Wednesday, May 2, 2012

Menasehati dengan Cinta

Assalamu alaikum wr wb Bismillah hirRohman nirRohim Pertama, nasihat apa pun yang diberikan harus dengan niat yang benar. Tidak diragukan lagi bahwa nasihat yang tulus tidak muncul dari niat untuk mempermalukan orang yang berbuat salah. Artinya, memperbaiki kesalahan tidak muncul dari sikap merasa benar sendiri. Alasannya sederhana. Jika sebuah nasihat muncul dari sikap merasa benar sendiri, maka nasihat itu tidak lagi tulus. Ibadah yang tulus adalah ibadah yang semata-mata sebagai pengabdian yang ikhlas karena Allah, bukan karena niat lain. Ketika seseorang merasa lebih baik dari seseorang yang berbuat salah, maka ketulusan pengabdian seseorang menjadi sirna, karena nasihatnya kepada orang lain hanya ditujukan untuk memuaskan rasa lebih unggul secara moral ketimbang orang lain, bukan karena Allah semata. Ketika nasihat tersebut diberikan secara tulus, siapa pun yang dinasihati akan mudah menerimanya dan menggunakannya untuk memperbaiki diri. Pasalnya, ketulusan selalu mengiringi cinta, dan cinta hampir selalu menghasilkan kepatuhan. Ini hukum dalam dunia spiritual. Oleh karena itu, ketika seseorang yang dicintai memberikan nasihat, nasihat tersebut akan mudah diterima dan diikuti. Cinta membuat orang ingin mengikuti apa yang dinasihatkan, entah nasihat itu diminta atau tidak. Hanya dalam suasana penuh cinta, perbaikan akan benar-benar diperhatikan. Hanya dalam lingkungan penuh cinta, perintah kepada kebaikan dan larangan terhadap kejahatan bisa efektif. Di sini kita mulai memahami rahasia mengapa para sahabat bisa segera meninggalkan kebiasaan dan perilaku buruk mereka setelah mendengar perintah Nabi. Rahasianya adalah kecintaan mereka kepada Rasulullah dan kepercayaan mereka kepadanya. Cinta kepada Nabi saw. membuat hal itu bisa terjadi sehingga sikap moral mereka mengalami perbaikan. Nabi saw. mengilhami kecintaan yang begitu besar kepada para pengikutnya, sehingga perintah beliau bisa bertahan sepanjang generasi, bahkan jauh melampaui generasi sahabat, tabiin, dan tabiit tabiin. Generasi mereka merupakan tiga generasi yang digambarkan Nabi saw. sebagai generasi-generasi terbaik. Jadi, ketika Nabi saw. bersabda, ?Suruhlah orang kepada kebaikan dan laranglah orang dari kejahatan,? cinta dan iman menjadi kunci yang membuka hati orang untuk mengubah perilakunya dan mengikuti perintah Tuhan. Cinta, iman, dan rasa hormat harus tertanam dalam diri seseorang, jika kita menghendaki sebuah nasihat yang efektif. Ketika tidak ada rasa cinta dalam hati, semua upaya untuk memerintahkan kebaikan dan melarang keburukan tidak akan berhasil. Nabi saw. memberikan syarat kedua yang membatasi upaya memerintahkan kebaikan dan mencegah kejahatan dengan perkataannya, ?hingga kamu menyaksikan orang jahat dipatuhi, hawa nafsu diikuti, dan dunia diutamakan.? ?Orang jahat? adalah terjemahan dari kata ?syuhh? yang berarti orang yang sangat jahat (fusûq) dan menyimpang, dan oleh sebab itu, menurut kategorisasi Alquran termasuk dalam kelompok ?orang yang disesatkan?. Orang semacam itu tidak percaya kepada Tuhan, dan tidak tunduk kepada hukum Tuhan, atau hukum Islam, yaitu syariat. Ketika orang jahat itu menjadi panutan, masyarakat benar-benar telah terjerumus ke dalam kehidupan yang menyimpang. Dalam kondisi semacam itu, nasihat apa pun tak akan dihiraukan. Jadi, perintah dalam hadis untuk ?menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kejahatan? ada batasnya. Menurut Nabi saw., ayat Alquran tersebut menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh orang beriman pada saat seperti masa kita sekarang. Jagalah Dirimu! Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu jika kamu telah mendapat petunjuk. (Q 5:105) Karena tidak mengerti dengan maksud ayat tersebut, seorang sahabat, Abû Umayyah al-Sya?bânî, bertanya kepada Abû Tsa?labah al-Khasynî, ?Apa yang harus aku perbuat dengan ayat ini?? Lalu Abû Tsa?labah mengunjungi Nabi saw. untuk meminta penjelasan tentang penafsiran ayat itu. Nabi saw. menjelaskan: Suruhlah orang kepada kebaikan dan larang mereka dari kejahatan, hingga engkau menyaksikan orang jahat dipatuhi, hawa nafsu diikuti, dan dunia diutamakan. (Ketika itu terjadi) setiap orang akan bangga dengan pendapatnya masing-masing dan tidak suka diperintah orang lain. Pada saat itu, engkau harus menjaga dirimu sendiri dan mengabaikan masyarakat banyak dan yang mengikuti mereka. Karena sesungguhnya, pada hari-hari selanjutnya akan datang suatu masa yang menuntut keteguhan hati. Pada saat itu, siapa yang kokoh dalam kesabaran layaknya orang yang menggenggam bara api. Balasan mereka saat itu sebanding dengan balasan 50 orang yang melakukan hal serupa (saat ini).