehkan orang lain.Lebih karena kecerdasan, kekayaan, keturunan, kegantengan atau kecantikan, pangkat, jabatan, kedudukan dan lain sebagainya.

Selain itu ciri yang kedua dari sifat sombong adalah tidak menerima kebenaran. Kebenaran dimonopoli oleh dirinya sendiri, tak menerima kebenaran orang lain! Padahal lagi-lagi apapun kebenaran yang disampaikan manusia relative adanya, alias tidak mutlak! Kebenaran mutlak hanya milik Allah SWT!

Makanya bila ada masalah di antaramu, bermusyawarahlah, setelah itu bertawaklah kepadaNya. Kebenaran bukan hanya milik orang-orang yang di atas angin! Tapi juga dapat miliki rakyat jelata yang tak pernah “makan” bangku kuliah dan tak punya ijazah selembarpun!

Dan jangan lupa kecerdasan menurut nabi bukan orang makan bangku kuliah begitu banyak dengan title akademi berderet di depan atau di belakang namanya, bukan, bukan itu. Orang yang cerdas adalah orang yang sering mengingat kematian! Iya, orang yang cerdas adalah orang yang sering ingat mati atau Dzikrul maut!

Mengapa? Anda bisa bayangkan kenapa para koruptor itu begitu beraninya mengambil uang rakyat dalam jumlah milyaran, triyunan, ibaratnya hasil korupsinya tak habis dimakan tujuh turunanya!

Mengapa mereka berani korupsi? Karena para koruptor itu tak ingat mati, tak ingat bahwa harta kekayaannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak di akhirat! Dan hasil korupsinya akan menambah bara api untuk membakar dirinya di alam akhirat nanti!

Lalu bagaimana menghadapi suasana dalam lingkungan yang tak nyaman dan tak aman? Suasana lingkungan yang seperti itu memang membuat stres bagi orang-orang yang merasa yakin bahwa dirinya mampu menghadapinya, tanpa mohon perlindungan dariNya. Obatnya atau solusinya sudah ada dalam Al Qur’an. Sholatlah dan bersabarlah!

“Enak aja bersabar?”

“Saya sudah sabar sejak lama, sampai kapan sabarnya?

“Masa disakitin terus menerus sabar?”

“Aduh capek untuk terus sabar!”

“Gimana mau sabar, satu masalah belum selesai timbul masalah lainnya”

Banyak lagi keluhan semacam itu untuk kata sabar, dan keluhannya bisa diperpanjang sepanjang-panjangnya, karena memang manusia bersipat keluh kesah dan sedikit sekali yang bersyukur. Buktinya? Anda bisa lihat dari kurang lebih 6 milyar manusia di di bumi ini, yang mengaku Islam kurang lebih 1,3 milyar dan diantara 1,3 milyar baru pengakuannya beriman, belum menjalankan keislaman yang baik.

Di antara yang yang sudah menjalankan paling-paling kurang dari 500 juta dan di antara yang 500 juta paling paling yang bersukur benar setengahnya dan di antara yang setengahnya bersukur tadi baru diimbangi dengan sholat, itupun masih “bolong-bolong”. Dan di antara yang “bolong-bolong” ada yang full sholatnya, full sabarnya, tapi masih belum Ikhlas, di antara yang ikhlas itu masih diperas lagi dengan sifat Ihsan dan dan seterusnya, sehingga semakin mengkurucut, semakin kecil dan semakin sedikit. Nah semoga kita ada di antara yang sedikit itu. Aamiin.

Jadi apapun kekurangannya, kita sebagai manusia harus tetap berbuat baik dan “jangan bosen berbuat baik” seperti yang dipesankan pimpinan Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur, Dr. KH. Syukri Zarkasyi, saat berkunjung ke Moskow Awal Juni 2011 yang lalu, tepatnya Rabu 8 Juni 2011, disampaikan saat pengajian bulanan pada HPII (Himpunan Pengajian Islam Indonesia) Moskow, Rusia.

“Aduh gimana nih, kan kita-kita masih muda!”

“Jangan lurus-lurus aja, bolehlah sekali-sekali ‘bengkok’ dikit”

“Apa lagi di Moskow, di musim panas, godaannya banyak nih”

“Aduh giman solusinya ya, kan jauah dengan orang sanak dan saudara”

“Iya, kitanya sudah baik-baik menjaga diri, tapi disekelilingnya ya ampun…!”

