Saturday, September 3, 2011

Prasangka


Apa kebaikan yang ada dalam sebuah prasangka buruk?
Allah melarang kita berprasangka kepada sesama. Bahkan, prasangka buruk itu disebut sebagai bagian dari dosa. Jadi, masih diikutikah syak wasangka itu?

Terkadang hidup memang tidak bisa ditebak. Kadang sesuatu yang tidak kita duga sebelumnya, ternyata terjadi di kemudian hari. Kadang sesuatu yang kita duga itu sedang terjadi, ternyata sebenarnya tidak. Kekhawatiran yang berlebihan.

Karena itu apapun yang terjadi, di luar daya penglihatan dan pendengaran kita, biarlah Allah Yang Mengetahui. Apapun yang terjadi, ikat teguh keyakinan di hati. Tidak akan Allah memberikan yang terburuk.

Namun di sisi lainnya juga mungkin harus kita ingat, bahwa "Aku seperti persangkaan hamba-Ku". Allah seperti persangkaan hamba-Nya. Jika, kita menyangka bahwa kenyataan buruklah yang sedang terjadi di belakang sana, mungkin itu yang memang akan terjadi. Karena kita sudah terlanjur percaya demikian. Karena kita sudah terlanjur mempercayai keburukan itu yang terjadi.

Seperti atom-atom yang melayang-layang di udara. Mereka akan tertarik dengan atom-atom yang kita lepaskan dari diri kita. Berkumpul membentuk satu kesatuan dan mewujudkan apa yang kita sangkakan. Atom prasangka buruk yang kita lepaskan, misalnya, terlepas ke jagat raya dengan sepenuh keyakinan. Maka atom-atom yang buruk yang ada di jagat raya pun ikut berkumpul dan gotong royong membantu prasangka buruk itu terjadi. Semuanya berawal dari diri kita sendiri. Dari dalam hati. "Sesungguhnya ada segumpal daging di diri manusia, yang, jika segumpal daging itu baik, maka baiklah keseluruhannya, dan jika segumpal daging itu tidak baik, maka tidak baiklah keseluruhannya."

Prasangka buruk. Juga sumbernya dari dalam hati. Bisikan, yang, bukan dari Allah tapi dibisikkan dengan penuh tipu daya dan prasangka oleh Syaitan. Sudah jelas, ada sebuah keterangan yang menyebutkan bahwa prasangka buruk itu sebagian dari dosa.

Jadi, apapun yang sebenarnya terjadi, maka Allah-lah Yang Maha Mengetahui dan Mengatur yang terbaik. Kewajiban kita hanya menjalani, memeluk erat kebaikan, dan tidak melepaskan harapan dalam hidup. Bersemangat dalam meraih keinginan yang baik. Tidak putus asa./Meyla Farid

Read More..

Dia yang Melindungiku dan Menyakiti


“Dia telah pergi, dia… sosok yang kucintai, dia yang melindungiku dan menamparku…menyakiti hatiku, orang pertama yang menamparku.”

Sebuah tulisan di Twitter membuat hati ikut terenyuh membacanya.

Rani, sahabat lama kami dari SMP 213, bertekad membina rumah tangga dari usia muda, dan harapannya terkabul dari kami berenam, Rani yang kemudian menikah dahulu, dengan lelaki bukan pujaannya, karena, “Pujaanku diambil kucing tetangga sebelah,” maksudnya pujaannya sudah menikah dengan tetangga sebelah rumahnya, demikian tulisnya di SMS, dahulu waktu Rani mau menikah kira-kira 10 tahun lalu, hanya ada handphone belum ada Facebook, BlackBerry, atau Twitter seperti sekarang.Sehingga tidak ada komentar ramai-ramai seperti yang biasa dilakukan baik melalui Facebook, BlackBerry atau Twitter.

