Tuesday, April 14, 2009

Menghadap dan Membelakangi Kiblat Ketika Buang Hajat

Pendapat pertama menyatakan keharamannya, baik dilakukan di dalam bangunan (wc) ataupun di luar bangunan, berdasarkan hadits dari Abu Hurairoh dari Nabi shalallahu alaihi wa salam, beliau bersabda,

“Apabila salah seorang dari kalian duduk untuk buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Begitu pula hadits dari Abu Ayyub Al-Anshari dari Nabi, beliau bersabda,

“Apabila kalian datang ke tempat buang hajat, maka janganlah kalian menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang hajat besar atau kecil, tetapi menghadaplah ke Timur atau ke Barat.” Abu Ayyub berkata, “(ketika) kami sampai di Syam lalu kami mendapati wc-wc disana dibangun dengan posisi menghadap Ka’bah, maka kamipun menyerongkan posisi duduk dan kami pun beristighfar (mohon ampun) kepada Allah.” (Muttafaq ‘Alaih)...


Muslim meriwayatkan dari Salman, dia berkata,

“Rasulullah sungguh-sungguh telah melarang kami menghadap kiblat ketika buang hajat besar atau kecil.”

Pendapat kedua menyatakan bahwa harus dibedakan antara buang hajat di dalam bangunan (wc) dengan di tempat terbuka. Diharamkan menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang hajat di tempat terbuka dan dibolehkan ketika berada di dalam bangunan (wc) berdasarkan hadits-hadits berikut.

Hadits dari Ibnu Umar, dia berkata,

“Pada suatu hari aku naik keatas rumah Hafshah lalu terlihat olehku Rasulullah sedang buang hajat dengan menghadap ke syam dan membelakangi Ka’bah.” (HR. Jama’ah)

Hadits dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,

“Rasulullah telah melarang buang air kecil menghadap kiblat, akan tetapi setahun sebelum beliau wafat aku melihat beliau buang air kecil menghadap kiblat.” (HR. lima kecuali Nasa’i)

Dan Hadits dari ‘Aisyah -radhiyallahu’anha-, dia berkata: “Disampaikan dihadapan Rasulullah bahwa ada sebagian orang sahabat tidak suka menghadapkan kemaluan mereka ke arah kiblat, maka beliau bersabda,

‘Atau benar-benar mereka telah melakukan hal itu. Maka ubahlah tempat dudukku (di wc) dengan menghadap kiblat.’” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Begitu pula hadits dari Marwan Al-Ashfar, dia berkata, “Aku melihat Ibnu Umar menderumkan (mendudukkan) untanya menghadap kiblat lalu beliau buang air kecil sedang beliau juga menghadap kiblat, maka aku bertanya, “Wahai Abu Abdurrahman, bukankah Rasulullah telah melarang hal itu? ’Beliau menjawab, Memang betul, tetapi beliau melarang hal itu (dilakukan) di tanah yang lapang. Kalau diantara kamu dan kiblat itu ada sesuatu yang menutupimu, maka tidak mengapa.” (HR. Abu Daud)

Adapun pendapat yang rajih (benar) menurut saya (Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salman) adalah mengamalkan hadits Abu Ayyub karena itu yang lebih berhati-hati, yaitu menghadap atau membelakangi kiblat ketika buang hajat besar atau kecil di dalam bangunan atau di luar bangunan (tempat terbuka) adalah haram.

[Pendapat ini juga telah dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ibnu Al-Qoyyim menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah (buang hajat dengan menghadap kiblat) adalah merupakan kekhususan beliau. Di samping itu, ada kaidah yang berbunyi “apabila bertentangan antara ucapan Nabi dengan perbuatan beliau, maka yang didahulukan adalah ucapannya.” Contoh yang lain adalah beliau membatasi umatnya menikah tidak boleh lebih dari empat (yaitu lewat ucapannya), padahal beliau sendiri menikah dengan sembilan wanita (dan ini adalah perbuatannya), maka yang didahulukan adalah ucapannya].