[1] Ketika menafsirkan ayat di muka, Nabi memberikan nasihat penting untuk masa kita sekarang ini. Beliau mengingatkan kita untuk menjaga keselamatan diri sendiri. Inilah tanggung jawab yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Ayat Alquran berikut juga menggemakan pesan yang sama: Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Q 66:6) Artinya, sebagai orang beriman, pertama-tama kita harus memikirkan nasib kita sendiri berkaitan dengan perbuatan kita, dan tidak perlu memikirkan perbuatan orang lain. Perintah untuk memelihara diri sendiri tidak berarti bahwa kita tidak perlu memberi nasihat kepada orang lain. Jika tidak, maka itu akan bertolak belakang dengan makna yang sangat gamblang dari ungkapan, ?suruhlah orang kepada kebaikan dan laranglah orang dari kejahatan,? yang diulang berkali-kali dalam Alquran. Meskipun demikian, ada beberapa faktor yang menjadi syarat pelaksanaannya. Menurut penjelasan Nabi, ?Jagalah dirimu!? maksudnya janganlah terlibat dalam perselisihan tak bermanfaat, bercekcok, dan mengeluh. Ketika kamu ?melihat orang jahat ditaati,? tidak akan ada yang berubah. Tidak akan ada orang yang mau mendengarkanmu, karena pada masa penuh kebingungan dan penyimpangan itu, hanya ada segelintir orang dalam masyarakat yang akan menerima ajakan berbuat baik dan larangan berbuat buruk. Orang-orang pada masa semacam itu tidak akan peduli dengan nasihat, dan mereka tak bisa lagi diperbaiki, seperti halnya umat Nabi Nûh. Di samping itu, Nabi saw. juga memberi batasan terhadap upaya menyuruh kepada kebaikan dan melarang kejahatan dengan syarat lainnya, ?hingga kamu menyaksikan dunia diutamakan.? Artinya, kita harus menyuruh kepada kebaikan dan melarang kejahatan hingga kehidupan dunia benar-benar sangat kuat pengaruhnya dan orang semakin mencintainya, membelakangi Tuhan, berpegang pada kehidupan dunia meskipun dunia akan runtuh dan binasa, dan lalai terhadap kehidupan akhirat. Kondisi semacam itu akan menghalangi kekuatan perintah terhadap kebaikan dan menciptakan dinding yang menghambat pelaksanaan perintah tersebut. Untuk memahami bagaimana batasan itu berlaku pada masa ini, cermatilah perbedaan antara masa ketika Alquran diwahyukan dan masa sekarang. Pada masa Nabi, ?Umar memberikan separuh harta miliknya kepada Nabi saw., dan Abû Bakr memberikan semua harta miliknya. Ketika Nabi saw. bertanya kepadanya tentang apa yang ia sisakan untuk keluarganya, Abû Bakr menjawab, ?Allah dan Nabi-Nya.? Allah dan Nabi-Nya sudah cukup bagi para sahabat untuk mendorong kedermawanan mereka, karena mereka beribadah hanya untuk Allah semata. Sikap Abû Bakr dan ?Umar yang tidak terpedaya oleh kekayaan duniawi sangat bertolak belakang dengan sikap orang zaman sekarang ini yang berpegang erat-erat pada kekayaan mereka. Dewasa ini manusia sibuk mengejar kehidupan duniawi; membangun rumah yang lebih megah, menambah jumlah saldo tabungan, memiliki lebih banyak mobil mewah, dan sebagainya. Kini, manusia (terutama orang-orang kaya) tidak sudi mengeluarkan hartanya untuk disumbangkan, meskipun sedikit saja. Mereka bahkan lalai membayar zakat, kewajiban atas setiap muslim sebagai bentuk penyucian harta. Setiap orang mencintai dunia sedemikian besar hingga menjadikannya sebagai tujuan hidup. Sebenarnya, setiap saat dunia dapat musnah dan binasa. Hadis di muka berlanjut dengan ungkapan, ?dan hendaklah kalian mengabaikan masyarakat banyak dan yang mengikuti mereka.? Pada masa-masa penuh kekacauan, kita tidak perlu terlibat dalam kebingungan yang menjerat masyarakat. Jangan pedulikan berbagai organisasi, baik berlabel Islam atau bukan, yang berdebat dan mengkritik satu sama lain, dan hanya menciptakan persoalan baru. Orang-orang Islam datang ke negeri ini untuk mencari penghidupan dan perlindungan, bukan untuk mengacaukan masyarakat. Inilah satu-satunya jalan yang insya Allah bisa menyelamatkan diri kita dan orang-orang yang kita cintai. Hadis tersebut juga menyebutkan, ?Karena sesungguhnya, pada hari-hari selanjutnya akan datang suatu masa yang menuntut keteguhan hati.? Artinya, orang-orang kebanyakan harus memiliki kesabaran yang luar biasa. Di samping itu, tidak akan ada perubahan kecuali yang Allah kehendaki, seperti firman Allah dalam ayat berikut: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q 13:11) Para pemimpin Islam tidak dapat mengubah kondisi masyarakatnya karena mereka tidak mengabdi kepada Allah secara ikhlas. Sebaliknya, mereka justru bekerja untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka hanya menginginkan status pribadi dan kedudukan politik. Inilah kenyataan yang sedang kita hadapi saat ini di berbagai, jika bukan seluruh, komunitas Islam, bukan hanya di satu negara, tapi di seluruh dunia. Meskipun demikian, hadis tersebut menawarkan kepada kita obat untuk menyembuhkan penyakit itu. Dikatakan, ?mereka yang kokoh dalam kesabaran akan menjadi seperti orang yang menggenggam bara api.? Menggenggam bara api, yaitu berpegang teguh pada agama dan keimanan, merupakan pertanda kesehatan spiritual pada masa-masa seperti itu. Bara tersebut akan menghanguskan daging kita. Namun, ungkapan metaforis tentang hangusnya daging akibat kesabaran kita merupakan satu-satunya obat yang dapat menyembuhkan penyakit yang menjangkiti diri kita pada masa modern ini. Kita mungkin masih bertanya-tanya bagaimana kita bisa sampai pada kondisi semacam itu. Bagaimanapun, belum terlalu lama berselang, ilmu tertinggi adalah pengetahuan tentang Allah, Nabi dan Kitab-Nya. Di negeri-negeri Islam, pendidikan terbaik adalah pendidikan tentang Islam, dan tentu kurikulum utama semua pendidikan adalah pengetahuan keislaman. Kondisi ini berlangsung hingga dua atau tiga abad yang lampau. Selama masa-masa itu, apakah orang-orang saat itu berbeda dengan orang-orang zaman sekarang? Apakah mereka tidak menjalani hidup, makan, dan minum seperti kita? Apakah mereka tidak hidup bahagia dan senang seperti kita sekarang? Mereka melakoni hidup hingga jangka waktu tertentu dan kemudian meninggal dunia seperti halnya manusia sekarang. Semua orang akan merasakan kematian; tidak ada yang hidup kekal di dunia. Manusia zaman sekarang juga makan, minum, dan