Keluhan semacam itu juga banyak, bahkan ada yang sudah begitu gemes pada orang-orang yang menyakitinya, tetapi karena disuruh sabar… ya ditahan sedemikian rupa agar tidak marah, tida pecah, tidak bubaran, tidak bermusuhan dan lain sebagainya. Susah memang menjadi orang baik, tapi seperti yang dipesankan Kiayi Zarkasyi di atas, “Jangan bosen berbuat baik” atau lihat di bawah ini:

“Berbuat baik kepada yang berbuat baik pada kita, itu mudah. Namun, mampukah kita tetap berbuat baik pada orang yang menghina kita, mencaci dan memaki kita?"

"Mampukah kita tetap tersenyum pada orang yang menyakiti kita? Ini tantangan yang perlu dihadapi, jangan mundur dan menyerah bersandar dan bertaqwalah kepada Allah".

Katakanlah : Aku berlindung kepada Allah, Allah temptku bertawaqal, berharap dan berserah diri".

Ayo tetap berbuat baik, ayo jangan bosen berbuat baik. Lihat nabi Kita sejak kecil sudah mendapat julukan “Al Amin” yang dipercaya, jujur. “Ah Beliaukan nabi?” Apa nabi bukan manusia, yang tidak merasakan sakit, sehat-sehat terus selamanya, apa nabi tak pernah disakiti manusia? Bahkan nabi yang begitu mulia, begitu baik, malahan sering kali mendapat hinaan, caci maki, fitnah dan bahkan menjadi sasaran pembunuhan bagi orang-orang kapir. Seandainya punya musuh, kita sih belum apa-apa, belum di apa-apakan oleh musuh-musuh kita.

Dan seandainya juga disakiti orang lain, mari kita hitung, sering mana antara disakiti dengan kebaikan orang itu? Jarang ada orang yang hampir setiap hari atau setiap saat disakiti orang terus menerus, mari berlaku adil, benarkah anda terus-terusan disakiti orang lain? Saya yakin tidak, jika adapun relatif kecil atau jarang. Dengan demikian tersenyumlah dan bahagialah, karena memang dunia ini indah, gimana bosen berbuat baik?

Kalau begitu solusi terakhir adalah ketika Anda dicaci atau dimarahi orang, jadilah penonton yang baik. Ya mari menonton orang marah, insya Allah Anda malah tersenyum melihat orang marah, karena orang yang sedang marah menjadi bahan totonan untuk Anda, asikan?

Read More..

Thursday, July 7, 2011

Dampak perceraian pada anak


“Kamu tahu tidak Gus? sudah 3 hari ini ibuku tidak pulang, aku sedih deh, aku sms dia juga tidak pernah dibalas, mengirimkan email juga percuma, ibuku jarang sekali buka email, semalam ibuku menelpon hanya sebentar dan sepertinya dia terburu-buru. Dia hanya menanyakan keadaan saya aja, ibu pergi bersama adikku yang masih kecil, namanya Raihan, dia itu anak bungsu. Ibu selalu mengajaknya pergi kemana saja, tetapi kenapa yah, aku sendiri tidak pernah di ajak sama ibu, apa karena aku sering melawan ibu sehngga seringkali ibu marah-marah kepadaku. Mungkin bagi ibu aku sungguh menyusahkan,” begitulah Anida curhat pada Susanty, kawannya yang dulu satu kelas di SMP, rumah mereka ini berdekatan dengan arah pulang yang sama.

“Memang ibu kamu kemana Nid?” tanya Susanti asal yang dengan serius mendengarkan dan sangat perhatian terhadap temannya ini. Mereka ini berdua sudah berkawan dan sudah saling akrab sejak di kelas 3 SD, dan kebetulan mengambil sekolah yang sama di SMP 123, di daerah bilangaan Jakarta barat.
“Itulah.. dodol kamu akh.. kalau aku tahu sih aku tidak akan curhat sama kamu lagi..” rungut Nida. Aduuhhh.. mana tidak enak lagi tinggal sama ayah, karena setiap harinya selalu ada perintah-perintah yang sangat banyak, harus sholat, harus belajar, harus tidur cepat, gosok gigi, padahal mana enak sih melakukan itu semua sendirian. Setelah memberi perintah ini itu, ayah langsung masuk kamar atau kalau tidak ia pergi dan pulangnya selalu malam, katanya sih ada urusan, tapi aku heran kenapa ayah tidak mencari ibu, maunya aku sih, aku ingin sekali diajak sama ayah untuk mencari ibu. Kalau aku pikir mungkin ibu pergi ke rumah nenek di Lembang. Huuuu.. aku kesal, Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, aku tidak mau ayah dan ibu bercerai” sendu Nida sembari duduk di bawah pohon dipinggir jalan.