Diambil dari: Majalah Fatawa Volume 04/I/1423 H - 2003 M
Read More..

DENGARKAN PERKATAANNYA JANGAN LIHAT ORANGNYA

Malam itu untuk ketiga kalinya maling pendusta itu tertangkap basah oleh Abu Hurairrah RA ketika sedang beraksi mencuri makanan milik kaum muslimin.
Kata Abu Hurairah “Sungguh akan aku bawa menghadap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Ini adalah kali yang ketiga kau datang. Padahal kau telah berjanji tidak akan kembali, tapi ternyata kau balik lagi.” Kata orang itu, “Lepaskanlah aku, akan aku ajari kau beberapa kalimat yang Allah memberikan manfaat pada kalimat-kalimat itu.” “Apa itu?” “Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi. Karena Allah akan menjagamu sampai kau bangun, dan syetan tak akan berani mendekatikmu.”

Lalu Abu Hurairah pun membebaskannya. Esok hari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya kepada Abu Hurairah tentang tawanannya semalam. Kata Abu hurairah, “Wahai Rasulullah, dia menyangka bahwa dia telah mengajariku beberapa kalimat yang bermanfaat bagiku, maka aku bebaskan dia.”
“Apa itu?” kata Nabi.
“Dia berkata padaku agar aku membaca ayat kursi sebelum tidur. Dan apabila aku membacanya, maka aku akan dijaga oleh Allah sampai subuh dan tidak akan ada seytan yang mendekatiku,” jawab Abu Hurairah.
“Ketahuilah, sesungguhnya dia telah berkata jujur padamu padahal sebenarnya dia itu pendusta. Tahukah kau siapa orang yang kau ajak bicara selama tiga malam ini, hai abu Hurairah?”
“Tidak.”
“Dia itu adalah setan.” (HR. Al-Bukhari).....

Lihat kisah di atas, bagaimana setan mengetahui fadilah ayat kursi, padahal itu sama sekali tidak ada gunanya bagi dirinya. Malah Abu Hurairah yang memanfaatkan apa yang diajarkan setan kepadanya. Begitulah setan, terkadang dia mengetahui sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, tapi tidak ada manfaatnya bagi dirinya sendiri. Demikian pula dengan manusia. Terkadang seseorang mengetahui hal-hal yang baik dan berguna bagi dirinya, namun ia tidak mengamalkannya. Lalu ilmunya diambil oleh orang lain dan bermanfaat.

Kalau kita perhatikan, hampir tidak ada bedanya atau bahkan tidak berbeda sama sekali antara setan dengan orang yang suka menyuruh untuk berbuat baik tetapi dirinya sendiri tidak melakukan yang dia katakan. Atau orang yang mempunyai banyak ilmu tetapi ilmunya tidak bermanfaat bagi dirinya. Ilmu yang dimilikinya sama sekali tidak ada pengaruhnya bagi kehidupan beragamanya dan fikrahnya. Orang yang seperti ini sama saja dengan setan. Bahkan bisa jadi mereka lebih setan daripada setan. Sebab setan memang dari sananya sudah memproklamirkan dirinya sebagai musuh Allah dan orang-orang mukmin. Jadi wajar kalau mereka tidak mau melakukan amal kebaikan meskipun mereka mengetahui.

Orang-orang model beginilah yang disinyalir oleh Allah swt dalam firman-Nya, “Apakah kalian menyuruh orang-orang untuk berbuat baik sementara kalian melupakan diri kalian sendiri padahal kalian membaca al Kitab?” (Al-Baqarah: 44)

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan? Besar sekali kebencian di sisi Allah kalau kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (Ash-Shaff: 2-3)

Namun meskipun mereka “cuma pintar ngomong”, bukan berarti kita tidak boleh mengambil perkataan mereka. Selama itu tidak melenceng dari al-Qur’an dan sunnah, boleh saja kita mendengarkan apa yang mereka katakan. Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Undzur maa qoola, walaa tandzur man qoola” Lihatlah apa yang dikatakan, dan jangan kau melihat siapa yang mengatakan.
Ada lagi yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari setan. Setan itu terkadang berbuat baik kepada kita tetapi sebetulnya malah merugikan atau bahkan mencelakakan. Jadi kita mesti hati-hati dan waspada terhadap segala bentuk kebaikan setan. Karena setan itu licik.