berkeluarga dan akhirnya meninggal dunia. Mungkinkah manusia menjadi ingkar kepada Tuhannya hanya karena kenyamanan kehidupan dunia modern; karena kran yang menyalurkan air ke dalam rumah, ketersediaan listrik dan pengatur udara? Lantas, apa sebenarnya yang berbeda antara abad ke-6 dan abad ke-21? Nabi saw. menjelaskan, ?setiap orang akan bangga dengan pendapatnya masing-masing.? Artinya, setiap orang senang dengan pendapatnya sendiri sehingga ia tidak mengakui bahwa pendapat orang lain mungkin juga berharga atau benar. Pada masa lalu, ketika seorang ulama memberikan pelajaran, tak akan ada seorang pun muridnya yang mengajukan protes atau mempertanyakan pelajaran yang diberikan. Mereka hanya akan mencatat dan mengingatnya. Mereka mungkin akan bertanya untuk minta penjelasan, tetapi berdebat dengan guru tidak diperkenankan. Bandingkan pendekatan tradisional itu dengan sistem pendidikan modern sekarang. Dalam setiap kelas atau pelajaran kita temukan pendapat yang berbeda sebanyak jumlah orang di dalam kelas. Ini berlaku bukan hanya dalam sebuah institusi pendidikan, namun pula pada institusi lain. Di berbagai forum, orang berkumpul untuk mengemukakan pendapat mereka dan terlibat dalam sebuah perdebatan, di mana masing-masing berkata kepada yang lain, ?Anda keliru!? sambil menilai pendapatnya sebagai satu-satunya yang paling benar. Orang saling berdebat, berargumen, dan akhirnya bertikai karena tak ada yang menyetujui sebuah pendapat yang kelihatannya akan menyingkirkan pendapatnya sendiri. Bahkan, seorang anak merasa bahwa dirinya lebih tahu ketimbang orang tuanya, dan tidak ada yang mau mengubah pendapatnya. Seorang suami tidak bisa menerima pendapat istrinya, dan begitu pula sebaliknya. Tak ada orang yang mau mendengar pendapat orang lain. Di mana-mana kita menemukan sikap keras kepala dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan sosial-politik. Perwujudan paling nyata dari prediksi Nabi bisa kita saksikan sehari-hari: talk show di televisi. Dua orang yang memiliki pendapat bertolak belakang tentang sebuah persoalan ditampilkan dalam sebuah perdebatan di mana para pemirsa diharapkan dapat sampai pada kesimpulan yang berimbang. Dengan menonjolkan perbedaan, bukan mencari titik persamaan, perdebatan argumentatif semakin meningkat, sedangkan solusi semakin menipis. Belum lagi dengan banyaknya pandangan yang dilontarkan oleh para hadirin, yang semakin menjauhkan pemirsa dari kesimpulan atau kesadaran yang bermakna. Penyajian dua pendapat yang sangat bertolak belakang itu tidak memberi tempat sedikit pun bagi sebuah diskusi atau pendekatan yang masuk akal, sehingga para pemirsa semakin bingung dan putus asa. Cermati kembali perkataan Nabi bahwa orang ?tidak suka diperintah orang lain.? Artinya, ketika seorang pemimpin memberi perintah, perintahnya tak akan diikuti. Orang justru akan menentangnya. Jika seseorang mengangkat seorang pemimpin atau amir, dan mengucapkan sumpah setia (baiat), tetapi kemudian tidak menaati perintahnya, mengapa mereka mengangkatnya sebagai pemimpin mereka? Mengapa mereka mengangkat seorang pemimpin dan kemudian menentangnya? Nabi saw. mengatakan kepada kita bahwa aturan dan perintah pemimpin akan ditolak sehingga masyarakat mengalami kekacauan. Tak ada lagi sikap hormat kepada pemimpin, tak ada lagi perlindungan terhadap hak seseorang, dan tak ada orang yang mengajukan keberatan terhadap kondisi tersebut. Jika seseorang merampas uang atau harta kita, kita tak bisa mengambilnya kembali. Jika seseorang menyerang kita, kita tak bisa melindungi diri. Pada saat itu, kita tak dapat mengubah keadaan yang menimpa orang-orang lemah dan miskin, yang papa dan tak berdaya. Tiada yang bisa dilakukan untuk membantu mereka, karena yang kuat menguasai yang lemah. Hukum rimba telah berlaku. Akhirnya, Nabi saw. berkata, ?Balasan bagi mereka yang mampu berpegang teguh pada kesabaran saat itu sebanding dengan balasan 50 orang yang mengikuti jalanku dan berbuat seperti yang aku perbuat.? Artinya, siapa pun yang dalam kondisi semacam itu dengan tetap menggenggam erat sunah Nabi, dan bersabar dalam memelihara diri dan keluarganya akan memperoleh balasan yang sebanding dengan ibadah 50 orang saleh; seperti salat, puasa, zakat, haji, berdoa, dan bekerja ikhlas karena Allah. Orang-orang Islam yang menjaga keluarga mereka agar tetap berada di jalan kesalehan dan tak terlibat dalam konflik sosial di sekeliling mereka akan memperoleh balasan seperti itu. Kini, penafsiran Nabi terhadap ayat dari surah al-Mâ?idah itu semakin jelas bagi kita. Dengan sangat mengagumkan, beliau telah memprediksi situasi saat ini, ketika orang-orang dan ideologi yang menyimpang akan menjadi panutan. Beliau memprediksi bagaimana setiap orang akan sangat fanatik dengan pendapatnya, bagaimana aturan dan perintah pemimpin akan diabaikan, dan bagaimana kekacauan akan mengancam masyarakat. Beliau memprediksi bahwa para pemimpin masyarakat Islam akan meninggalkan kewajiban berbuat baik, dan secara terang-terangan akan memerintahkan hal-hal yang dilarang Allah, atau setidaknya mencampuradukkan yang halal dan yang haram, sehingga semakin menambah kekacauan dalam kehidupan sosial. Jadi, ketika Nabi saw. bersabda bahwa akan datang suatu masa ketika orang-orang jahat menjadi panutan dan orang-orang akan mengikuti mereka dengan penuh semangat dan nafsu, kita menyaksikan bahwa sabdanya telah terbukti saat ini. Wa min Allah at tawfiq Read More..