“Asemka neng, ayo abang bonceng,” tukang ojek menghampirinya dan semakin membuat Nida kesal. ”ikhh tidak pengertian banget sih ni tukang ojek, orang lagi kesel.” pergi sana..” usir Nida kasar kepada tukang ojek yang hanya bisa cengengesan saja. “Sudah sana bang, kawan saya lagi ada masalah nih, nanti kalau perlu, abang dipanggil deh..” Susanti meredakan suasana. Kasihan tukang ojeknya sudah tua dan nampaknya perhatian pada mereka berdua.

“Yaa, abang cuma nawarin aja atuh neng, yaa jangan marah, memang si eneng kenapa nangis di jalanan, masuk aja ke warung sana,” tunjuknya ke sebuah warung dekat pohon dimana mereka duduk untuk menenangkan diri. “Orang tua saya mau bercerai..“ ucap Nida gusar. Bapak kalau bercerai sama istrinya nangis juga gak, kesel gak anaknya?” tanya Nida dengan nada marah pada tukang ojek yang hanya diam saja. “Astaghfirullah.. sing sabar yaa.. neng, kalo bapak ya neng, bapak punya istri yang gembrot dan cerewet, tetapi bapak tidak akan menceraikan istri bapak, karena dia kan yang menemani bapak dari dulu dari usia muda sampai usia tua begini, dan istri bapak tau kalau pekerjaan bapak hanya tukang ojek, dia itu yang mengurusi anak-anak bapak sampai mereka menjadi orang semua, anak-anak bapak juga sudah pada kawin semua. Yaa bilang atuh neng, sama bapaknya yang sabar jadi suami, nanti yang menjadi korban pasti anak-anaknya, ya seperti eneng ini..”demikian pesan si tukang ojek kebapakan.
Sambil menghela nafas prihatin..

“Ya, bapak si enak aja ngomong, susah tahu.. ayah saya susah dibilangin dan selalu merasa dirinya benar, sedangkan ibu tidak sayang sama saya, dia langsung saja meninggalkan saya sendirian di rumah, mana si mbok masak sayur bening tidak enak banget lagi.. huuuh.. ibuuuu.. ibu.. dimana buuu.. kenapa Nida tidak diajak sih buuu.. ibu pulang dong bu...”tangis Nida tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.
"Perbuatan halal yang teramat dibenci Allah, ialah talaq." (Riwayat Abu Daud)
"Tidak ada sesuatu yang Allah halalkan, tetapi Ia sangat membencinya, melainkan talaq." (Riwayat Abu Daud)


Kisah diatas adalah kisah nyata yang kutemui, ketika mobilku mogok dan aku menemukan dua orang anak gadis yang sedang duduk sambil minum teh botol di sebuah warung. Aku melihat yang satu berwajah sembab, dia menceritakan betapa pedih hatinya karena hari itu adalah saat ayah dan ibu untuk memutuskan bercerai, sungguh dia merasa hancur. Ungkapnya lagi, “Papa sama Mama tidak punya perasaan, kalau memang ingin bercerai jangan punya anak dong, mereka sih enak bisa menikah lagi dan punya pasangan baru, hatiku menjadi goncang, aku tidak punya siapa-siapa, Mamaku sedang akrabnya dengan pasangan yang baru, Papa juga sama saja, lagi akrab-akrabnya dengan istri yang baru, yang menjadi korban kan aku, belum tentu ayah tiri dan ibu tiriku mau menerima aku, biar gimana juga mereka kan orang lain dan aku tidak mau diperlakukan seperti itu sama papa dan mama. Papa dan mama sangat egois, mereka enak berdua tidak mau memikirkan anak, lebih memilih memikirkan diri sendiri.