Setelah 10 tahun kemudian, kami dikejutkan lagi dengan berita kematian Suami Rani, akibat sakit Kanker Pancreas, dan kemudian di status social site-nya yang terakhir membuat hati ini miris, dan segera kami minta, Rani mencabut statusnya, “Gak enak tho, Ran, sebab Suamimu kan baru seminggu meninggal, jangan sampai orang berfikir yang bukan-bukan mengenai rumah tanggamu, bila ada apa-apa yang tidak nyaman, baiknya disimpan sendiri saja, jangan sampai yang lain tahu soal itu atau meduga yang tidak tidak,” Aisyah salah satu kawan kami yang sekarang sudah menjadi Ustadzah dan anak anaknya pun rata-rata sudah selesai menghafal al-Qur'an, menyitir hadits-hadits tentang Suami-istri serta ayat Qur’an di dalam surat al-Baqarah ayat 187, sudah dijelaskan bahwa, “…mereka (istri-istri) adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka…” Selain itu Aisyah memberi pesan singkat, “barangsiapa menutup aib seseorang maka Allah akan menutup aibnya…”

Tidak ada yang salah maupun benar, mungkin hanya khilaf, namun dalam berumah tangga, sebaiknya hari-hari kita isi dengan tekad saling menyenangkan bagi pasangan kita, masing-masing. Istri memberi yang terbaik bagi Suaminya, pun Suami memberikan yang terbaik bagi Istrinya, sehingga ketika salah satu diantara pasangan Suami-istri itu ada yang sudah tiada, maka yang tersisa adalah kenangan yang terindah saja.

Memang betul, Suami Rani adalah sosok Suami yang melindungi Istri, dan mungkin ketika sedang khilaf atau tidak tahan menahan emosi atas sebuah pertengkaran, tak sadar tangannya melayang menampar wajah Istrinya, dan memang bagi sebagian kecil Suami, menampar adalah solusi tercepat untuk menyelesaikan masalah, apalagi perempuan biasanya mulutnya tidak berhenti nyerocos, ngomel dan ngedumel yang seringkali hal tersebut bikin puyeng Suami.

Apalagi bila sang Suami baru pulang dari kerja, yang mana jalanan juga macet ditilang polisi pula, di Kantor juga kerjaan dianggap tidak beres-beres oleh bosnya, gajian juga masih lama dan banyak masalah berat lainnya, bila disambut dengan omelan sang Istri, maka kekesalan dan kepenatan serta sumpeknya beban membuat sang Suami, khilaf dan menampar Istrinya.

Dalam hal ini, baik Istri maupun Suami, sebaiknya sama-sama menahan diri, ciptakanlah hari-hari dengan akhlak dan kenangan yang indah, sehingga yang diingat Suami kita terhadap kita hanya yang manis-manis saja, pun yang diingat oleh Istri kita pada sang Suami adalah yang manis-manis juga, jangan sampai ada lagi bunyi status di Twitter yang tidak nyaman buat siapapun yang membacanya. Kenangan yang manis dan buruk bercampur menjadi satu, menorehkan luka ditengah cinta seorang Istri yang Suaminya telah tiada.


Read More..

Terbelenggu Pikiran Buruk


Terbelenggu dunia memang melelahkan. Tetapi, terbelenggu pikiran buruk sendiri juga melelahkan sekaligus menyesakkan. Sungguh menyiksa. Seperti hidup memakan kotoran sendiri. Pantaslah tubuh dan hati tak sehat. Begitu lemah dan tak banyak bergerak.

Ketika berfikir buruk tentang diri sendiri, maka hanya pesimis dan rendah diri yang terjadi. Merasa tak ada kesempatan dan jalan di setiap masalah. Putus asa.

"Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir". (Q.S. Yusuf : 87).

Aku tersentak dengan ayat Allah ini. Membuatku berusaha membuang segala putus asa dari kemurahan dan kebaikan Allah.

Sesaat Kemudian aku berfikir buruk tentang yang lain. Tentang orang lain. Bahwa mereka bersikap sengaja menyakitiku. Merendahkan aku. Atau berfikir mereka membanciku. Marah padaku dengan sifatku.

Duhai, banyak lah pikiran buruk itu bermunculan. Seperti rumput di musim hujan. Hampir tak terkendali tumbuhnya. Membuat pikiranku yang sempit ini sesak oleh pemikiran yang buruk dan berlebihan.

Lalu pikiran buruk terhadap rencana dan kehendak Allah padaku. Merasa begitu berat dengan keadaan yang terjadi padaku. Merasa rencana Allah bukan terbaik untukku. Padahal aku tahu, Allah sesuai prasangaka hambaNya.