Yang Hendaknya Dipikirkan Manusia

Sejak awal, kami telah menekankan pentingnya berpikir, manfaat-manfaatnya bagi manusia dan sarana yang membedakan manusia dari makhluk lain. Kami telah menyebutkan pula sebab-sebab yang menghalangi manusia dari berpikir. Semua ini mempunyai tujuan utama mendorong manusia untuk berpikir dan membantu mereka mengetahui tujuan penciptaan dirinya; serta agar manusia mengagungkan ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas. Di halaman-halaman berikutnya, kami akan mencoba menjelaskan bagaimana orang yang beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu yang dijumpainya sepanjang hari dan mendapatkan pelajaran dari peristiwa-peristiwa yang ia saksikan; bagaimana ia seharusnya bersyukur dan menjadi semakin dekat kepada Allah setelah menyaksikan keindahan dan ilmu Allah di segala sesuatu. Sudah pasti apa yang disebutkan di sini hanya mencakup sebagian kecil dari kapasitas berpikir seorang manusia. Manusia memiliki kemampuan untuk setiap saat (dan bukan setiap jam, menit atau detik, tapi satuan waktu yang lebih kecil dari itu, yakni setiap saat) dalam hidupnya. Ruang lingkup berpikir manusia sedemikian luasnya sehingga tidak mungkin untuk dibatasi. Oleh karena itu, uraian di bawah ini bertujuan untuk sekedar membukakan pintu bagi mereka yang belum menggunakan sarana berpikir mereka sebagaimana mestinya. Perlu diingat bahwa hanya mereka yang berpikir secara mendalam lah yang mampu memahami dan berada pada posisi lebih baik dibandingkan makhluk lain. Mereka yang tidak dapat melihat keajaiban dari peristiwa-peristiwa di sekitarnya dan tidak dapat memanfaatkan akal mereka untuk bepikir adalah sebagaimana diceritakan dalam firman Allah berikut: "Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah, 2: 171) " Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raaf, 7: 179) "Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-Furqaan, 25: 44) Hanya mereka yang mau berpikir yang mampu melihat dan kemudian memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta keajaiban dari obyek dan peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Mereka mampu mengambil sebuah kesimpulan berharga dari setiap hal, besar ataupun kecil, yang mereka saksikan di sekeliling mereka. •Ketika seseorang bangun dari tidurnya di pagi hari Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir. Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya. Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah: "Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS. Al-Furqaan, 25: 47) Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang hal yang lebih penting ini. Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas, berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya. Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di daerah tempat tinggalnya. Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh, bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan yang diberikan-Nya. Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang lebih baik di akhirat. Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah. Sebelum segala sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan yang baik bagi orang-orang yang beriman: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19) •Bagaimana kelemahan manusia mendorong seseorang untuk berpikir? Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang kelemahan dirinya. Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh. Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan keburukan wajah mereka semasa masih muda. Pada umumnya, manusia yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas oleh Allah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang kepada Allah. Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala kelemahan. Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya, bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran darinya. Bagaimana beberapa karakteristik tubuh manusia membuat anda berpikir? Ketika melihat diri sendiri di dalam cermin, seseorang berpikir tentang berbagai hal yang sebelumnya tak pernah muncul dalam benaknya. Sebagai contoh: bulu mata, alis, tulang belulang dan gigi-giginya tidak tumbuh memanjang terus menerus. Dengan kata lain, di bagian tubuh dimana pertumbuhan anggota badan yang terus menerus akan menjadi sesuatu yang menyusahkan dan menghalangi pandangannya, maka anggota tubuh tersebut berhenti tumbuh. Sebaliknya, rambut yang kelihatan indah jika tumbuh memanjang, tidak berhenti tumbuh. Disamping itu, ada keseimbangan yang sempurna dalam pertumbuhan tulang-belulang. Misalnya tulang anggota bagian atas tidak akan tumbuh memanjang begitu saja sehingga menyebabkan badan kelihatan lebih pendek. Semua tulang ini berhenti pada saat tertentu seakan-akan tiap-tiap tulang tersebut tahu seberapa panjang mereka harus tumbuh. Sudah barang tentu, semua yang telah disebutkan di sini terjadi akibat dari reaksi-reaksi fisika dan kimia yang terjadi dalam tubuh. Orang yang merenungkan hal ini akan juga bertanya-tanya bagaimana reaksi-reaksi ini terjadi. Siapa yang memasukkan hormon-hormon dan enzim-enzim yang bertanggung jawab atas pertumbuhan ke dalam tubuh sesuai dengan dosis yang dibutuhkan? Dan siapakah yang mengontrol kadar dan waktu sekresi dari hormon dan enzim tersebut? Tidak dapat dipungkiri bahwa mustahil untuk mengatakan bahwa ini semua terjadi secara kebetulan. Tidaklah mungkin sel-sel atau atom-atom pembentuk manusia yang tidak mempunyai kesadaran tersebut melakukan