Sunday, October 10, 2010

"BUKAN SEKEDAR WANITA BIASA"


"De'..cariin pendamping buat kakak yaa ?? Mas Rizal udah siap nikah nih !!", begitu tulis e-mail Mas Rizal, kakakku yang kerja di Batam kepadaku, singkat dan jelas..tapi susah !!

Sebab, aku akhir-akhir ini ngerasa jengah banget dengan kriteria macem-macem dari kakakku. Susah juga punya kakak yang bujang lapuk banget seperti dia..abis usianya sudah bisa dikategorikan tua banget, 27 tahun. Memang, menurut dia belum tua banget, abis temen-temen kakak di Batam, sama juga seperti kakak, belum ada yang nikah di usia segitu..bujang lapuk, gitu aku menyebutnya.

Padahal banyak wanita, banyak akhwat yang siap menikah dan tak urung sering mendekatiku agar dikenalkan dengan kakakku. Apalagi didukung postur tubuh dan wajah imut kakakku, yang orang lain takkan menyangka bahwa usia kakakku sudah 27 tahun, kelihatannya sih masih 20 tahunan gitu… Aku sebenarnya mau sih nyariin Kakakku, tapi..dengan kriteria seabreg yang disodorkan kakak padaku, aku jadi nggak tega nyariin buatnya. Pernah kutanya kriteria minimalnya.."Mas, ada kriteria minimalnya nggak ??, coba kusentil dengan pertanyaan seperti itu..

Jawabnya, "Minimal mirip De' Rani aja ya ?? Tapi sepuluh kriteria yang Mas Rizal sebutin tempo hari.. minimal harus ada !! Udah yaa..Mas banyak kerjaan nih, kalo bisa dalam satu - dua bulan ini Mas Rizal nggak nelfon-nelfon lagi, dan lebaran nanti pas Mas Rizal pulang, harus ada !!", nada perintah kakakku terdengar mantap dan jelas, aku sampe terlongong didepan telpon. Tak sadar bahwa Mas Rizal sudah menutup telpon dan mengucapkan salam.

Kubaca lagi kriteria Mas Rizal dalam e-mail yang dikirimkan padaku dua bulan yang lalu. Aku bermaksud akan mencetak e-mail mas Rizal yang panjang tentang "Sepuluh kriteria Mas Rizal itu, diantaranya adalah : Agama dan akhlaknya bagus, Menguasai Fiqh Islam, Bisa sedikit bahasa Arab (minimal Bahasa Arab Pasif, untuk memahami Al Qur'an ) ; Berjilbab ; Sabar ; Cerdas / Smart ; Harus bisa masak, terutama makanan thoyyib dan halal, minimal makanan kesukaan kakak, Sayur Sop ; Mukanya selalu ceria dan bersinar cerah ; Putih ; Tinggi ; Langsing ; dan Menguasai Teknologi (Komputer / Internet), Psikologi, Manajemen. Trus kriteria lain : Kalo bisa matanya bening, dan jernih ; punya lesung pipit yang manis ; pipinya merah delima ; bibirnya merekah ; tubuhnya bersih (tak ada cela) ; bau badannya selalu wangi ; lehernya berjenjang ; mandiri (bisa menghasilkan uang sendiri) ; jari-jemarinya lentik ; dan bisa naek sepeda (sebab di Batam, kemana-mana musti naek sepeda !!) .. entar kalo ada yang kurang, Mas Rizal telfon ade' lagi deh, ok ? Teman-teman ade' khan banyak, cariin ya??" Aduuhh..aku sibuk mencari siapa yaa yang cocok untuk Mas Rizal dari kesemua teman wanitaku. Aku lelah, capek.. tanya ke Ustadzah dengan kriteria seabreg gitu..malu banget rasanya.. Mana ada wanita sesempurna seperti pilihannya.

Sepatah kalimat muncul di nokia mungilku, "De', jangan patah semangat yaa..cariin yang terbaik untuk Mas Rizal !!". Mas Rizal, lagi-lagi dengan sikapnya yang misterius terus mendesakku.. apakah mas Rizal bener-bener siap dengan segala kriteria yang diajukannya ?? Aku sungguh tak mengerti !! Lekas kubalas SMS singkat pula, "Mas Rizal, kalo bisa minta tolong Ustadz - ustadz Mas Rizal sendiri di Batam, yaa..?? Jangan tunggu calon dari ade'..SUSAH !!". Terus terang, kadang aku minder banget dengan kriteria mas Rizal yang bejibun banyaknya, aku saja tak memenuhi kriterianya. Pusiiiingg !!! Ya Robb, tunjukkan hidayah bagi mas Rizal !! Itu calon Mas Rizal, kakakku satu-satunya, bagaimana juga dengan calon para Ikhwan di luar sana ?? Deuuy..tahu begini aku tak menyuruh Mas Rizal cepat-cepat nikah !! Anganku melayang kemana-mana, sebab memang aku yang mendesak Mas Rizal nikah, karena usiaku yang tak terpaut jauh darinya pun ingin segera menggenapkan setengah Dien juga. Tapi dengan permintaan Mas Rizal dan harus secepat ini ?? Tak tahulah aku !! Malam ba'da Qiyamul Lail, aku sengaja menyeleksi beberapa orang wanita atau akhwat kenalanku yang sekiranya memenuhi persyaratan ideal Mas Rizal yang kesepuluh. Pertama Si Fitri, "Semuanya cocok, tapi..ups.. dia agak tulalit orangnya, dan satu lagi ia suka latah kalo kaget, aku menggumam sendirian. Si Wati, Nita, Via, Risa..Ahh… capek.. tak ada yang memenuhi syarat kesepuluh dari Mas !! *******************************************

"Tiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt…", terkaget aku mendengar suara jam beker memekakkan telingaku..sudah hampir subuh.. Ahh, aku ketiduran semaleman ditemani biodata teman-temanku. Bersijingkat aku dari tempat tidur, segera mengambil air wudlu.. "Alhamdulillah..", segar pagi itu terasa sangat menyejukkan hatiku. Hampir jam tujuh pagi, sebelum menyiapkan diri untuk berangkat mengajar di sebuah SMU, aku mencari-cari catatan kriteria Mas Rizal yang kemarin sudah kucetak. Kurang sebulan lagi sudah lebaran, aku harus berusaha keras mencari data akhwat ke teman-temanku yang lain, rencanaku sepulang dari mengajar nanti. Kusimpan baik-baik alamat beberapa teman SMU, teman kuliahku dulu, agar nanti tak kerepotan aku mencari sendiri. Aku akan minta tolong mereka juga. Ikhtiarku..