Aku pun mencoba berprasangka baik kepada Allah. bahwa semua masalah ini membawa hikmah. Namun, pikiran yang terlanjur kotor ini tak mampu menolak pikiran buruk yang baru.

Bahwa aku tak disayang Allah, sehingga aku mendapat masalah ini dan itu. Aku tak pantas disayang karena terlalu hina dan lemah iman. Aku kembali berputus asa dari rahmat Allah...

Bahkan, aku melakukan perbuatan setan dengan pikiranku. Yaitu membanding-bandingkan. Antara diriku dan orang lain. Membandingkan tubuh, rezeki dan kemampuan diri dengan orang lain.

Kenapa mereka lebih baik dariku. Mengapa aku yang kekurangan. Dan pertanyaan tak terima yang lain. Sungguh sangat menyiksa diri, hati dan pikiran. Tak ada manfaat. Malah mendatangkan rendah diri dan kufur nikmat.

Belum lagi ketika aku bersama orang yang lebih rendah ibadahnya. Aku akan berfikir aku lebih baik dari dia. Aku sholat, sedang dia tidak. Aku puasa dan dia sama sekali tidak. Aku tak berghibah sedang dia berghibah. Aku bisa membaca Al-Quran dan dia tidak. Dan masih banyak lagi perbandingan yang membuat aku merasa lebih dari orang lain.

Pikiran buruk itu telah menjadi pohon rimbun di pikiranku. Sulit tercabut. Kalau pun aku sadar, aku hanya menebang ranting-rantingnya saja. Tak sanggup menebang batang yang besar. Apalagi hingga ke akarnya. Jika pun sanggup. Aku sendiri pula yang menebar bibit pikiran buruk pada tanah fikirku. Sehingga tersemai kembali pikiran negatif ku tentang diriku, orang lain dan Allah.

Tanpa kusadari, pikiran buruk itu berbuah penyakit hati. Ya, berbagai macam penyakit hati. Keluh kesah, putus asa, kufur nikmat, iri, sombong, dan ujub. Aku bahkan tak merasakannya. Tak tahu telah parah penyakit hatiku. Setiap hari, aku memetik buah itu. Menikmatinya. Seakan tak berdosa dengan kelakuan diri.

Padahal sungguh Allah maha halus terhadap apa yang kita pikirkan dan kita rasakan, "Sesungguhnya Allah Maha halus Maha teliti". (Luqman : 16).

Meskipun hanya selintas saja. Hanya sekejap saja. Ketika aku berfikir aku lebih menjaga hijab dari saudara wanitaku, ujubku kambuh. Ketika aku berfikir wanita itu sungguh sempurna tubuhnya, tanpa sadar aku telah iri.

Ketika aku merasa lebih baik begini tanpa merubah keadaan diri yang buruk, aku sedang putus asa. Juga pikiran-pikiran lain yang membuahkan sombong, egois dan keluh kesah.

Maka aku harus bunuh pohon besar pikiran buruk yang ada di diriku. Sebelum pikiran buruk menghancurkan aku tanpa ampun. Membuatku menyesal kelak di hari perhitungan. Aku harus memotong ranting-rantingnya setiap hari, sampai ia gersang. Mematahkan setiap ada yang mulai tumbuh kembali.

Membuang ranting-ranting pikiran buruk sejauh-jauhnya. Kemudian meracuni pohon pikiran buruk dengan keyakinan kepada Allah, ikhlas, syukur, ilmu dan ibadah. Tentulah dibarengi dengan doa. Memohon pertolongan Allah. Percaya bahwa pertolongan Allah akan datang kepadaku.

"Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat". (Al-Baqarah : 214).

Semoga waktu ini, Ramadhan nan mulia, aku bisa menebang habis pohon pikiran buruk. Mencabut hingga ke akar-akarnya.

Kemudian secepatnya menanam pikiran positif dan semangat ibadah serta beramal di tanah pikiran. Agar aku terbebas dari pikiran buruk. Tak lagi terbelenggu pikiran buruk ku.

Yogyakarta 14 Agustus 2011/Najmi Haniva

Read More..