Apa tidak ada cara lain selain bercerai, apa sih yang mereka cari dalam hidup ini, rumah punya, mobil punya, anak sudah 4, kok bisa mereka begitu tega dengan anak-anaknya, ”kita kan malu sama teman-teman, malu sama guru, sepertinya teman-teman di sekolah memandang dan menilai diriku hanya cukup di kasihani saja. Aku juga merasa iri melihat pasangan ayah dan ibu dari teman-teman yang lain, mereka sering kompak dan mesra, hatiku merasa hancur sewaktu melihat foto kami sekeluarga. Waktu kami masih kecil, papa tertawa sambil memeluk bahu mama dan memegang bahu abang, sementara Mama tersenyum sambil memeluk adik dan aku, lalu kakak menyandar di bahu mama. Akh mama.. papa.. kenapa kalian yang membangun rumah tangga ini, kenapa kalian juga yang menghancurkannya. Hari ini pengadilan memutuskan bahwa mereka resmi untuk bercerai dan vonis pun dijatuhkan, tapi bagi ku hari ini adalah hari yang sangat menghancurkan dan terpahit dalam hidupku. Asal papa dan mama tahu, bahwa aku benci sama mama dan papa, aku pun juga tidak tahu sampai kapan aku akan membenci mama dan papa.” ucapnya kesal.

Surat itu diberikannya kepadaku, dan anak gadis itu berkata, ”Tante, surat ini tadinya mau aku kasih ke mamaku, tetapi aku sudah malas ketemu dengannya, buat tante saja, kalau tante ada masalah dengan suami, tante jangan mudah untuk bercerai ya, kasihan tante dengan anak-anak tante, sekarang pikiran ku kacau dan aku tidak tahu mau kemana, aku mau pergi jauh tapi aku takut. Tante.. terima kasih ya sudah mau mendengarkan ceritaku, aku tidak berani bicara dengan guruku, aku takut nanti jadi berita atau gosip di sekolah,” ungkapnya sendu. ”Sepertinya tante punya sekolahan ya?” (setelah aku bicara panjang lebar dengan mereka, lalu aku bilang aku juga guru dan punya sekolah kecil di jakarta timur dan jakarta barat), lalu katanya ”bilang pada semua orang tua ya tante, anak-anak paling benci bila orang tuanya bercerai, dan jujur saja aku tidak mau kawin akh, aku takut akan bercerai seperti mama dan papa,” lanjutnya ketus.

Anak gadis itu terlihat lega, dibalik kerudungnya yang kusut dan seragamnya yang agak kusam, aku menangkap wajah lega karena sudah curhat panjang lebar dengan orang yang tidak dikenalnya. Anak itu pun berkata, ”Alhamdulillah aku bisa ketemu dengan seorang guru, kalau ketemu orang lain bagaimana?, langsung aja aku ngajak ngobrol dan bahkan minta no HP dan no telpon rumahnya.”
Memang bila orang tua membuat keputusan apapun, maka anak-anak akan menjadi korban dalam setiap keputusan itu. Namun semua keputusan, walaupun baik
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS: At Taghabuun: 14]


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS: At Tahrim: 6]
Dampak percerain bagi seorang anak:


1.Resah, galau dan khawatir, seperti kehilangan pegangan.
2.Menilai buruk pada lembaga atau institusi pernikahan
3.Kurang konsentrasi belajar
4.Malu dengan lingkungan
5.Tidak percaya diri
6.Cenderung skeptik dengan keadaan
7.Tidak seimbang dalam berperilaku
8.Membenci dan menyesali keputusan orang tua
Yang harus dilakukan orang tua bila anak menjadi korban perceraian:

1.Orang tua harus berusaha merangkul dan memberi penjelasan secara terus-menerus
2.Tetap menyayangi dan memberi perhatian lebih
3.Jangan mudah marah dan harus banyak bersabar menghadapi ulah si anak yang mungkin agak berlebihan dan ketus sebagai bentuk protes pada orang tuanya
4.Mendoakan dan juga berusaha bersikap lebih baik dengan banyak beribadah
5.Menunjukkan empati pada si anak
6.Sebaiknya tidak mempertemukan pasangan atau mantan suami/istri kepada si anak
7.Menjalin hubungan erat dengan guru-guru dan ustadz-ustadz di sekolah, sebagai pengganti peran ayah atau ibu, dikarenakan belum ada pengganti yang cocok dengan kepribadian si anak, maka untuk sementara dapat diperoleh dari guru/ ustadz/ ustadzah yang ada di sekolah.
Peran pihak sekolah :