hal yang demikian dengan sendirinya. Ini adalah bukti bahwa fenomena tersebut terjadi karena kekuasaan Allah yang menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. •Ketika dalam perjalanan Setelah bangun tidur dan bersiap-siap di pagi hari, orang-orang kemudian berangkat ke kantor, sekolah atau melakukan pekerjaan mereka di luar rumah. Bagi orang yang beriman, keberangkatan ini adalah awal dari melakukan amal kebaikan yang mendatangkan ridha Allah. Ketika meninggalkan rumah dan bepergian ke luar, seseorang akan menjumpai banyak hal yang dapat ia pikirkan, misalnya ribuan manusia, kendaraan, pohon, besar dan kecil, dan beragam hal yang terdapat di banyak tempat. Dalam hal ini, pandangan orang yang beriman sudah jelas, yakni bahwa ia berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari yang ia jumpai di sekelilingnya. Ia memikirkan tentang sebab-sebab dari peristiwa-peristiwa yang ada. Karena apa yang sedang ia saksikan terjadi dengan pengetahuan dan kehendak Allah, maka pasti ada sebuah makna di balik peristiwa atau pemandanga itu. Karena Allah lah yang memampukannya untuk pergi ke luar rumah serta meletakkan semua pemandangan ini di depan matanya, maka sudah pasti dari pemandangan-pemandangan tersebut ada yang mesti dilihat dan dipikirkan. Sejak bangun tidur, ia bersyukur kepada Allah yang telah memberinya umur satu hari lagi di dunia yang dapat digunakannya sebagai modal untuk mendapatkan pahala dari Allah. Kini, ia tengah memulai perjalanan yang dapat mendatangkan pahala baginya. Menyadari hal ini, ia teringat akan firman Allah:"Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan", (QS. An-Naba', 78 :11). Berpedomankan ayat tersebut, ia membuat rencana tentang bagaimana menghabiskan waktunya di siang hari dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak hanya bermanfaat untuk orang lain akan tetapi juga mendatangkan ridha Allah. Ketika berada dalam mobilnya atau di atas kendaraan apapun dengan pola pikir yang demikian, ia pun kembali bersyukur kepada Allah. Tidak menjadi masalah, betapapun jauhnya jarak perjalanan yang harus ia tempuh, ia masih memiliki sarana untuk pergi ke sana. Untuk memudahkan manusia, Allah telah menciptakan beragam sarana transportasi untuk membantu manusia dalam melakukan perjalanan. Bahkan kemajuan teknologi saat sekarang telah menyediakan sarana transportasi baru berupa mobil, kereta api, pesawat terbang, kapal laut, helikopter, bus Ketika merenungkan hal ini, seseorang akan kembali teringat: Allah lah yang telah menciptakan teknologi untuk membantu manusia. Setiap hari, para ilmuwan membuat penemuan-penemuan dan inovasi-inovasi baru yang dapat memudahkan hidup kita. Mereka menghasilkan ini semua melalui sarana yang diciptakan Allah di bumi. Seseorang yang memikirkan tentang masalah tersebut akan menikmati perjalanannya sambil bersyukur kepada Allah atas kemudahan yang diberikan kepadanya. Dalam perjalanan menuju tempat tujuan, ia menyaksikan tumpukan sampah dengan bau yang tak sedap, tempat-tempat kumuh di sepanjang jalan. Hal ini menimbulkan beragam pikiran dalam benaknya: Ketika masih berada di dunia, Allah telah memberikan informasi kepada kita yang membantu kita memperoleh gambaran tentang surga dan neraka; atau mengira-ngira keadaan kedua tempat ini dengan menggunakan perbandingan. Tumpukan sampah, bau yang tidak sedap dan daerah-daerah kumuh dapat menimbulkan stres atau tekanan dalam jiwa seseorang. Tak seorangpun ingin tinggal di tempat tersebut. Keadaan ini mengingatkan seseorang tentang neraka dan ayat-ayat yang mengisahkan neraka. Di banyak ayat-ayat Al-Qur'an Allah telah menceritakan segala sesuatu yang tidak menyenangkan, gelap serta menjijikkan tentang neraka: Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (QS. Al-Waaqi'ah, 56:41-44) "Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan, melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak" (QS. Al-Furqaan, 25:13-14) Dengan memikirkan ayat-ayat di atas, orang tersebut berdoa agar Allah menjauhkannya dari siksa neraka dan mengampuni segala kesalahannya. Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan cara berpikir yang demikian akan menghabiskan waktunya dengan menggerutu, kesal dan selalu mencari kambing hitam dari setiap permasalahan. Ia marah sekali kepada orang-orang yang menumpuk sampah tersebut dan pihak pemerintahan daerah setempat yang terlambat untuk mengumpulkan dan membuangnya. Sepanjang hari pikirannya disibukkan dengan hal-hal seperti: jalan raya yang penuh dengan lubang; orang-orang yang menyebabkan lalu lintas macet; badannya yang basah kuyup kehujanan akibat ulah badan meteorologi yang salah dalam memperkirakan cuaca; cemoohan kasar dari bossnya, dan lain sebagainya. Namun, pikiran yang sia-sia ini tidaklah bermanfaat dalam kehidupan akhiratnya nanti. Seseorang mungkin berhenti sejenak kemudian berpikir apakah ia seharusnya menghiraukan banyak hal. Sungguh, banyak orang mengatakan bahwa alasan utama yang mencegah mereka dari berpikir adalah segala kesibukan yang mengharuskan mereka bekerja keras terus-menerus di dunia. Mereka berdalih bahwa mereka tidak mampu berpikir karena sibuk dengan masalah pangan, perumahan dan kesehatan. Akan tetapi ini hanyalah sekedar alasan untuk mengelak. Tanggung jawab dan kondisi tersebut tidak ada hubungannya dengan berpikir sebagaimana yang dikehendaki di sini. Seseorang yang berusaha untuk berpikir dalam rangka mencari ridha Allah akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Ia akan melihat bahwa, seiring