Dajjal Akan Muncul Dalam Kurun Waktu 25 Tahun Lagi


Syekh Imran Hossein: Dajjal Akan Muncul Dalam Kurun Waktu 25 Tahun Lagi
Sabtu malam, 11 Juni 2011, Forum Umat Islam Bogor menggelar acara Mabit dengan tema “The Future of Islam” di Masjid Raya Bogor. Tampil sebagai salah satu pembicara adalah Syekh Imran Hossein, pakar akhir zaman kelahiran Trinidad dan Tobago yang tengah melakukan kunjungan ke Indonesia.

Siapa tidak kenal beliau? Para pengkaji Akhir zaman maupun konspirasi sudah tidak asing kepada tokoh yang terkenal di seantero dunia lewat serangkaian analisanya mengenai fitnah akhir zaman.

Malam itu, Syekh Imran tampil dengan memakai penutup kepala memanjang khas syekh-syekh dari India. Pada acara yang dihadiri ratusan warga Bogor tersebut, Ulama kelahiran 68 tahun yang lalu ini menyatakan sistem dunia saat ini sudah dikuasai Israel.

“Israel sebetulnya sudah menguasai dunia sekarang, karena Israel menguasai Amerika Serikat. Tapi saat ini Israel menguasai dunia melalui belakang layar, besok tidak akan ada lagi layar.” Katanya dalam bahasa Inggris.

Jika situasi ini dibiarkan, Syekh Imran memprediksi bahwa kemunculan Dajjal sudah tidak akan lama lagi. Dajjal akan tampil seutuhnya dan umat Islam harus mempersiapkan diri.

“Ketika Israel menguasi dunia besok, seorang laki-laki akan tampil di Jerusalem dan mendeklarasikan dirinya adalah Al-Massih Sang Penyelamat. Saya memperhitungkan ini akan terjadi dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun.”
Paparan Syekh Imran tentu mengagetkan para jama’ah yang hadir. Namun Ulama yang pernah menimba ilmu di Al Azhar Kairo ini meyakini bahwa kehadiran Dajjal sudah dinubuwahkan oleh Rasulullah SAW.

“Nabi saw telah menerangkan dia kepada kita. Dia adalah seorang Yahudi, muda, kuat dan rambutnya keriting. Dia adalah Al-Massih Ad-Dajjal.”

Kehadiran Dajjal, lanjut Syekh Imran, akan paralel dan simetris dengan diwujudkannya Tatanan dunia baru atau New World Order lewat jalan penguasaan sistem Politik Zionis Israel yang tengah dilancarkan Israel ke seluruh umat manusia sampai detik ini.
“Dalam rangka menguasai dunia, Israel harus membangun kediktatoran politik universal kepada seluruh manusia.” Sambung pria yang memutuskan keluar dari Pemerintahan Trinidad dan Tobago pada tahun 1985 dan memilih hidup di jalan dakwah ini. (pz)


Read More..

Petunjuk Nabi Dalam Menjaga Kesehatan


Terapi itu seluruhnya ada dua macam: Tindakan preventif dan perlindungan kesehatan tubuh. Baru (yang ketiga) bila tubuh menerima campuran zat berbahaya, dibutuhkan proses pengusiran zat tersebut dengan cara yang tepat. Bahkan poros dan seluruh ilmu medis terletak pada tiga formula ini.

Tindakan preventif atau pencegahan itu sendiri ada dua jenis:

Pencegahan dan hal-hal yang dapat menimbulkan sakit, atau dari hal-hal yang memperparah penyakit yang sudah ada sehingga setidaknya penyakitnya tidak bertambah. Cara pertama disebut pencegahan penyakit bagi orang sehat. Yang kedua, tindakan preventif bagi orang sakit. Kalau orang sakit mampu melakukan tindakan preventif, maka penyakitnya bisa dicegah agar tidak semakin parah sehingga Ia bisa meningkatkan stamina untuk mengusir penyakit tersebut.

Dasar amalan dan tindakan preventif itu adalah firman Allah :

"Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dan tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih)." (Al-Maidah: 6)

Di sini orang sakit dicegah menggunakan air, karena air pada kasus penyakit tertentu bisa membahayakan kesehatan tubuhnya.