Pernah suatu hari Abdullah bin Ummi Maktum RA, seorang sahabat yang buta, hendak pergi ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah. Di tengah jalan dia terjatuh dan terperosok di sebuah lubang. Besoknya Ibnu Ummi Maktum pergi lagi ke masjid seperti biasa, namun kali ini ada seseorang yang berbaik hati yang menuntunya. Tentu saja Ibnu Ummi Maktum heran karena orang itu tidak turut sholat berjamaah. Tetapi Ibnu Ummi Maktum hanya mengucapkan terima kasih seraya berkata “Kau ini baik sekali, siapakah kau ini sebenarnya?” Jawab orang itu, “AKu adalah setan.”

Kaget Ibnu Ummi Maktum mengetahui siapa yang telah berbuat baik kepadanya. Kata Ibnu Ummi Maktum, “Apa maksudmu menolongku?” Jawab setan yang berujud orang baik itu “Kemarin ketika kau jatuh terperosok, setengah dari dosamu diampuni oleh Allah. Aku khawatir kalau kali ini kau jatuh lagi, maka habislah dosamu.”

Setan memang licik setan. Dia tolong Ibnu Ummi Maktum bukan karena bermaksud ikhlas ingin menolong. Tapi dia tidak mau kalau sampai dosa Ibnu Ummi Maktum diampuni oleh Allah semuanya. Ada udang dibalik batu, kata orang. Jadi bukannya kita su’uzh-zhon dengan orang-orang yang bertipe macam setan begini. Namun sekedar hati-hati dan waspada.

Sekarang ini banyak orang-orang model setan bergentayangan di sekililing kita. Mereka belajar agama, banyak membaca buku-buku keislaman dan banyak mengetahui hukum-hukum Islam, tapi volume ibadahnya tidak berubah. Iman dan akhlaknya tidak ada bedanya dengan orang yang tidak tahu agama (baca: orang awam). Bahkan bisa jadi akhlak mereka lebih buruk dibanding orang awam.

Selain itu juga tidak sedikit orang belajar Islam malah untuk menyerang sendi-sendi Islam yang telah mapan. Atau untuk menyelipkan pikiran nyeleneh dengan mengambil dalil dari al-Qur’an, sunnah, sirah, maupun perkataan ulama dalam posisi yang tidak tepat. Seenaknya saja mereka memakai dalil. Tampaknya maksud mereka baik, ingin memperbarui Islam. Namun sejatinya mereka malah menghancurkan Islam dari dalam.

Ada lagi yang sering mengisi pengajian di sana-sini, tapi hanya sebatas menyampaikan ilmu. Bermanfaat bagi yang hadir namun tidak ada artinya bagi dirinya sendiri. Memang benar kata sya’ir,”Al ‘Ilmu bilaa ‘amalin, kasy-syajari bilaa tsamarin.” Ilmu tanpa amal, bagaikan pohon tanpa buah.

Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa yang berkenaan dengan Abu Hurairah dan Abdullah bin Ummi Maktum. Pertama, bukan tidak mungkin ada orang yang buruk akhlaknya dan pas-pasan imannya, tetapi mempunyai ilmu yang bermanfaat bagi orang lain.

Kedua, bolehnya kita belajar atau mendengarkan perkataan orang-orang yang “cuma pintar ngomong’ selama itu benar dan tidak melenceng dari al-Qur’an dan sunnah.

Ketiga, orang yang mempunyai suatu ilmu tetapi tidak mau mengamalkannya, tidak ada bedanya dengan setan.