1.Bersikap wajar dan biasa saja
2.Ekstra perhatian namun jangan terlalu ditunjukan agar anak tidak merasa beda, namun secara diam-diam tetap memperhatikan
3.Berdiskusi setiap hari dengan orang tua dan sampaikan apa yang terjadi, misal anak tidak mau buat tugas, memukul , cemberut, menangis, diam dan lain lain
4.Menjadi tempat curhat bagi anak dan jangan memberitahu kepada guru atau orang lain yang tidak berkepentingan, tidak menjadikan curhatan anak sebagai gosip, apalagi bila kebetulan orang tua si anak adalah tokoh masyarakat, publik figure atau artis
5.Mengajak anak untuk rajin ibadah
6.Tidak mengungkit atau membicarakan masalah perceraian kepada si anak karena bisa mengakibatkan kemarahan bagi si anak
7.Mengajak anak untuk melupakan kesedihannya dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang positif agar anak melupakan kesedihannya.
8.Mengajak anak untuk selalu berdo’a, alangkah baiknya bila guru mengetahui akan terjadi perceraian dari gejala si anak (sedih, menangis, over active, jarang masuk), maka alangkah mulianya bila seorang guru mengajak anak berdo’a dengan bersungguh-sungguh, shalat malam agar orang tuanya tidak jadi bercerai, atau rujuk kembali setelah talak satu dan sebagai anak jangan malas, oleh karena bila amal soleh anak diterima oleh Allah SWT, maka do’a akan dikabulkan.
9.Berbaik hati dengan menjadikan anak sebagai anak sendiri, bila ibunya yang pergi, maka guru wanita beperan sebagai pengganti ibunya, begitu pula bila ayahnya yang pergi, maka Ustad dan atau guru laki-laki berperan sebagai ayahnya, memberi nasihat, dukungan dan saran serta menumbuhkan kepercayan diri pada si anak dan arahkan untuk ibadah dan belajar sungguh sungguh dan tetap ceria walupun ada masalah, dan ingatkan selalu pada takdir Allah dan perlahan ajak anak untuk bangkit dari kesedihan.
10.Segera memberitahu kawan atau siapapun yang ada di lingkungan sekolah yang mem-bully atau mengejek anak yang bersangkutan agar dia merasa tidak dipojokkan.
11.Beri homework (namun jangan yang berat-berat), buku cerita, tugas hafalan quran, membaca kisah sahabat atau assigement yang lucu-lucu, misal membuat perkalian 6 dari daun dan hiasi dengan bunga yang dilukis sendiri. Intinya berikan anak kesibukan ketika sampai dirumah dia ada pekerjaan dan tidak larut dalam kesedihan, bila sampai dirumah.
12.Mendorong anak untuk tetap bersikap baik kepada kedua orangtuanya.

[QS: Luqman: 14] Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
13.Mendo’akan anak dan orang tuanya agar mereka kembali harmonis, dan berdo’a agar tidak banyak lagi kasus perceraian disekolah kita yang menimpa orangtua dari murid-murid kita yang kita kasihi. Karena sesungguhnya kita dengan orang tua murid adalah bersaudara, sesungguhnya semua mukmin bersaudara.
[QS : Al Hujurat : 10] Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Tolong menolong dalam kebaikan,
[QS : Almaidah : 2] dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

Hadist:
Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau). (Mutafaq'alaih)

Read More..

Inilah Alasan Anak Harus Stop Main Facebook


Demam jejaring sosial Facebook saat ini memang bukan hanya melanda orang dewasa saja. Tak jarang kita jumpai, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) pun sudah sangat paham dalam menggunakan situs pertemanan di dunia maya tersebut.

Melihat fenomena ini, psikolog anak Dra. Rose Mini, M.Si mengaku prihatin. Ia menilai Facebook sebenarnya bukanlah untuk konsumsi anak-anak. Pasalnya, ada ketentuan-ketentuan tertentu yang tidak memperbolehkan seorang anak mengakses situs yang sangat populer tersebut.

"Facebook bukan konsumsi anak SD. Dalam ketentuan, Facebook itu harus 17 tahun ke atas," tegas wanita yang akrab di panggil Bunda Romi, saat ditemui dalam seminar, 'Aku Anak Sehat' di Jakarta Kamis, (5/4/2011).