"Kring..kring..", telfon di dekatku langsung kusambar, "Assalammu'alaikum..", terdengar sahut salam di seberang sana, "Ini De'Rani, yaa ?? De'..ini Mas Rizal.. gimana khabarnya ?? 'Afwan, Mas Rizal sengaja telfon pagi-pagi gini. Tadi ada acara di rumah Ustadz Mas Rizal, jadi sekalian Mas Rizal telfon ade', pengen tahu perkembangan pencarian buat mas Rizal, yang memenuhi kriteria ada nggak ?", intonasi suara Mas Rizal terdengar mantap dan agak riang. "Belum Mas !! 'Afwan yaa..Ade' ndak punya temen seperti kriteria Mas Rizal !!", suaraku mantap. "Ya udah deh, nggak usah repot-repot..Mas Rizal nggak mau ngerepotin ade' !".

"Bener nih ?? Ntar ade' nggak jadi nikah dong Mas ?? Sebab, Ibunda bilang kalo Ade' pengen nikah, musti nunggu Mas Rizal nikah dulu, lagipula ade' nggak mau duluan dari Mas Rizal nikahnya ??", aku mencoba beri pengertian pada Mas Rizal. Sebab Ibundaku mulai khawatir aku menjadi perawan tua, nggak laku kawin gara-gara nunggu mas Rizal nikah.

"De', makanya ade' nggak usah repot-repot nyeleksi akhwat untuk Mas Rizal. Insya Allah, ada khabar baik dari Ustadz Mas Rizal….". terdiam lama mas Rizal. "Halo..mas Rizal masih disitu ?? Khabar baik apaan mas ??", ucapku bersemangat.

"Insya Allah, permata dunia seperti kriteria Mas Rizal sudah tersedia. Dan tadi Mas Rizal udah ta'aruf dengan akhwat itu, jadi ..Mas minta Ade' kasih tahu sama Ibunda dan Ayah, kalo dalam waktu dekat Mas mau mengkhitbah akhwat pilihan Mas Rizal, sekaligus mohon restu, agar pernikahan Mas Rizal akan diadakan secepatnya di Batam - rumah akhwat calon Mas, kalo di Jakarta, rumah kita, Mas Rizal mau aja, tapi bilang ama Keluarga, Mas Rizal mau secara sederhana saja, sebab waktu cuti kerja buat Mas Rizal cuma seminggu. Kalo Ade' dan keluarga pengen ikut ke Batam, biayanya Mas Rizal transfer aja ke rekening ade' dalam waktu dekat.. kasih tahu Mas Rizal yaa..?? gimana ??".

Aku hanya bisa terpana mendengar tuturan panjang Mas Rizal, jadi..jodoh Mas Rizal sudah ada ?? "Subhanallah.. Barakallah.. Alhamdulillah, ade' nggak repot-repot nyariin buat Mas Rizal. Mungkin, cuma Ibu ama Bapak, dan Ade' aja yang ikut, yaa ? Keluarga besar kita ndak ikut ke Batam ?? Trus kesana pake' uang ade' dulu aja, entar kalo mas Rizal abis nikah, mas Rizal ganti yaa ??", ucapku merajuk

"Ya, udah dech De'..By The Way..kriteria Abang yang kemaren itu, semuanya sudah dimiliki oleh Akhwat, calon istri pilihan Abang. Mas Rizal harap Ade' dan keluarga nggak kaget yaa entar kalo melihat akhwat tersebut !! Ok ?? Eh, udah dulu yaa.. pulsanya jalan terus nih, entar keburu abis pulsa HP Mas Rizal..udah yaa ? Wassalammu'alaykum Wr.Wb".

Kuletakkan gagang telfon setelah mengucapkan salam. Khabar baik dari Mas Rizal telah menemukan apa yang selama ini dicarinya, akhwat pilihan Mas Rizal, entah sempurna seperti apakah pilihan Mas Rizal, kriteria yang bejibun banyaknya yang membuatku minder, mudah-mudahan wanita, akhwat pilihan mas Rizal memang paket special dari Allah untuk mas Rizalku yang cakepnya juga diatas rata-rata..

Sujud Syukur segera kutunaikan, karena tak perlu hari ini aku berpayah-payah mencari ke beberapa temanku untuk mencari wanita spesial buat mas Rizal, karena toh akhwat itu ternyata tak jauh dari tempat Mas Rizal bekerja di Batam. **************************************

Rombongan Mas Rizal, aku, kedua orangtuaku, dan Ustadz Mas Rizal serta beberapa dari teman ikhwan Mas Rizal mendampingi Mas Rizal di hari resepsi pernikahan yang lumayan sederhana. Aku dan pihak keluarga masih belum dikenalkan oleh calon Istri Mas Rizal. Mas Rizal belum mengijinkan, sebab itu surprais dan kejutan manis buat kami sekeluarga.

Aku masih berada di belakang mas Rizal, ketika akad nikah berlangsung, akhwat-calon istri Mas Rizal masih di dalam kamar pengantinnya. Setelah resmi akad nikah dilakukan dan kedua calon mempelai dipertemukan serta melakukan sholat sunnah. Tibalah aku dipertemukan dengan istri Mas Rizal yang ternyata.. Subhanallah..Allahu akbar..

Berdegup jantungku, melihat Mas Rizal memanggilku dan kedua orangtuaku…"De', sini deket ama Mas Rizal, sama Ibu dan Bapak yaa..Mas Rizal mau kenalin nih ama Istri Mas tercinta", ucap Mas Rizal sambil berkedip kearah istrinya yang saat itu menggunakan gaun putih pengantin, sementara Mas Rizal mengenakan jas, serasi dengan gaun istrinya.

"Mbak Izzah. De' Rani..udah kenal ama Mbak khan di Jakarta ??", suara lembut wanita itu singgah ke otakku. Allahu Robbi..Aku tak percaya melihat sosok wanita dihadapanku..sosok akhwat mulia yang menjadi pendamping Mas Rizal..Allahu Akbar..kiranya inilah bidadari sempurna yang diberikan Allah pada Mas Rizal di dunia, dan lidahku kelu tak bisa berkata apa-apa untuk mengungkapkan semua yang muncul sekilas dihatiku dan ingin segera kukatakan pada Mas Rizal. Tiba-tiba..dari sudut mataku, aku menangis terharu.. bahkan kedua orang tuaku pun demikian, tak percaya dengan wanita pilihan Mas Rizal..yang bukan hanya sempurna, tapi memang bukan sekedar wanita biasa.. Kami telah mengenal wanita itu sejak lama.. Subhanallah.. ****************************************

Yup..Wanita atau Akhwat Spesial pilihan Mas Rizal, adalah seorang Janda (istri dari salah satu ikhwan yang telah meninggal dalam usahanya berdakwah di Ambon, menegakkan Ad Dien), usianya pun sudah hampir 32 tahun, anak Beliau sudah empat, mirip ketika Nabi SAW menikahi Ibunda Khadijah r.a..yang hingga akhir hayatnya setia mendampingi Rasulullah SAW.