Dan, keempat, kita mesti hati-hati terhadap kebaikan-kebaikan orang-orang model setan ini, karena siapa tahu ada maksud jahad dibalik kebaikannya. Juga terhadap pemikiran-pemikiran yang bernada memperbarui agama, sebab seringnya pemikiran-pemikiran yang berkulit pembaruan malah membuat ‘pe-er’ bagi ummat Islam.

Oleh : Abduh Zulfidar Akaha
Read More..

Wednesday, April 1, 2009

Permennya Lupa Dimakan

Sebuah perenungan.. niceAlkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama. Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lollipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memaculangkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat."
Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop."Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya.""Kenapa kamu memanggil saya?" Tanya Bob."Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, Indah sekali!" Bib bercerita panjang lebar kepada Bob."Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari lembah permen lolipop yg sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia." Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja. Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia? Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah...nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "Pemikiran ‘anti' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat sekarang'. Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa ‘nanti' bahagia.Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa ¡nanti' bahagia.
Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa ‘nanti' bahagia itu. Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah merasa memuaskan dan membahagiakan.Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran; memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa Indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang.
Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.
Read More..

Plat Nomer Kendaraan di Indonesia

A Untuk Daerah/Wilayah Banten
B Untuk Daerah/Wilayah DKI Jakarta
D Untuk Daerah/Wilayah Bandung
E Untuk Daerah/Wilayah Cirebon
F Untuk Daerah/Wilayah Bogor
G Untuk Daerah/Wilayah Pekalongan
H Untuk Daerah/Wilayah Semarang
K Untuk Daerah/Wilayah Pati
L Untuk Daerah/Wilayah Surabaya
M Untuk Daerah/Wilayah Madura
N Untuk Daerah/Wilayah Malang
P Untuk Daerah/Wilayah Besuki
R Untuk Daerah/Wilayah Banyumas
S Untuk Daerah/Wilayah Bojonegoro ..
T Untuk Daerah/Wilayah Kerawang
W Untuk Daerah/Wilayah Sidoarjo (Jatim)
Z Untuk Daerah/Wilayah Sumedang (Jabar)
AA Untuk Daerah/Wilayah Kedu
AB Untuk Daerah/Wilayah DI Yogyakarta
AD Untuk Daerah/Wilayah Surakarta
AE Untuk Daerah/Wilayah Madiun
AG Untuk Daerah/Wilayah Kediri
BA Untuk Daerah/Wilayah Sumatra Barat
BB Untuk Daerah/Wilayah Sumatra Utara
BD Untuk Daerah/Wilayah Bengkulu
BE Untuk Daerah/Wilayah Lampung
BG Untuk Daerah/Wilayah Sumatra Selatan
BH Untuk Daerah/Wilayah Jambi
BK Untuk Daerah/Wilayah Sumatra Timur
BL Untuk Daerah/Wilayah DI Aceh
BM Untuk Daerah/Wilayah Riau
BN Untuk Daerah/Wilayah Bangka
CC Untuk Daerah/Wilayah Korps Konsul
CD Untuk Daerah/Wilayah Korps Diplomatik
DA Untuk Daerah/Wilayah Kalimantan Selatan
DB Untuk Daerah/Wilayah Minahasa
DD Untuk Daerah/Wilayah Sulawesi Selatan
DE Untuk Daerah/Wilayah Maluku Selatan
DG Untuk Daerah/Wilayah Maluku Utara
DH Untuk Daerah/Wilayah Maluku Timur
DK Untuk Daerah/Wilayah Bali
DL Untuk Daerah/Wilayah Sangihe/Talaud
DM Untuk Daerah/Wilayah Sulawesi Utara
DN Untuk Daerah/Wilayah Sulawesi Tengah
DR Untuk Daerah/Wilayah Lombok
DS Untuk Daerah/Wilayah Papua
EA Untuk Daerah/Wilayah Sumbawa
EB Untuk Daerah/Wilayah Flores
ED Untuk Daerah/Wilayah Sumba
KB Untuk Daerah/Wilayah Kalimantan Barat
KT Untuk Daerah/Wilayah Kalimantan Timur
Read More..