Dia juga menyayangkan, banyak para orang tua yang justru membuat akun Facebook untuk anak mereka. "Saya heran kenapa orang tua ijinin. Sebenarnya nggak pake Facebook bisa hidup kok," lanjutnya.

Menurut Rose, seorang anak di usianya yang masih sangat belia seharusnya mendapatkan pengajaran dan pengalaman bagaimana caranya berteman dalam bentuk nyata. Bukannya malah berteman dalam dunia maya.

"Si anak harus belajar bagaimana bisa mengambil hati temannya, berinteraksi dengan teman, itu harus dipelajari dalam bentuk nyata, nggak bisa dalam dunia maya," tambahnya.

Bunda Romi mengungkapkan, salah satu alasan mengapa dirinya melarang anak-anak menggunakan Facebook adalah karena kondisi jiwa anak yang belum stabil terutama dalam mengontrol statment (pernyataan).

Dalam Facebook, setiap ungkapan baik berupa status atau pun pesan dapat disampaikan melalui teks atau pun gambar secara bebas, sehingga rentan menimbulkan kesalahpahaman. Komentar atau pun pernyataan sangat berpotensi memicu konflik dan memengaruhi kejiwaan anak.

"Ada beberapa kasus, ini anak mencela temannya, si anak yang dicela sakit hati lalu mengadu ke orang tuanya. Akhirnya perang di Facebook. Tapi bukan anak lagi yang perang, tapi orangtua sama orang tua," jelas wanita yang juga berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas tinggi negeri di Jakarta tersebut.

Lebih lanjut, Romi mengingatkan, apa yang dikonsumsi untuk khalayak umum atau publik harus ada batasannya. Oleh sebab itu, dia mengimbau agar anak-anak yang belum menginjak usia 17 tahun untuk tidak menggunakan fasilitas jejaring sosial.


Read More..

Rahasia Pelipur Lara


ADALAH Panglima Besar Nuruddin Mahmud al-Zinki (sebagian menyebutnya Zanki) yang berada di Damaskus. Saat itu sedang berkecamuk Perang Salib. Mendengar Tentara Salib telah masuk ke pesisir Mesir dan berhasil mengepung kaum Muslimin di kota Dumyat, Mesir, hati Nuruddin merasa gundah dan gelisah. Senyumnya yang kerapkali menghiasi wajahnyapun terlihat sirna. Imam Masjid Omawi merasa iba dan turut sedih melihatnya. Imam Masjid tersebut ingin memberikan pelipur lara untuk menghibur beliau agar dapat tersenyum.

Ba’da shalat, Imam menyampaikan dalam halaqah (pengajian) yang biasa dihadiri Nuruddin. Dibacakanlah sebuah hadits Rasul saw, yang setiap orang mendengar hadits tersebut pasti tersenyum. Ketika semua orang tersenyum mendengar hadits itu, Nuruddin Zinki masih belum bisa tersenyum. Dengan keheranan Imam bertanya kepada Nuruddin, ”Mengapa Paduka tidak tersenyum, saat semua orang yang mendengar hadits tersebut tersenyum?”

Nurudin menjawab,”Saya malu kepada Allah melihat saya tersenyum, sedangkan kaum Muslimin di Dumyath masih terkepung oleh Tentara Salib!”

Setiap malam, Nuruddin Mahmud melakukan shalat, bersujud dan berdoa sebanyak-banyaknya sambil menangis, memohon kepada Allah swt agar segera membebaskan kaum Muslimin yang terkepung di Dumyat.

Beberapa hari kemudian, saat Nuruddin berangkat ke mesjid Omawi untuk melakukan shalat subuh, Imam masjid mencegat nya, seraya mengatakan kepadanya.

”Paduka, saya bermimpi telah bertemu dengan Baginda Rasulullah saw dan meminta kepada saya untuk menyampaikan kabar gembira kepada Paduka bahwa Allah swt telah membebaskan kaum Muslimin di Dimyath. Lalu saya tanyakan kepada Rasulullah saw (dalam mimpi itu), ”Wahai Baginda Rasulullah, apa tandanya agar Nuruddin dapat mempercayai berita gembira ini dariku?”

Rasulullah saw (dalam mimpi itu menjawab); “Katakan padanya, masih ingatkah saat ia di Tal Harem, ketika turun dari kudanya, melakukan shalat, bersujud, berdoa sambil menciumkan wajahnya di atas tanah, seraya mengatakan: ”Ya Allah tolonglah agama-Mu ini, tolonglah tentara-tentaramu dan jangan tolong Nuruddin Mahmud yang hina ini, apalah artinya seorang Nuruddin hingga Engkau tolong.”