Alhamdulillah..agaknya kedua orangtuaku pun setuju dengan pilihan Mas Rizal, karena sejak dulu Ibundaku sangat menghormati Mbak Izzah Syifana, istri Mas Rizal, bahkan ingin segera menjodohkan Mas Rizal dengan Beliau meski statusnya sudah menjanda. Tetapi Mbak Izzah terlanjur pindah mengikuti kehendak kakaknya yang Ustadz juga di Batam. Tak tahunya..jodoh memang tak kemana, di Batam pula akhirnya Beliau dipertemukan dengan Mas Rizal, Kakakku tercinta. Baru aku tahu, kenapa banyak kriteria yang Mas Rizal ajukan, sebab Mas Rizal memang orang yang spesial, sehingga berbesar hati dan berlapang dada menerima akhwat yang terlampau lebih spesial dari kriteria Mas Rizal sendiri !! Semoga Barakah dan limpahan rahmat senantiasa menyertainya..Amin. Dalam e-mail Mas Rizal, dua bulan sejak resepsi sederhana diJakarta, rumah kami sekeluarga, Mas Rizal baru menerangkan kenapa banyak sekali kriteria yang diajukan Mas Rizal kepadaku, sebab hampir-hampir saat ini memang tak ada akhwat sejenis itu di Jakarta, kecuali akhwat produk jaman kuliah Mas Rizal, yang memang aku mengakui sangat bagus ghirah atau semangatnya dalam berdakwah.

Teman-temanku yang pernah memendam hati pada Mas Rizal serentak 'agak' kecewa, setelah kusampaikan kabar terbaik tentang pernikahan Mas Rizal, karena Mas Rizal perfect banget orangnya.

Lantas, Mas Rizal menuturkan kembali, tentang kriterianya satu persatu : "De' Rani, tahu ngga' kenapa harus banyak kriteria untuk istri Mas ? Mas Rizal ingin ade' seperti Mbak Izzah, istri Ms untuk meningkatkan kualitas pribadi ade', diantarannya ialah : Agama dan akhlak ade' musti bagus, Menguasai Fiqh Islam, Bisa sedikit bahasa Arab (minimal Bahasa Arab Pasif, untuk memahami Al Qur'an) : Mas Rizal pun hingga kini belajar capai semua dengan susah payah, sampai menunda nikah di usia yang ke-27, sebab lelaki yang jadi Qowwam / pemimpin dalam keluarganya dan ketika di rumah, sang Istri wajib kiranya mengajari hafalan Qur'an pada jundi - jundiyahnya..

Berjilbab : karena ia sering membersihkan / mengeramasi *RAMBUT*nya dengan *JILBAB* yang akan menghilangkan *KETOMBE* dari pandangan lelaki yang belum tentu menjadi *JODOH* nya ! Sudah jelas khan De' kriteria seperti ini ?? Yang pasti Akhwat dong De'..:).. Istri Mas musti Sabar dan tahan bantingan : he..he.. maksud Mas Rizal, sabar saat suka dan duka .. mendampingi Mas Rizal yang kurang sabar..he.. he.. ketahuan yaa De'..tapi hingga saat ini, Mas Rizal belajar sabar dari..Mbak Izzah !

Cerdas / Smart : Ini perlu, untuk kelanjutan visi dakwah Mas Rizal, menegakkan Islam di Bumi Allah dan bisa mengambil kebijakan ketika Mas Rizal mengalami kesulitan..Amin..

Harus bisa masak, terutama makanan yang thoyyib dan halal, minimal makanan kesukaan kakak, Sayur Sop : Ups..yang satu ini musti De', tapi jangan diketawain yaa, sebab apa gunanya bisa masak doang, tapi nggak taunya ada yang haram dalam bumbu atau gak bergizi tuk perkembangan jundinya kelak..:).. Mukanya selalu ceria dan bersinar cerah : Maksud Abang, Akhwat tersebut harus selalu berhias dan pake' bedak di *WAJAH*nya dengan *AIR WUDLU*, niscaya akan bercahaya diakhirat, dan menyejukkan pandangan Abang, ketika melihat muka Beliau sepulang Abang dari kerja..

Putih : Seputih ruhani dan hatinya akibat sering Sholat Sunnah di malam hari, hingga hatinya senantiasa bebas dari penyakit hati, seperti dengki, iri, hasutan, dan lainnya, ade' pasti tahu mengenai hal ini..

Tinggi : Sebab ia selalu memasang *SEPATU JIHAD* pada *KEDUA KAKI*nya untuk menegakkan Kebenaran dan Keadilan di bumi ?, bukan untuk membuatnya Tinggi hati / sombong !!

Langsing : dengan tubuhnya yang langsing ia mampu QANAAH dalam mengarungi bahtera rumah tangga kami kelak, ini diperlukan, agar ia mampu Zuhud, berkecukupan dengan ma'isyah atau penghasilan dari Mas, baik sedikit maupun banyak, sehingga dan satu lagi..ia biasa Shoum / Puasa sunnah..Alhamdulillah, yang pasti ade' juga donk !!

Menguasai Teknologi (Komputer / Internet), Psikologi, Manajemen : Untuk mendidik jundi-jundiyah Mas Rizal kelak, agar mampu berkiprah di tengah masyarakat dan mengahadapi tantangan jaman..

Kalo bisa matanya bening, dan jernih : Akhwat tersebut mampu menjadikan *GHADDUL BASHOR* (Menundukkan Pandangan) sebagai *HIASAN KEDUA MATA*nya, niscaya makin bening dan jernih.

Punya lesung pipit yang manis : sebab ia selalu merawat *LESUNG PIPIT*nya dengan *MASKER SENYUMAN*, niscaya dihadapan Mas Rizal senyum-nya akan semakin berseri-seri menawan hati..ehm

Pipinya berwarna merah delima : Ia harus menggunakan *PEMERAH PIPI* pada pipinya dengan Kosmetika *RASA MALU* yang dijual di *SALON IMAN*, agar ia terlihat anggun di depan Mas Rizal..

Bibirnya merekah : karena setiap berhias, ia senantiasa mengoleskan *LIPSTIK KEJUJURAN* pada *BIBIR* nya, niscaya akan semakin indah. Tubuhnya bersih (tak ada cela) => sebab ia senantiasa membaluti *TUBUH*nya dengan *PAKAIAN TAQWA*, niscaya ia makin bersahaja, begitu juga dengan telinganya yang selalu dipakaikan *GIWANG MUSTAMI' (PENDENGAR)*, agar selalu taat dan patuh kepada ? dan Rasul-Nya, serta nurut pada suami tentunya..yaa De' ??