Dalam Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya disebutkan dan Ummul Mundzir binti Qais Al-Anshariyah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan, "Rasulullah pernah menemuiku
bersama Ali. Saat itu Ali baru sembuh dari sakit, sementara kami memiliki buah kurma yang masih bergantung di tandannya. Lalu Rasulullah berdiri memetik dan memakan kurma tersebut. Ali juga ikut berdiri untuk memakannya, namun Rasulullah mencegahnya, "Engkau baru sembuh dari sakit." Akhirnya Ali mengurungkan niatnya. Segera kubuatkan bubur gandum dan rebusan sayur. Aku menghidangkannya kepada Ali. Nabi bersabda, "Kalau ini silakan disantap. Niscaya lebih berguna untukmu." Dalam lafal lain disebutkan, "Kalau ini silakan disantap, karena lebih cocok untukmu."

Sementara dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dan Shuhaib bahwa Ia menceritakan: Aku pernah menemui Nabi, dan di hadapan beliau terhidang roti dan kurma. Beliau berkata, "Ke sini mendekat, lalu makanlah." Aku pun mengambil kurma dan memakannya. Beliau bertanya, "Engkau makan kurma? Bukankah engkau sakit mata?" Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, aku sengaja mengunyah menggunakan sisi mulutku yang lain (yang tidak sejajar dengan mataku yang sakit)." Rasulullah pun tersenyum.

Dalam sebuab hadits yang terpelihara/dihapal, diriwayatkan bahwa Rasulullab bersabda:

"Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah akan memelihara dirinya dan bahaya dunia sebagaimana salah seorang kalian memelihara orang yang sakit dan bahaya makanan dan minuman."

Dalam lafal lain disebutkan:

"Sesungguhnya Allah melindungi hamba-Nya yang beriman dari bahaya dunia."

Adapun hadits yang beredar dan mulut ke mulut di kalangan banyak orang,"Pencegahan adalah inti pengobatan, dan lambung adalah sarang penyakit, biasakanlah tubuh melakukan setiap hal yang biasa dilakukannya." Ucapan sebenarnya hanyalah kata-kata Al-Harts bin Kaladah, seorang tabib Bangsa Arab. Tidak benar penisbatan hadits itu berasal dari Rasulullah. Demikian ditegaskan oleh banyak Imam ahli hadits.

Diriwayatkan juga bahwa Nabi pernah bersabda:

"Sesungguhnya lambung itu ibarat kolam dalam tubuh. Se!uruh pembuluh darah ibarat aliran air yang bermuara kepadanya. Kalau lambung sehat, maka seluruh pembuluh darah akan sehat. Kalau lambung sakit, maka seluruh pembuluh darah juga sakit."

Al-Harts pernah juga menandaskan, "Inti pengobatan adalah pencegahan." Pencegahan atau tindakan preventif menurut para pakar medis bila dilakukan terhadap orang yang sehat sama pentingnya dengan proses menghilangkan zat berbahaya dari orang sakit atau orang yang baru sembuh dari sakit. Tindakan preventif terbaik adalah yang dilakukan terhadap orang yang baru sembuh dari sakit. Karena kondisi alamiah tubuhnya belum pulih, staminanya masih lemah, sementara tubuh secara alami menanti suntikan energi dan seluruh organ tubuh juga siap menampungnya. Adanya gangguan zat berbahaya itu akan dapat menyebabkan kambuhnya penyakit, dan itu akan lebih parah daripada ketika pertama kali penyakit itu muncul.

Harus diketahui bahwa ketika Nabi melarang Ali untuk memakan buah kurma yang masih tergantung di tandannya saat ia baru sembuh dari sakit, itu cara adaptasi terbaik. Karena kurma yang masih berada di tangkai adalah buah kurma yang biasanya sengaja digantung di rumah untuk dimakan, tak ubahnya anggur-anggur yang masih tergantung di tangkainya. Buah-buahan secara umum berbahaya bagi orang yang baru sembuh dari sakit, karena mudah terkontaminasi sementara tubuh si sakit belum mampu mencegah bahayanya. Stamina tubuh belum memungkinkan untuk itu. Tubuh masih sibuk mengusir sisa-sisa penyakit dan mengenyahkannya dari dalam tubuh. Sementara kurma basah memiliki sifat khusus semacam 'zat pemberat' bagi lambung yang menyebabkan lambung menjadi sibuk mengantisipasi dan mengatasinya sehingga tidak sempat melakukan pembersihan terhadap sisa penyakit dan berbagai efek buruknya. Sisa penyakit itu akan tetap tinggal (residue) dalam tubuh, bahkan bisa bertambah. Saat dihidangkan bubur gandum dan sayur rebus di hadapannya, Nabi memerintahkannya untuk menyantap hidangan tersebut.
Karena kedua jenis makanan itu adalah yang terbaik bagi orang yang baru sembuh dari sakit. Karena kuah dan gandum itu mengandung gizi dan unsur dingin, pelembut dan pengemulsi, di samping juga bisa meningkatkan stamina, sehingga cocok untuk orang yang baru sembuh dari sakit. Terutama sekali bila dimasak dengan rebusan sayur. Santapan yang cocok untuk orang yang berlambung lemah sehingga tidak menimbulkan serat yang berbahaya atau ampas yang dikhawatirkan.