Benar, memang hal itu yang dilakukan dan diucapkan Panglima Nuruddin Mahmud saat di Tal Harem, ketika beliau dan tentaranya akan berhadapan dengan tentara Salib, saat itu ia menyendiri berdoa. Tanda dan bukti itu dibenarkan oleh Nuruddin Mahmud karena hanya ia sendiri yang tahu saat bermunajat dengan Tuhannya, sehingga iapun percaya bahwa Dumyath telah dapat dibebaskan dari kepungan.

Beliau terharu, terkesima, menangis sebagai ungkapan syukur, dan kemudian ia telah dapat tersenyum lagi.

Penawar Hati

Tak pelak lagi bahwa shalat, sujud untuk mengadu dan berkomunikasi dengan Sang Pencipta merupakan penawar hati yang luka dan solusi aneka ragam duka lara, tentunya dengan diiringi keikhlasan dan tawakkal kepada-Nya pada setiap usaha yang diridhai-Nya.

Firman Allah swt: ”Dan Kami sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (salat).” (QS: Al-Hijr: 15/97).

Ayat di atas, selain sebagai pelipur lara yang menghibur Nabi saw, karena kesedihannya dan terasa sesak dadanya mendengar ejekan, ulah dan kesombongan kaum musyrikin kala itu. Ayat di atas juga memberikan solusi dan kiat untuk menghilangkan kesedihan dan duka tsb, yaitu dengan cara bersujud (shalat) disertai memperbanyak tasbih, tahmid dan doa untuk kebaikan diri, keluarga dan umat.

Tuntunan bagi Nabi saw, berarti juga tuntunan bagi umatnya. Banyak sekali hal yang dapat membawa kepada kesedihan, seperti musibah yang menimpa diri, saudara, teman, atau merajalelanya kezaliman, kemungkaran, ….… yang terkadang seorang tidak mampu untuk mencegah atau menghilangkannya dengan kekuatan tangannya.

Hamba yang dekat dan dicintai Allah swt adalah pada saat seorang hamba bersujud, sebagaimana Rasul saw bersabda:”Hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah saat hamba-Nya bersujud, karenanya ikhlaskanlah dalam berdoa pada saat bersujud”.

Mudah-mudahan kita semula menjadikan shalat, sujud untuk mengadu dan berkomunikasi bukan dengan cara lain.*

Amiruddin Thamrin, kini tinggal di Damaskus-Suriah



Read More..