Bau badannya selalu wangi : sebab ia selalu memakai *SABUN ISTIGHFAR* untuk meng-hilangkan semua dosa dan kesalahan yang ia lakukan. Lehernya berjenjang : Tak lupa ia selalu mengenakan *KALUNG 'IFFAH (KESUCIAN)* di*LEHER* jenjangnya, niscaya akan semakin berkilauan. Jari-jemarinya lentik : karena ia menghiasi *KEDUA TANGAN*nya dengan *GELANG TAWADHU' (RENDAH HATI)*, niscaya orang akan kagum padanya dan memberi *JARI-JARI LENTIK*nya dengan *CINCIN UKHUWAH Islamiyah* (persaudaraan di Jalan Allah - ?), niscaya ia makin disayang banyak orang, terutama Mas Rizal..:)..

Mandiri (bisa menghasilkan uang sendiri) : agar ketika Mas Rizal di PHK atau nggak kerja lagi atau berangkat Jihad atau Dakwah, Beliau - Istri Abang mampu memberi asap untuk dapurnya.. Lagi pula, Mas Rizal rencananya pengen Poligami..ups.. of the record deh ! Tunggu Bulan Madu yang belum selesai..dan nunggu Mas Rizal punya rumah mewah, mobil de el el..eh mungkin ndak yaa De' ?? J

Dan bisa naek sepeda : yang ini nih belajar tirakat juga, abis kalo di Batam, kemana-mana musti naek sepeda, Mas Rizal kan belum bisa beli Motor / Mobil sendiri !! Biaya hidup di Batam mahal..dua kali lipat di Jakarta De'..jadi musti hemat !! Di Akhir e-mailnya yang terlampau panjang, Mas Rizal menuliskan kata-kata : "Kalo kita berkualitas dan spesial di hadapan Allah, niscaya jodoh yang akan datang kepada kita pun demikian seperti halnya kita". ***************************************

EPILOG : Allahu Akbar..begitu panjang penjelasan kriteria Abang, yang aku sendiri belum bisa mencapainya hingga saat ini.., aku tak tahu sejak kapan mas Rizal memperoleh kriteria yang Subhanallah, tak sanggup aku menjadi wanita sempurna seperti makna yang ada didalamnya, tapi aku tetap bertekad untuk belajar membaiki semuanya seperti apa yang diinginkan Mas Rizal..kakakku sayang.

No body's perfect !! Kini, diusiaku yang ke-24 tahun, saat nikah itupun tiba.dan telah hadir pendamping disisiku.. kriterianya pun tak jauh seperti Mas Rizal..Beliau seusia Mas Rizal, 27 tahun.

Beliau tidak seperti kebanyakan lelaki biasa, bukan sekedar ikhwan biasa, Beliau teramat spesial yang dihadirkan Allah untukku. Namanya Bang Arif, begitu aku memanggilnya.. Bang Arif sudah beristri.. dan aku sudah mempercayakan biduk rumah tanggaku padanya.. tuk bersedia Poligami.. Selama ini hubunganku dengan mbak Aisyah, istri Bang Arif pun baik-baik saja, dan hingga kini pun ada perasaan rughbah (kesenangan) diantara kami berdua. Dari beliau, Mbak Aisyah juga aku bisa belajar menjadi wanita sholehah idaman ikhwan..eh maksudku ..idaman Insan !! Karena dari tangan-tangan wanita Sholehah akan terlahir mujahid-mujahidah dakwah baru yang akan menegakkan Islam di Bumi Allah..

Disamping itu, kami..Aku, Mbak Aisyah dan Bang Arif tak pernah henti untuk saling memotivasi.. Allahu Akbar..!! [28082002..saat detik-detik "Mati" seakan tertatih dan kerap menghampiri..Ya Robbi.. sabarkan aku meniti panjangnya jalan dakwah ini.. Amin !!] Buat ".." yg belum nikah..kapan nikah ?? ditunggu undangannya !

Dedicated to : ".." yg buatku terpacu merindu syahid, Akh "Gustavo" (Jazakallah atas ide temen-temen di UTA, yang mengilhami hingga cerpen ini ada, serta tak lupa support dari kru Insan).

Kado buat Pengantin baru : B'Afri (dan Izis-nya) yang masih terlantun 'Tak Sekedar Kata' dari lisannya, agar ana tetap Sabar, Istiqomah dan semangat menjalani kehidupan ini ; Uda Ari (dan D'Wira) ; U'D ; serta A'Gustv.. Barokallahu lakum wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakum fii khoir..Afwan !! For All My Friends.. Kriterianya jangan tinggi2 yaa..:) .. Keep fighting with Jihad in Your Heart !!
By : R4RH4

Read More..

Pasangan Jiwa


Andri telah beranjak dewasa. Sudah saatnya ia mencari gadis yang baik untuk dijadikan istri. Tapi sampai saat ini, ia belum juga berhasil. Bukan suatu hal yang aneh. Ia memang terlalu mempertimbangkan bibit-bebet-bobot calon istrinya. Maka, saat musim panas mulai bertiup, Andri melakukan perjalanan ke Yogya. Di tengah perjalanan, Andri memutuskan untuk beristirahat di sebuah rumah penginapan yang berada di Sekitar Malioboro. Kebetulan ia bertemu dengan teman sekolahnya dulu. Maka Andri tak segan untuk menceritakan maksud perjalanannya itu. Seperti gayung bersambut, temannya menyarankan Andri untuk mencoba melamar anak gadis keluarga Surya. Menurut temannya itu, keluarga Surya adalah keluarga yang status sosial ekonominya sederajat dengan

Andri. Lagipula, gadis itu sangat cantik dan terpelajar. Andri girang bukan main. Sebelum berpisah, teman Andri berjanji untuk mempertemukannya dengan

'Pak Comblang' dari keluarga Surya, esok pagi. Pak Comblang inilah yang akan meneruskan data pribadi Andri kepada gadis tersebut. Bila keluarga itu berkenan menerimanya, maka Andri akan segera berkenalan, sebelum lamaran resmi atau khitbah diajukan. Kegembiraan yang meluap-luap memenuhi rongga dada Andri. Dibentangkannya sajadah, lalu ia mulai sholat istikhoroh. Baru kali ini Andri merasa melakukannya dengan sepenuh hati, dengan kepasrahan yang murni... Ah... Tak terasa air mata Andri berjatuhan. Diam-diam menyelinap suatu penyesalan. Mengapa ia baru bisa khusyu' dan dapat merasakan ikatan yang erat dengan Allah, ketika ada masalah berat dan serius yang harus ia hadapi? .....