dengan bergantinya hari, beragam persoalan yang biasanya menjadi masalah baginya satu demi satu terselesaikan; hingga ia dapat meluangkan waktu untuk berpikir dan berpikir lagi. Hanya orang-orang yang beriman sajalah yang sadar, paham dan mengalami hal yang demikian. •Bagaimana dunia yang berwarna-warni mendorong seseorang berpikir? Masih dalam perjalanannya, ia terus berusaha melihat keajaiban dari ayat-ayat ataupun ciptaan Allah di sekitarnya, dan memuji Allah ketika memikirkan ini semua. Ketika melihat ke luar melalui jendela mobilnya, ia menyaksikan dunia yang penuh dengan beragam warna. Lalu ia pun berpikir: "Bagaimana segala sesuatu akan terlihat seandainya dunia ini tidak berwarna?" Lihatlah gambar-gambar di bawah dan anda pun mulai berpikir. Apakah kenikmatan yang kita rasakan dari memandang laut, pegunungan atau bunga yang tidak berwarna sebanding dengan sebagaimana yang anda lihat sekarang? Apakah pemandangan langit, buah, kupu-kupu, pakaian dan wajah-wajah manusia sebagaimana yang terlihat oleh anda sekarang memberikan kepuasan? Adalah nikmat dari Tuhan bahwa kita hidup di sebuah dunia yang cerah ceria dan memiliki beragam warna. Setiap warna yang kita lihat di alam, keseimbangan yang sempurna dari warna-warna makhluk hidup, semuanya adalah tanda-tanda tentang karya cipta dan seni khas Allah yang tak tertandingi. Beragam warna dari bunga atau burung; dan keharmonisan atau corak yang anggun antara warna-warna yang ada; bahwa tak satupun warna di alam ini yang mengganggu penglihatan kita; warna lautan, langit, pohon-pohon yang demikian serasi sehingga menimbulkan kedamaian dan tidak melelahkan mata kita, semua ini menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah. Dengan merenungkan beberapa fenomena tersebut, seseorang akan paham bahwa setiap sesuatu yang ia lihat di sekelilingnya adalah hasil dari ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas dan absolut. Setelah sadar akan segala nikmat yang Allah anugerahkan ini, ia pun menjadi hamba yang takut kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur. Dalam Al-Qur'an, Allah mengisahkan fenomena warna-warna, dan berfirman bahwa hanya mereka yang memiliki pengetahuan, yakni mereka yang menyelami lebih jauh dengan berpikir dan menarik kesimpulan serta pelajaran dari fenomena ini lah yang memiliki rasa takut kepada Allah: "Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (QS. Faathir, 35: 27-28). •Bagaimana sebuah mobil jenazah yang melintas di jalan mendorong seseorang untuk berpikir? Seseorang yang sedang bergegas menuju ke suatu tempat secara tiba-tiba berpapasan dengan mobil jenazah. Sungguh ini adalah kesempatan yang baik untuk berhenti sejenak dan menenangkan diri. Pemandangan yang ia temui mengingatkannya akan kematian. Suatu hari ia juga akan berada di mobil jenazah itu. Tiada keraguan tentang terhadapnya, tak peduli seberapa besar usaha untuk menghindarinya, cepat atau lambat kematian pasti akan datang menghampirinya. Tak peduli apakah ia sedang berada di tempat tidurnya, ketika dalam perjalanan, atau ketika berlibur, ia pasti akan meninggalkan dunia ini. Kematian adalah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Di saat yang demikian, seorang mukmin teringat akan ayat Allah berikut: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada Tuhannya." (QS. Al-Ankabuut, 29: 57-59). Keyakinan seseorang bahwa jasadnya akan juga dimasukkan dalam peti mati, ditimbun tanah oleh kerabatnya, namanya akan diukir diatas kuburan, akan menghilangkan kecintaannya kepada dunia. Seseorang yang dengan ikhlas dan secara sadar berpikir tentang hal ini paham bahwa tidaklah masuk akal untuk mengklaim kepemilikan tubuh yang suatu hari akan membusuk di dalam tanah. Dalam ayat di atas, Allah memberikan kabar gembira berupa surga setelah kematian kepada mereka yang sabar dan bertawakal kepada Allah. Oleh karenanya, dengan berpikir bahwa suatu hari ia akan mati, seorang mukmin akan berusaha menjalani hidup dengan akhlaq yang baik sebagaimana yang diperintahkan Allah untuk meraih surga. Setiap saat ia teringat akan dekatnya kematian, tekadnya untuk mendapatkan surga semakin menguat dan mendorongnya untuk senantiasa berusaha bertingkah laku sesuai dengan akhlaqnya yang semakin lama semakin baik. Sebaliknya, orang-orang yang condong memikirkan hal-hal yang lain, dan menghabiskan hidup dengan angan-angan kosong, tidak berpikir bahwa suatu hari hal yang sama pasti akan menimpa mereka meskipun mereka berpapasan dengan mobil jenazah, setiap hari melewati kuburan atau bahkan salah satu orang yang paling dicintai meninggal dunia di samping mereka sendiri. •Di siang hari Ketika menyaksikan segala peristiwa yang ditemuinya sepanjang hari, orang beriman selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah dan berusaha untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam peristiwa-peristiwa tersebut. Ia menanggapi setiap kebaikan ataupun malapetaka sebagai sesuatu yang memiliki kebaikan sebagaimana dikehendaki Allah. Di mana saja ia berada, di sekolah, di tempat kerja ataupun di pasar, dan dengan berprasangka dan berpikir bahwa Allahlah yang menciptakan setiap sesuatu, ia selalu berusaha memahami keindahan-keindahan dan makna tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa yang diciptakan-Nya untuk kemudian menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat Allah. Sikap orang mukmin ini digambarkan dalam Al-Qur'an: "Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. An-Nuur, 24: 37-38) Read More..