Tiga Ucapan untuk Tiga Kondisi


Hidup di dunia bagi seorang mukmin merupakan daftar panjang menghadapi aneka ujian yang datang dari Allah Sang Pencipta Yang Maha Berkehendak lagi Maha Kuasa. Terkadang hidup diwarnai dengan kondisi suka dan terkadang dengan kondisi duka. Seorang mukmin tidak pernah mengeluh apalagi menyalahkan Allah ketika sedang diuji dengan kesulitan hidup. Ia selalu berusaha untuk tetap bersabar manakala ujian duka melanda hidupnya. Sebaliknya seorang mukmin tidak bakal lupa bersyukur tatkala sedang diuji dengan karunia kenikmatan dari Allah. Demikian indah dan bagusnya respon seorang mukmin menghadapi aneka ujian hidup sehingga Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengungkapkan ketakjuban beliau.
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ
ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan urusan orang beriman! Sesungguhnya semua urusannya baik. Dan yang demikian tidak dapat dirasakan oleh siapapun selain orang beriman. Jika ia memperoleh kebahagiaan, maka ia bersyukur. Bersyukur itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa mudharat, maka ia bersabar. Dan bersabar itu baik baginya.” (HR Muslim 5318)
Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita agar memberikan respon yang sesuai untuk setiap kondisi ujian yang sedang datang kepada diri seorang mukmin. Dalam hadits di bawah ini sekurangnya Nabi mengajarkan tiga jenis ucapan berbeda untuk merespon tiga jenis kondisi ujian yang menghadang seorang mukmin dalam hidupnya di dunia.
من أنعم الله عليه بنعمة فليحمد الله ومن استبطأ الرزق
فليستغفر الله ومن حزبه أمر فليقل لا حول ولا قوة إلا بالله
”Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan "Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)" (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')
Pertama, saat menghadapi kondisi memperoleh kenikmatan. Dalam kondisi seperti ini seorang mukmin diharuskan mengucapkan pujian bagi Allah, yaitu mengucapkan Alhamdulillah. Sebab dengan dia mengucapkan kalimat yang menegaskan kembali bahwa segala karunia berasal hanya dari Allah, maka berarti ia menutup segala celah negatif yang bisa jadi muncul dan diolah setan, yaitu menganggap bahwa kenikmatan yang ia peroleh adalah karena kehebatan dirinya dalam berprestasi. Setan sangat suka menggoda manusia dengan menanamkan sifat ’ujub atau bangga diri bilamana baru meraih suatu keberhasilan atau kenikmatan. Manusia dibuat lupa akan kehadiran Allah yang pada hakekatnya merupakan sumber sebenarnya dari datangnya kenikmatan. Jika Allah tidak izinkan suatu kenikmatan sampai kepada seseorang bagaimana mungkin orang tersebut akan pernah dapat menikmatinya?
Sebenarnya dalam kehidupan di dunia kenikmatan Allah senantiasa tercurah kepada segenap hamba-hambaNya. Bahkan jumlah nikmat yang diterima setiap orang selalu saja jauh melebihi kemampuan orang itu untuk mensyukurinya. Jangankan kemampuan bersyukur seseorang melebihi nikmat yang ia terima dari Allah, bahkan sebatas mengimbanginya saja sudah tidak akan pernah sanggup. Maka, saudaraku, marilah kita lazimkan diri untuk sering-sering mengucapkan kalimat tahmid, baik saat kita menyadari datangnya nikmat maupun tidak.
Kedua, saat merasa berada dalam kondisi rezeki sedang diperlambat. Dalam kondisi seperti ini seorang mukmin disuruh untuk banyak mengucapkan kalimat istighfar. Kalimat istighfar berarti kalimat mengajukan permohonan agar Allah mengampuni dosa-dosa kita. Nabi Hud menyuruh kaumnya untuk beristighfar dan menjamin bahwa dengan melakukan hal itu, maka hujan deras bakal turun. Istilah ”hujan” di dalam tradisi ajaran Islam seringkali bermakna rezeki. Sehingga kaitannya menjadi sangat jelas. Orang yang sedang merasa rezekinya lambat atau seret kemudian ia beristighfar, maka ia sedang berusaha mengundang turunnya hujan alias rezeki dari Allah.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
“Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu." (QS Hud ayat 52)

Ketiga, kondisi sedang dilanda kesusahan dalam suatu masalah. Menghadapi kondisi seperti iniNabi shollallahu ’alaih wa sallam menyuruh seorang mukmin untuk membaca kalimat Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil'adzhim. Kalimat ini sungguh sarat makna yang bermuatan aqidah. Bayangkan, kalimat ini bila diterjemahkan menjadi: Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Kalimat ini kembali mengingatkan kita akan pentingya kemantapan iman Tauhid seorang mukmin. Begitu si mukmin membaca kalimat tersebut dengan penuh pemahaman, penghayatan dan keyakinan, maka saat itu juga jiwanya akan meninggi dan berusaha menggapai kekuatan dan pertolongan Allah yang Maha Kuat lagi Maha Terpuji. Bila Allah telah mengizinkan kekuatan dan pertolonganNya datang kepada seseorang, maka masalah manakah yang tidak bakal sanggup diatasinya?
Oleh karena itu, sekali lagi kami tegaskan, Islam sangat mencela sikap ketergantungan seseorang kepada selain Allah saat menangani masalahnya. Hanya Allah tempat bergantung, tempat kembali dan tempat memohon pertolongan. Hanya Allah tempat kita ber-tawakkal. Malah seorang mukmin tidak boleh ber-tawakkal kepada dirinya sendiri.
ياَ حَيُّ ، يَا قَيُّومُ ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلِّهِ ،
وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ ، وَلَا إِلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ
“Wahai Allah Yang Maha Hidup, wahai Allah Yang Senantiasa Mengurusi, tidak ada tuhan selain Engkau, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, perbaikilah keadaan diriku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan nasibku kepada diriku sendiri (walau) sekejap mata, tidak pula kepada seorang manusiapun.” (HR Thabrani 445)
Read More..