Waktu subuh belum lama berlalu, namun Andri telah bersiap untuk pergi menemui Pak Comblang. Makin cepat makin baik, pikirnya... Di bawah sinar bulan sabit yang kepucatan, Andri bergegas menuju tempat itu. Fajar belum juga merekah ketika Andri sampai di tempat yang dijanjikan. Sepi sekali... Nyanyian jangkrik perlahan menghilang. Andri benar-benar sendirian. Di tengah kegamangan hatinya, Andri mencoba mengitari bangunan itu. Seperti sebuah musholla kecil. Cahaya lilin yang memantul di sela-sela kaca jendela, membangkitkan rasa ingin tahunya. Andri berjingkat ke arah jendela. Ditempelkan matanya ke celah-celah...

"Hei, masuklah!" "Jangan mengintip seperti itu!" Andri tersentak. Rasa malu, kaget dan takut berbaur menjadi satu. "Ayo, masuklah. Jangan takut!" Suaranya lebih lembut namun tetap berwibawa. Andri ragu-ragu. Tetapi rasa ingin tahu sedemikian menyerbunya. Akhirnya ia memberanikan diri melangkah ke dalam. "Kemarilah!" ajaknya tanpa melihat muka Andri. Andri memperhatikan dengan penuh seksama. Laki-laki itu belum terlalu tua, tapi wajahnya memancarkan kebaikan yang seolah-olah bersumber dari seluruh aliran darahnya. Bijak, arif, lembut namun tegas. Tentulah ia pengemban amanah yang luar biasa, pikir Andri. Laki-laki itu duduk di atas permadani sambil membaca sebuah buku. Lalu ia berkata perlahan : "Belum saatnya Andri .... Belum saatnya." Andri menatap wajahnya dengan penuh kebingungan. Lalu laki-laki itu kembali melanjutkan.

Kali ini ditatapnya Andri dengan ketajaman jiwa. "Kau tahu? Semenjak seseorang ada dalam kandungan ibunya, Allah Ta'ala telah menetapkan 3 hal untuknya. Kau sudah tahu bukan! Salah satu di antaranya adalah jodohnya.. pasangan hidupnya... Hmmmm..... seperti benang sutera." "Ya, seperti benang sutera yang diikatkan di antara mereka berdua. Kepada kaki laki-laki atau bayi perempuan yang lahir dan ditakdirkan berjodohan satu dengan yang lainnya. Begitu simpul diikatkan, maka tak ada suatu hal pun yang dapat memisahkan mereka." "Salah seorang diantara mereka mungkin saja berasal dari keluarga yang miskin, sedang yang lainnya dari keluarga yang kaya. Atau mereka terpisah bermil-mil jaraknya, bahkan mungkin ada yang berasal dari dua keluarga yang saling bermusuhan. Tapi pada akhirnya, bila saatnya telah tiba, mereka akan menjadi suami istri. Tak ada suatu hal pun yang dapat mengubah takdir itu." Laki-laki itu terdiam sesaat. Andri kini sudah sepenuhnya duduk terpekur di hadapannya. Kalimat demi kalimat disimaknya dengan seksama.

"Jodoh adalah masalah yang paling ajaib dan paling gaib. Suatu rahasia kehidupan yang tak akan pernah tuntas untuk dimengerti... Bayangkan... Dua anak yang berbeda, tumbuh di lingkungannya masing-masing. Sebagian besar mungkin tidak menyadari kehadiran satu dengan lainnya. Tapi bila saatnya tiba, mereka akan bertemu dan mengekalkan ikatannya dalam tali pernikahan." "Kalau ada wanita atau laki-laki lain yang muncul di antara keduanya, ia akan terjatuh. Ia tak akan mampu melewati bentangan tali sutera yang telah diikatkan pada mereka.... Ah, kau pasti pernah melihat orang yang patah hati bukan? Hhhhh, sebagian orang yang bodoh dan tak kuat menahan cobaan, memilih mati daripada patah hati. Bukan takdir yang memilihnya untuk bunuh diri... Itu pilihannya sendiri, ia cuma tak sabar menanti saat pertemuan itu datang." "Ketahuilah,Andri... Masalah jodoh adalah rahasia Allah... Kau harus dapat berdamai dengan takdirmu."

"Bagaimana dengan aku!" sela Andri. "Apakah aku akan berhasil menikah dengan anak gadis dari keluarga Surya? Apakah ia takdirku?" tanyanya tak sabaran. Laki-laki itu tersenyum. "Belum saatnya Andri... Belum saatnya! Suatu saat nanti, kau akan menikah dengan seorang gadis shalihat, cantik dan pintar. Pun dari keluarga yang terhormat. Kelak, setelah menikah, kalian akan mempunyai anak laki-laki. Dan anakmu akan menjadi pedagang yang terpelajar. Ia dermakan kekayaannya untuk agama Allah. la juga akan menjadi anak yang senantiasa memelihara kedua orang tuanya, meskipun kalian sudah tua renta nanti... Hal ini tak lepas dari peranan ibunya dalam mendidik anak itu." "Tapi itu nanti. Bila calon istrimu telah mencapai usia 17 tahun. Sayangnya, saat ini dia masih berumur 7 tahun." "Hah!" Andri kebingungan. "Jadi saya harus membujang selama 10 tahun??!" Andri menatap tak percaya. Ia berharap semua hanya kemungkinan karena ia salah dengar saja. Andri mencari kesungguhan di sana... Tapi semua sia-sia... Air muka laki-laki itu tak berubah sedikit pun. Dan Andri menyadari semua adalah kebenaran. "Kalau begitu, di mana dia sekarang? Dimana saya dapat menemui calon istri saya? Tolonglah?!" Andri memohon padanya. "Oh, gadis itu tinggal dengan wanita penjual sayur. Tak jauh dari sini. Setiap pagi, wanita itu datang ke pasar dan menjajakan sayurannya di sebelah kios ikan."

Kukuruyukkkkk....!! Suara nyaring ayam jantan memecah keheningan... Andri tersentak. Kukuruyukkkkk....!! Kokok nyaring ayam jantan membangunkan Andri dari tidurnya. Ah.. rupa-rupanya ia tertidur di atas sajadah... Alhamdulillah, waktu subuh belum habis. Andri bersegera mengambil wudhu... Sehabis sholat subuh, Andri kembali teringat mimpinya. Seolah semua menjadi teka-teki. Andri belum tahu apakah harus menganggapnya sebagai jawaban atas sholat istikhorohnya atau tidak. Untuk mcnyingkap tabir mimpi itu, cuma ada satu cara yang bisa dilakukannya : mencari gadis kecil yang katanya calon istrinya itu! Lalu Andri pun bergegas ke pasar terdekat. Sepanjang jalan ia berdoa dan berjanji. Berdoa agar calon istrinya memang benar-benar baik bibit, bebet dan bobotnya. Sebagaimana telah diisyaratkan dalam mimpi. Dan ia berjanji untuk menerima takdirnya dan berusaha menjadi muslim yang baik. Lebih baik dari kualitasnya sekarang.