KISAH ANAK “BODOH” PENGUBAH JALAN HIDUP

Suatu ketika ada seorang anak mendekat ke ibunya, wajahnya penuh kesedihan. Air mata menetes membasahi kedua pipi mungilnya. Dadanya bergerak cepat. Sungguh sangat kasihan. Dengan pelan ia merapatkan tubuh ke ibunya, tangisannya pun kini mulai pecah. Setelah memeluk, sang ibu mulai mengajaknya bicara. “Ada apa nak? Siapa yang memarahimu? Aku tak ingin engkau sedih begini.” Si kecil menjawab : “Pak guru mengatakan aku dungu, tidak bermanfaat. Beliau mengatakannya di depan teman-teman kelasku. Dia telah menghinaku bu’. Aku tak mau pergi sekolah lagi.” Bergegas ibunya menyapu air mata yang menderas di pipinya dengan ujung baju. Lalu berkata, “tidak apa-apa anakku. Mereka belum tahu bakat yang engkau miliki. Kecerdasanmu belum mereka lihat. Biarkanlah waktu yang akan membuktikan semua itu kepada mereka.” Sang ibu mengajaknya bermain, menenangkannya, memotivasi dan mendorongnya. Hingga dia kembali mau berangkat sekolah. Lupa akan penghinaan gurunya. Suasana berjalan normal. Namun tiga bulan kemudian, wajahnya kembali sedih sepulang dari sekolah. Kini tangis dan kesedihannya makin meledak. Air matanya membeku, tak lagi mau mencair. Pengamat sekolah telah menghinanya. Melihat itu, sang ibu langsung menggandeng anaknya yang malang itu, menuju sekolah. Untuk sekedar mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah menanyakan perihal kedatangannya, si pengamat menjawab, “Dia anak yang aneh, bodoh. Sekolah kami tidak dibangun untuk anak-anak bodoh sepertinya.” Bumi ini seakan luluh lantak mengiringi ucapan itu terlepas. Pahit, itulah yang dirasakan sang ibu ketika melihat anaknya yang berusia 6 tahun tiba-tiba cemberut, padam. Dia gandeng pahlawan kecilnya kembali pulang ke rumah. Dia peluk, lalu menusukkan semangat ke dadanya, “Anakku, meski semua manusia di bumi ini menafikan kecerdasanmu. Tapi yakinlah, aku ibumu percaya bahwa engkau bisa. Engkau anak pandai. Biarkan mereka berkata apa-apa, tapi dengarkan aku! Engkau anak terpandai di dunia.” Tiap pagi menyapa, sang ibu selalu rajin menghujamkan support itu. Kini tidak hanya kalimat, tindakan riil mulai diambilnya. Dia datangkan guru privat untuk mengajarinya di rumah. Tak sedikit uang yang dikeluarkan untuk membeli alat-alat belajar. Tak ada kata capek. Tak ada kata bosan. Kebahagiaan yang lambat laun mulai menghias di wajah anaknya, semakin mendorong sang ibu untuk memberinya lebih. Kini si kecil tumbuh besar, merambah usia ke 20. Dan kini, namanya menjadi topik andalan yang selalu terdengar pada diskusi-diskusi ilmiah para ilmuwan. Tahukah anda siapa anak itu? Dia adalah Alfa Edison penemu bola lampu. Yang tanpanya, mungkin dunia akan gelap gulita. Masya Allah Derajat Ilmu dan Ulama Pada bulan Dzulhijjah tahun 97 H, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik menunaikan ibadah haji bersama kedua puteranya. Usai thawaf , khalifah menghampiri seorang kepercayaanya dan bertanya : “ Dimanakah temanmu itu ?” Sambil menunjuk ke sudut barat masjidil Haram dia menjawab : “Di sana, beliau sedang berdiri untuk shalat.” Dengan diiringi kedua puteranya khalifah bertandang menuju ke lokasi yang dimaksud. Namun orang yang dimaksud, beliau dapatkan dalam keadaan shalat, hanyut dalam rukuk, dan sujudnya. Sementara orang-orang duduk di belakang, kanan dan kirinya. Maka duduklah khalifah di penghabisan majlis begitu pula dengan kedua anaknya. Kedua putera mahkota itu mengamati dengan seksama, seperti apa gerangan laki-laki yang dimaksud oleh amirul mukminin. Hingga beliau berkenan duduk bersama manusia banyak untuk menunggu laki-laki tersebut menyelesaikan shalatnya. Ternyata dia adalah seorang tua Habsyi yang berkulit hitam, keriting rambutnya dan pesek hidungnya. Apabila duduk laksana burung gagak yang berwarna hitam. Usai shalat, orang tua tersebut langsung menemui khalifah. Di sini khalifah menghadap orang tersebut dan menggunakan kesempatan itu untuk bertanya tentang manasik haji, rukun demi rukun, sedangkan orang tua tersebut menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Setelah selesai bertanya, khalifah mendoakan orang tersebut agar mendapatkan balasan yang lebih baik. Di tengah perjalanan sa’i antara shafa dan Marwah, kedua putra khalifah itu mendengar seruan :”Wahai kaum Muslimin, tiada yang berhak berfatwa di tempat ini kecuali Atha’ bin Abi Rabah.. jika tidak bertemu dengannya hendaknya menemui Abdullah bin Abi Najih.” Seorang dari putra khalifah itu langsung menoleh kepada ayahnya sembari berkata : “Petugas amirul mukminin menyuruh manusia agar tidak meminta fatwa kepada seorangpun selain Atha’ bin Abi Rabah dan temannya, namun mengapa kita tadi justru datang dan meminta fatwa kepada seorang laki-laki yang tidak memberikan prioritas kepada khalifah dan tidak pula memberi hak penghormatan khusus kepadanya ? Sulaiman berkata kepada putranya:” Wahai anakku, pria yang kamu lihat dan engkau melihat kami berlaku hormat di hadapannya tadilah yang bernama Atha’ bin Abi Rabah, orang yang berhak berfatwa di Masjidil Haram. Beliau mewarisi ilmu Abdullah bin Abbas dengan bagian yang terbanyak.” Kemudian beliau melanjutkan :”Wahai anakku…carilah ilmu…karena dengan ilmu, rakyat bawahan bisa menjadi terhormat…para budak bisa melampaui derajat para raja..” Read More..