Zaid bin Muslim menegaskan, "Umar pernah memberikari pencegahan kepada orang sakit, karena saking susahnya menahan diri dari makanan, terpaksa orang itu menghisap biji-bijian." Kesimpulannya, pencegahan itu adalah obat terbaik terhadap penyakit, bisa mencegah timbulnya penyakit atau setidaknya mencegah agar penyakit itu tidak semakin parah dan menyebar.

Di antara hal yang seyogianya diketahui bahwa banyak hal yang dilarang untuk orang sakit, orang yang baru sembuh dan sakit bahkan juga orang sehat, akan tetapi bila diri seseorang betul-betul menginginkannya, seleranya amat menuntut mendapatkannya, sebaiknya dikonsumsi saja sedikit dalam takaran yang mampu dicema dengan baik. Hal itu tidak akan berbahaya, bahkan akan berguna. Karena kondisi tubuh dan lambung akan saling terikat oleh rasa suka dan selera, keduanya akan secana kooperatif menghalau hal-hal yang dikhawatinkan bahayanya. Bisa jadi akan lebih bergurna daripada mengonsumsi obat sekalipun yang tidak disukai oleh pasien.

Oleh sebab itu Rasulullah tidak menyalahkan Shuhaib-yang saat itu sedang sakit mata-untuk menyantap sedikit kurma. Beliau menyadari bahwa sekadar itu saja tidak akan membahayakannya.

Demikian juga diriwayatkan dan Ali bahwa ia pernah menemui Rasulullah saat ia sedang sakit mata. Di hadapan beliau terhidang kurma yang sedang beliau santap.
Beliau berkata, "Ali, kamu suka ini?" Beliau melemparkan sebutin kurma kepada Ali. Kemudian beliau melemparnya lagi, demikian seterusnya hingga tujuh butir, setelah itu beliau bersabda, "Itu saja untukmu, Ali".

Hal senada juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya dan hadits Ikrimah, dan lbnu Abbas bahwa Nabi pernah menjenguk orang sakit dan bertanya kepadanya, "Apa yang engkau inginkan?" Orang itu menjawab, "Aku suka roti gandum." Dalam lafal lain, "Aku suka makan kue ka'a." Rasulullah lalu memerintahkan kepada orang yang memiliki roti untuk memberikannya kepada saudaranya itu, kemudian beliau bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian sakit dan ingin menyantap suatu jenis makanan, hendaknya diberikan kepadanya."

Hadits ini mengandung rahasia medis yang amat lembut. Karena, kalau si pasien menyantap makanan yang diinginkannya secara normal dan alami, namun makanan itu
mengandung bahaya tertentu bagi dirinya, makanan itu akan tetap berguna baginya atau setidaknya akan lebih sedikit bahayanya ketimbang makanan yang tidak disukainya, meskipun pada hakikatnya mengandung manfaat bagi tubuhnya. Kecenderungan seleranya yang sesuai dengan makanan itu dan tuntutan tubuhnya secara alamiah yang sesuai dengan makanan tersebut, akan bisa menepis bahaya. Sebaliknya kecenderungan selera yang tidak sesuai terhadap suatu makanan meskipun makanan tersebut bergizi seringkali menimbulkan bahaya. Kesimpulannya, makanan yang lezat dan sesuai selera serta dapat diterima oleh diri seseorang, lalu dicerna dengan cara terbaik, terutama sekali ketika muncul selera terhadap makanan itu dengan keinginan yang murni dan kekuatan tubuh yang sehat. Wallahu a'lam.

Read More..