Fajar telah lama merekah saat Andri tiba di sana. Orang-orang mulai melakukan kegiatannya. Pembeli mulai berdatangan. Ramai... Namun belum seramai satu jam yang akan datang. Maka Andri lebih leluasa untuk mengamati sekitarnya. Matanya berkeliling mengitari pasar, lalu tertumbuk pada sosok kecil di samping kios ikan. Wanita itu tua, kotor, lusuh. Kumal. Rambutnya telah keabu-abuan. Dengan sebelah mata tertutup lapisan katarak, ia duduk di selembar alas sambil menggendong bocah kecil di dadanya. "Oh, tidak!! Bagaimana mungkin?! Ini pasti kekeliruan!" Andri menatap kembali bocah terlantar yang kurus kering itu. Hatinya hancur... Ah, mimpi semalam benar-benar hanya bunga tidur. Andri kembali ke penginapannya dengan hati lesu. Kali ini bukan saja ia kecewa karena calon istrinya ternyata hanya seorang bocah gelandangan, tapi juga karena 'Pak Comblang' dari keluarga Surya tidak datang pada pertemuan yang ia janjikan.

Tanpa suatu penjelasan apapun. "Ah... sudah jatuh dari tangga, tertimpa genteng pula! Saya adalah seorang yang terpelajar... sudah selayaknya saya mendapatkan seorang gadis dari keluarga terhormat!" Semakin lama Andri memikirkan hal tersebut, semakin jijik ia membayangkan kemungkinan menikahi bocah kumal itu. Benar-benar menggelikan. Andri khawatir hal tersebut benar-benar akan terjadi. Dan ia tidak dapat tidur semalaman...

Keesokan harinya... Andri pergi ke pasar bersama dengan pelayan setianya. Andri menjanjikan imbalan yang sangat besar apabila ia berhasil membunuh bocah kumal itu. Andri dan pelayannya berdiri di belakang pembeli. Begitu kesempatan datang, pelayan Andri menikamkan pisaunya ke arah si anak, lalu mereka kabur. Bocah kecil itu menangis dan wanita buta yang menggendongnya berteriak-teriak : "Pembunuh! Pembunuh!" Kegemparan pun segera menyebar ke seluruh penjuru pasar...

Sementara itu, Andri dan pelayannya telah lenyap dari tempat kejadian. "Kau berhasil membunuh dia?" tanya Andri terengah-engah. "Tidak," jawab pelayannya. "Begitu saya menghunjamkan pisau ke arahnya, anak itu berbalik secara tiba-tiba. Saya rasa saya hanya melukai mukanya, dekat alisnya." Andri segera meninggalkan penginapan. Kejadian itu dengan segera terlupakan oleh masyarakat sekitar. Ia kemudian pergi ke arah Barat menuju ibukota. Karena kecewa dengan kegagalan pernikahannya, Andri memutuskan untuk berhenti memikirkan perkawinan.

Tiga tahun kemudian Andri dijodohkan dengan gadis yang mempunyai reputasi baik yang berasal dari keluarga Hartono. Sebuah keluarga yang cukup terkenal di masyarakat sekitar.. Anak gadisnya terpelajar dan sangat cantik. Semua orang memberi selamat pada Andri. Persiapan pernikahan tengah dilangsungkan, ketika suatu pagi Andri menerima berita yang menyakitkan. Calon istrinya melarikan diri dengan laki-laki yang dicintainya. Mereka berdua telah menikah di kota lain.

Selama dua tahun Andri berhenti memikirkan pernikahan. Saat itu ia berusia dua puluh delapan tahun. Ia berubah pikiran tentang mencari pasangan dari masyarakat yang sekelas dengannya; seorang gadis kota terpelajar. Maka Andri pergi ke pedesaan, mencari suasana baru. Di desa, Andri menghabiskan waktu dengan mempelajari buku-buku. Suatu hari ia membawa bukunya ke sungai di dekat ladang, agar lebih nyaman membacanya. Tanpa sengaja ia melihat gadis desa yang sedang memanen kentang. Andri jatuh hati padanya dan bersegera menemui orang tua gadis itu. Gayung bersambut, gadis itu menerima lamarannya. Maka Andri bergegas ke kota untuk membeli perhiasan dan baju sutera serta segala persiapan pernikahan.

Selama beberapa hari, Andri berkeliling mengunjungi saudara-saudaranya untuk mengabarkan berita gembira itu. Seminggu kemudian ia kembali ke desa. Tapi yang ditemuinya hanya kabar buruk tentang sakitnya sang calon. Andri bersedia menunggu sampai ia sembuh. Sampai setahun hampir berlalu, penyakit calon istrinya malah semakin parah. Gadis itu kehilangan seluruh rambutnya dan menjadi buta. Ia menolak menikahi Andri dan berpesan pada orang tuanya untuk meminta Andri melupakan dia. Ia mohon agar Andri mencari gadis lain yang layak untuk dijadikan istri.

Tahun demi tahun berlalu, sampai akhirnya Andri mendapatkan calon yang sempurna. Bukan saja ia cantik dan masih muda, tapi juga pencinta buku dan seni. Tak ada rintangan, khitbah pun segera dilangsungkan. Namun malang tak dapat ditolak... tiga hari sebelum pernikahan, gadis itu terjatuh dari tangga dan mati. Sepertinya nasib mengolok-olokkan Andri. Andri menjadi fatalis. Ia tidak lagi peduli pada wanita, ia hanya bekerja dan bekerja. Sekarang ia bekerja di kantor pemerintahan di Yogya. Mengabdikan diri pada tugas dan sama sekali berhenti memikirkan pernikahan. Tapi ia bekerja dengan sangat baik, sehingga atasannya, Hakim Sulaiman, terkesan pada dedikasi dan kesungguhannya... hingga mengusulkan Andri untuk menikahi keponakannya. Pembicaraan itu sangat menyakitkan Andri. "Mengapa Tuan mau menikahkan keponakan Tuan pada saya! Saya terlalu tua untuk menikah." Pejabat itu menasehati Andri tentang keburukan membujang. Lagipula menikah adalah sunnah Rasulullah. Maka Andri menyetujuinya, meskipun ia sama sekali tidak antusias...

Andri benar-benar tidak melihat istrinya sampai pernikahan benar-benar selesai dilangsungkan. Istrinya ternyata masih muda, Andri lega melihatnya. Tingkah lakunya sangat baik dan Andri harus mengakui bahwa ia adalah istri yang sangat baik. Taat, sholihat dan selalu menyenangkan. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak menyukainya. Bila di rumah, istrinya selalu menata rambut dengan cara yang khas, sehingga menutupi pelipis kanannya. Menurut Andri, dengan tata rambut seperti itu istrinya kelihatan sangat cantik, tetapi ia agak heran juga...