Sunnah Yang Terlupakan

Sore itu terjadi sebuah drama penahanan. Pak Sadeli memang telah lama tidak bertegur sapa dengan Pak Amin , tetapi anehnya kedua orang tua itu kerap bertemu di masjid untuk menunaikan sholat berjama'ah, mungkin karena masjid lain terletak cukup jauh dari pemukiman mereka. Permasalahan mereka berkisar pada tanah sengketa, tetapi masalah itu tidak usah di bahas, kita fokuskan saja pada tingkah Pak Sadeli mengahiri perseteruannya. Sehebat apapun gejolak Api pasti akan bertekuk lutut pada siraman air, Pak Sadeli telah memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya di kampung sekalian meneruskan hobi lamanya berternak ayam kampung, namun untuk bisa lenggang mulus kekampung Pak Sadeli tidak mau menyisakan bara yang telah terbakar lama. Hanya saja ada satu masalah yaitu Pak Sadeli tidak pandai merangkai kata-kata untuk memulai sapa-menyapa dengan Pak Amin di samping itu dia juga tidak suka melibatkan orang lain, "tapi memang segala sesuatu membutuhkan permulaan untuk bisa diahiri dengan pembiasaan" pikir Pak Sadeli. Ketika Pak Amin masuk kemasjid hendak melaksanakan sholat maghrib berjama'ah, terdengar suara " Assalamu'alaikum Pak Amin" belum sempat Pak Amin menjawab tiba-tiba Pak Sadeli telah merangkulnya dari samping " Ayo Pak silahkan" sambil terus menggandeng tangan Pak amin kearah shaf depan, setelah itu diam, bahkan Pak Amin tidak berkata sepatah kata pun , bingung, kesal, kaget bercampur aduk tidak karuan , tidak lama kemudian suara imam terdengar memulai takbir. Ketika telah selesai sholat kembali Pak Sadeli menjabat tangan Pak Amin " kalo ada yang mengatakan jauh di mata dekat di hati, eh kita yang sudah tua ini malah dekat dimata jauh dihati, maafkan sajalah saya Pak mungkin semua ini kekhilafan saya " sahut Pak Sadeli , beberapa hari kemudian sewaktu akan berangkat pulang, baru saya tahu kalau kalimat itu di hafal oleh nya dari pagi hari yang di ilhami dari buku peri bahasa cucunya. Tapi ada satu yang jelas yaitu Pak Amin telah tertawan oleh rasa malu, oleh rasa kesal, oleh rasa dendam, dan oleh rasa penyesalan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata selain diam sambil menyaksikan Pak Sadeli berlalu dari masjid. Kita sering mendengar cerita bagaimana Rasulullah menawan musuh-musuhnya dengan kebaikan dari lemparan batu yang dibalas dengan perhatian beliau dengan bersilaturahim ketika sipelempar sakit , dari yang mencaci maki yang kemudian dibalas oleh beliau dengan memberi makan bahkan disuapi ( kisah yahudi buta), dan banyak lagi sunnah yang tak terlihat itu, yang entah mengapa jarang di sunnahkan untuk dilaksanakan, padahal itulah amaliyah ahlak yang orang melihatnya saja sampai tergetar akan kedahsyatannya. semua orang yang berada di masjid waktu itu hanya bisa terperangah melihat adegan tersebut, seperti menyaksikan potongan paragraph terakhir dari buku roman kehidupan Read More..

Kenalilah Nabi Muhammad secara dzahiriah...

kenalilah Nabi Muhammad secara dzahiriah... Begitu indahnya sifat fizikal Baginda, sehinggakan seorang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkan keislaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda. Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah :
- Aku belum pernah melihat lelaki yang sekacak Rasulullah saw
- Aku melihat cahaya dari lidahnya..
- Seandainya kamu melihat Baginda, seolah-olah kamu melihat matahari terbit.
- Rasulullah jauh lebih cantik dari sinaran bulan.
- Rasulullah umpama matahari yang bersinar.
- Aku belum pernah melihat lelaki setampan Rasulullah.
- Apabila Rasulullah berasa gembira, wajahnya bercahaya spt bulan purnama.
- Kali pertama memandangnya sudah pasti akan terpesona.
- Wajahnya tidak bulat tetapi lebih cenderung kepada bulat.
- Wajahnya seperti bulan purnama.
- Dahi baginda luas, raut kening tebal, terpisah ditengahnya.
- Urat darah kelihatan di antara dua kening dan nampak semakin jelas semasa marah.
- Mata baginda hitam,dengan bulu mata yang panjang.
- Garis-garis merah di bahagian putih mata, luas kelopaknya, kebiruan asli di bahagian sudut.
- Hidungnya agak mancung, bercahaya penuh misteri, kelihatan luas sekali pertama kali melihatnya.
- Mulut baginda sederhana luas dan cantik.
- Giginya kecil dan bercahaya, indah tersusun, renggang di bahagian depan.
- Apabila berkata-kata, cahaya kelihatan memancar dari giginya.
- Janggutnya penuh dan tebal menawan.
- Lehernya kecil dan panjang, terbentuk dengan cantik seperti arca. Warna lehernya putih seperti perak sangat indah.
- Kepalanya besar tapi terlalu elok bentuknya.
- Rambutnya sedikit ikal.
- Rambutnya tebal kdg-kdg menyentuh pangkal telinga dan kdg-kdg mencecah bahu tapi disisir rapi.
- Rambutnya terbelah di tengah.
- Di tubuhnya tidak banyak rambut kecuali satu garisan rambut menganjur dari dada ke pusat.
- Dadanya bidang dan selaras dgn perut. Luas bidang antara kedua bahunya lebih drpd biasa.
- Seimbang antara kedua bahunya.
- Pergelangan tangannya lebar, lebar tapak tangannya, jarinya juga besar dan tersusun dgn cantik.
- Tapak tangannya bagaikan sutera yang lembut.
- Perut betisnya tidak lembut tetapi cantik. Kakinya berisi tapak kakinya terlalu licin sehingga tidak melekat air.
- Terlalu sedikit daging di bahagian tumit kakinya.
- Warna kulitnya tidak putih spt kapur atau coklat tapi campuran coklat dan putih.
- Warna putihnya lebih banyak.
- Warna kulit baginda putih kemerah-merahan. - Warna kulitnya putih tapi sihat.
- Kulitnya putih lagi bercahaya.
- Binaan badannya sempurna, tulang-temulangnya besar dan kukuh.
- Badannya tidak gemuk.
- Badannya tidak tinggi dan tidak pula rendah, kecil tapi berukuran sederh ana lagi kacak.
- Perutnya tidak buncit.
- Badannya cenderung kepada tinggi,semasa berada di kalangan org ramai baginda kelihatan lebih tinggi drpd mereka.
KESIMPULANNYA :
Nabi Muhammad sa.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman. Semulia-mulia insan di dunia...untuk mengingatkan kita.. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"."Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah MALAIKATUL MAUT," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut serta.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.
Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril. Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan, ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang."Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis-shalaati, wamaa malakat aimaanukum
- peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii!"
- "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa'alaihi wasahbihi wasallim. Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. untuk renungan :
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan RasulNya mencintai kita. Usah gelisah apabila dibenci manusia kerana masih banyak yang menyayangimu di dunia, tapi gelisahlah apabila dibenci Allah kerana tiada lagi yang mengasihmu di akhirat kelak. Read More..