Tak kurang dari satu bulan, Andri telah benar-benar jatuh cinta kepadanya. Suatu saat ia bertanya, "Mengapa dinda tidak mengganti gaya rambut sekali-kali? Maksudku, mengapa dinda selalu menyisirnya ke satu arah?" Istri Andri menyibakkan rambutnya dan berkata, "Lihatlah!" Ia menunjuk ke luka di pelipis kanannya. "Bagaimana bisa begitu?" tanya Andri lagi Sang istri menjawab, "Aku mendapatkannya saat berumur tujuh tahun. Ayahku meninggal di kantornya, sedangkan ibu dan abangku meninggal dunia pada tahun yang sama. Kemudian aku dirawat oleh ibu susuku. Kami mempunyai rumah di dekat Gerbang Selatan Yogya, dekat kantor ayahku. Suatu hari, seorang pencuri tanpa alasan apa pun, mencoba membunuhku. Kami sama sekali tidak mengerti, kami tidak pernah punya musuh. Untung ia tidak berhasil membuatku mati, tapi ia meninggalkan luka di kepala sebelah kananku.

Karena itulah aku selalu menutupinya darimu." "Apakah ibu susumu hampir buta?" "Ya. Kok tahu?" "Akulah pencuri itu. Ah, tapi bagaimana mungkin! Semua begitu aneh... Semua terjadi begitu saja, seperti ada yang telah mentakdirkan." Andri kemudian menceritakan semuanya. Bermula dari mimpinya setelah ia sholat istikhoroh, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Istrinya juga bercerita, ketika ia berusia sembilan atau sepuluh tahun, pamannya menemukan ia di Sung-Cheng dan mengambilnya untuk tinggal bersama keluarganya di Shiang-Chow.

Akhirnya mereka menyadari bahwa pernikahan mereka adalah sebuah takdir yang telah digariskan Allah Ta'ala. Andri menangis. Ia malu pada Penciptanya. Malu pada kesombongannya untuk menentang takdir... ...dan pada saat itulah, Andri menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Tapi kenapa ketika ia mendapatkan petunjuk, ia malah mengingkarinya ? Saat itu juga, Andri melakukan sholat taubat. Untuk menjadi mukmin yang baik. Begitulah, kasih sayang di antara mereka kian tumbuh subur...

Setahun kemudian lahirlah anak laki-laki. Istri Andri mendidiknya dengan sangat baik. Setelah dewasa, ia menjadi seorang yang terpelajar. Usahanya di bidang perdagangan maju pesat. Ia sangat penyantun dan terkenal akan kedermawanannya. Ketika sang anak menjadi Gubernur, Andri telah lanjut usia. Anak dan istrinya tetap setia memelihara dan mencintainya. Di tempat mereka pertama kali bertemu, empat belas tahun sebelum pernikahan, anak Andri membangun tempat peristirahatan untuknya.

"Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan, agar sekalian kamu berpikir." (QS 51 : 49).

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."



Read More..

Sepenggal Pengalaman Hidup TKW


Bismillah,

Senangnya hati dapat menginjakkan kaki lagi di negeriku tercinta, Indonesia. Gembira di dada semakin membuncah karena episode baruku diawali dengan umrah bersama dengan orang-orang tercinta dan keluarga besarku, alhamdulillah yaa Rabb.

Tiga hari setelah meninggalkan negeri gajah putih, aku dan keluargaku bertolak ke Jazirah Arab, tempat semua nabi diturunkan. Rute pertama tujuan kami adalah Dubai, negeri yang kaya raya.

Setelah selesai pemeriksaan paspor di bagian imigrasi, kami berjalan menuju pintu (gate) yang dituju. Semakin dekat langkahku menuju pintu masuk ruang tunggu, semakin banyak terlihat sekumpulan wanita muda berkerudung duduk-duduk di lantai. Ya, tentu mereka sudah tak asing lagi kita ketahui. Mereka tak lain dan tak bukan adalah TKW (tenaga kerja wanita) yang siap mengabdikan dirinya berjuang mencari nafkah, mengais rejeki di negeri orang meninggalkan keluarga yang dicintai di tanah air.

Pemandangan ini memang bukan kali pertama, namun setiap kali aku melihat mereka selalu saja ada rasa iba menyapa relung hati. Entahlah, apakah aku yang terlalu berlebihan atau memang sudah selayaknya demikian. Atau mungkinkah ini salah satu dampak dari banyaknya berita suram yang sering aku dengar dan baca dari media massa tentang nasib mereka yang berakhir dengan cacat tubuh akibat siksaan atau pulang kampung hanya tinggal nama?

Aku menuruni tangga menuju musholla di ruang bawah untuk sholat ashar. Dua wanita berwajah polos yang telah usai mengerjakan sholat ashar tersenyum dan menyapaku. “Umroh ya Bu?”, sahut mereka berbarengan. “Iya Mbak”, jawabku. Tanpa membuang kesempatan aku langsung bertanya beberapa hal kepada mereka.

Di ruang tunggu tepat di belakangku, duduk beberapa orang TKW. Hanya sesekali terdengar obrolan dan canda tawa mereka namun sebagian besar lebih memilih berdiam diri saja. Aku mafhum akan kekhawatiran mereka tentang nasib yang tak menentu menanti di depan mata. Bagaimanakah perangai dan watak majikannya kelak? Rasa penasaranku akhirnya terobati setelah berhasil mengajak mereka untuk bercerita.

Aku ikut senang mendengar cerita yang menggembirakan dari mereka. Sebut saja Mbak Siti yang ternyata sudah dua kali jadi TKW. Ia merasa bersyukur mendapatkan majikan yang baik. Ia diperbolehkan umroh setelah delapan bulan bekerja di Saudi.

Begitu juga dengan cerita Mbak Onah (bukan nama sebenarnya). Ia bahkan sudah empat kali bekerja sebagai TKW. Dalam satu rumah ada beberapa keluarga, untunglah ia bekerja dengan beberapa TKW lain bahu membahu mengurusi berbagai hal. Mulai dari urusan cuci, masak, dan semua urusan rumah tangga lainnya sampai mengurusi bayi dan lansia. Ckckck…..aku kagum mendengarnya. Butuh tenaga yang ektra kuat.

Merekalah pahlawan devisa, ajung jempol buat mereka. Tak mudah untuk mempersiapkan diri lahir-batin menghadapi tantangan yang besar di seberang sana dengan status yang banyak dipandang miring oleh banyak orang. Bagiku selalu saja ada rasa tak rela melepas seorang wanita tanpa muhrim pergi merantau jauh dari kasih sayang orang tua atau belaian suami (jika sudah berkeluarga) dalam waktu yang tidak sebentar.

Dari Ibnu Abbas r.a beliau berkata : ....”Seorang laki-laki berdiri lalu berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya istri saya pergi haji, padahal saya ikut dalam sebuah peperangan.” Maka Rasulullah menjawab, “Berangkatlah untuk berhaji dengan istrimu.” Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim.

Semoga ALLOH SWT selalu melindungi kalian, saudari-saudariku seiman. Semoga tak ada lagi cerita suram tentangmu. Semoga hatimu mendapatkan kegembiraan secerah hatiku yang berbunga-bunga dalam perjalanan umroh ini, inshaALLOH.

Wallohua’lam bishshowaab.

Oleh Mira Kania Dewi

Read More..

Amaliyah Gus Dur


Memperingati 100 hari wafat Gus Dur. Duduk di depan makam Gus Dur (KH.Abdurrahman Wahid) dan tokoh-tokoh Tebuireng, Kiai sepuh kharismatik, KH.Maemoen Zubair yang malam itu hadir bersama nyai dalam acara 40 hari wafatGus Dur di Tebuireng, sempat bertanya –seolah-olah kepada diri—mengenai fenomena presiden keempat itu.

Pertanyaan yang juga mengusik pikiran saya dan mungkin banyak orang yang lain. Amaliah Gus Dur apa kira-kira yang membuat cucu Hadhratussyeikh KHM.Hasyim Asy’ari dan KH. Bisri Sansuri itu dihargai dan dihormati orang sedemikian rupa setelah kemangkatannya. Penghormatan yang belum pernah terjadi pada orang lain, termasuk presiden maupun kiai.

Pers dunia tidak hanya memberitakan kewafatannya, tapi menulis tentang diri Gus Dur. Di saat pemakaman, keluarga ; masyarakat; dan pemerintah; seperti ‘berebut’ merasa paling berhak menghormatinya. Dan ternyata pemakaman Kiai Bangsa ini bukanlah penghormatan terakhir. Rombongan demi rombongan dari berbagai pelosok tanah air, setiap hari berdatangan di makamnya. Bahkan banyak peziarah yang memerlukan datang dari luar negeri. Mereka semua datang dengan tulus menangisi dan mendoakannya. Sebagian malah ada yang memohon maaf kepada Gus Dur atas kesalahannya; termasuk seorang ibu yang menangis memohon maaf karena tahun 2004 tidak memilih PKB.

Di samping acara-acara doa bersama untuk Gus Dur, berbagai acara untuk mengenang dan menghormati almarhum diselenggarakan dimana-mana. Ada yang bersifat ritual keagamaan; ada yang dikemas dalam bentuk pengajian umum, saresehan, kesenian, dlsb. Acara-acara itu tidak hanya diselenggarakan oleh kalangan Pesantren, Nahdliyin, kaum muslimin; tapi juga oleh kalangan agama-agama dan etnis lain. Dalam rangka peringatan 40 hari wafatnya, di mana-mana pun orang menyelenggarakan acara khusus. Tidak hanya di Tebuireng dan Ciganjur Saya sendiri dapat sembilan undangan dalam rangka yang sama.

Saya mendatangi undangan Gus Sholahuddin Wahid dan keluarga Bani Wahid di Tebuireng. Menyaksikan ribuan warga masyarakat yang mulai pagi hari sudah berdatangan menuju komplek Pesantren dimana terletak makam Gus Dur. Rahmat Allah berupa hujan, mengguyur Tebuireng dan sekitarnya. Saya menyaksikan sekian banyak orang ber-basah-basah berjalan dari tempat-tempat kendaraan mereka di parkir –yang jaraknya berkisar antara 3 sampai 5 km—menuju ke makam. Saya menyaksikan di samping tempat-tempat parkiran, tukang-tukang ojek dadakan, juga warung-warung baru. Semuanya itu tentu untuk melayani para peziarah.

Dan malam itu, ribuan umat duduk khidmat di sekitar makam untuk berdzikir dan berdoa. Renyai hujan seolah-olah ikut mengamini doa mereka. Saya mendengar kabar, hal yang kurang lebih sama juga terjadi di Ciganjur.

Kembali ke pertanyaan Kiai Maemoen di atas. Ketika Gus Dur ke rumah saya di Rembang, seminggu sebelum wafat, beliau ada menceritakan mimpi saudaranya. Mimpi, yang menurut saudaranya itu, aneh dan ingin ditolaknya. Saudaranya itu bermimpi berada dalam jamaah salat. Termasuk yang ikut menjadi makmum adalah Hadhratussyeikh KHM. Hasyim Asy’ari dan yang menjadi imam … Gus Dur. Barangkali untuk menghilangkan kekecewaan saudaranya yang tampak kurang senang Mbah Hasyim kok makmun Gus Dur meski hanya dalam mimpi, Gus Dur pun berkata menafsiri mimpinya itu: “Ya kalau soal akhlak dan agama, imamnya memang harus Hadhratussyeikh; tapi kalau soal politik, imamnya ya saya.”

Tapi tentu saja bukan karena ‘politik’nya, Gus Dur mendapat penghargaan dan penghormatan yang begitu fenomenal dari umat. Apalagi pada saat dunia politik cemar dan memuakkan seperti sekarang ini. Lalu, apakah karena ‘amaliyah pluraliyah’-nya? Tentu bukan juga. Sebab kalau karena ini, bagaimana kita menjelaskan tentang banyaknya kiai yang juga merasa sangat kehilangan dengan wafatnya Gus Dur dan dengan tulus mendoakannya, padahal mereka tidak paham atau tidak setuju pluralisme?

Ataukah fenomena itu hanya sekedar pengejawentahan dari rasa kesal masyarakat terhadap umumnya pemimpin yang masih hidup, yang tidak jujur (lain di mulut, lain di perbutan), dan tidak konsisten memikirkan dan berpihak kepada rakyat?

Menurut saya sendiri; Gus Dur dihargai dan dicintai beragam orang, karena Gus Dur menghargai keberagaman dan mencintai beragam orang. Gus Dur dihormati orang secara tulus, karena Gus Dur tulus menghormati orang. Gus Dur bersemayam di hati orang banyak, karena orang banyak selalu berada di hati Gus Dur. Gus Dur, setahu saya, sering dan banyak berbeda dengan orang, tapi tidak pernah benci kepada mereka yang berbeda, bahkan kepada yang membencinya sekalipin. Gus Dur tidak hanya mengenal persaudaraan kepartaian; persaudaraan ke-NU-an; persaudaraan keIslaman; persaudaraan keseimanan; persaudaraan keIndonesiaan; tapi lebih dari itu juga persaudaraan kemanusiaan. Dan itu amaliyah. Bukan sekedar ucapan. Wallahu alam.

KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar
Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.



Read More..