Indahnya Hidup Dengan Shodaqoh

Ada seorang teman bertutur, pada satu hari ketika dirinya hendak datang kesalah satu kantor untuk menandatangani satu kontrak yang memiliki nilai milyaran, ditengah jalan raya perempatan ciledug, mobil yang ditumpangi terserempet becak. Akhirnya dia ribut dengan tukang becak itu. Mobilnya malah rusak dan kontraknya terbang melayang begitu saja. Dia merasa terpukul sekali, apalagi kondisi istrinya sedang hamil. Di tengah kegalauannya, dia mendengarkan ceramah seorang ustadz tentang manfaat dan keajaiban sedekah dan menganjurkan untuk sedekah minimal 10% agar mendapatkan hasil dan pahala yang maksimal. Walaupun kondisinya sendiri masih kekurangan, teman itu mempraktekkan anjuran itu, dan akhirnya dia mulai mendapatkan jalan keluar. Omset bisnisnya mulai membaik dan rejeki semakin lancar...
Kalau kita mengeluh dan berputus asa maka kecenderungan yang tertarik adalah Justru apa yang kita keluhkan yakni berupa hal yang tidak kita inginkan seperti sesuatu yang tidak enak,ketidak beruntungan. Tetapi kalau kita bersyukur, benar-benar menerima dengan 'Ikhlas' yang diberikan oleh Allah SWT, serta bertawakal kepadanya, maka yang akan tertarik adalah keberuntungan dan dibukanya pintu nikmat, pintu rezeki, pintu hidayah, ampunan dan segala pintu kemaslahatan di dunia dan di akhirat. 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'(Q.S. Ibrahim : 7)

Nikmatnya Shodaqoh
Sore itu saya kedatangan tamu. Mas Nurul bertutur bahwa shodaqoh itu nikmat. Pernah suatu hari dirinya dihubungi kakak tercintanya yang sedang ada kebutuhan mendesak. Sementara dirinya dalam ada kebutuhan. 'Saya bismillah mas. sungguh luar biasa nikmatnya shodaqoh itu.' katanya. Tak lama kemudian mas nurul dihubungi oleh perusahaan yang dulu tempat bekerja. Ada bonus yang berlipat2 diterimanya. Shodaqoh itu bukti kebenaran Alloh SWT. Alloh SWT Maha besar dengan segala kuasaNya. 'Saya percaya shodaqoh memiliki kekuatan dalam kesuksesan hidup saya.' begitu tuturnya. benarlah kiranya apa yang dikatakan Mas Nurul Untuk memahami bagaimana shodaqoh berperan dalam kesuksesan hidup Anda, ada baiknya Anda memahami Hukum Ketertarikan (The Law of Atrraction). “ Apa yang anda pikirkan itulah yang akan terjadi” Obatilah orang yang sakit dengan shodaqoh, Bentengilah harta yang anda miliki dengan zakat dan tolaklah marabahaya dengan doa (HR Baihaqi).
By: agussyafii
Read More..

Memahami Takdir

Yang berbicara dan mempersoalkan “takdir” hanyalah manusia. Mengapa? Di antara sekian banyak makhluk yang mengisi alam raya ini, hanyalah manusia yang mempunyai kemampuan memikirkan perbuatannya dan kejadian-kejadian yang berlaku di sekitarnya. Pada tahap tertentu dalam kehidupannya, daya fikirnya bekerja penuh melakukan penalaran; yaitu ketika ia sudah mencapai titik pertumbuhan jasmani dan rohani yang dewasa atau akil baliq. Ketika itu manusia merasa dirinya kuat, cakap dan cerdas, dapat mengetahui dan dapat melakukan segalanya; kemam¬puannya meluap-luap menginginkan segalanya. Bilamana manusia berada dalam keadaan sehat, kuat serba tahu dan serba mau, dia merasa dirinya mampu mandiri, dan tidak memerlukan siapa-siapa, maka pada gilirannya ia bisa menghina atau memperkosa orang lain, atau sekurang-kurangnya memandang remeh sesama orang lain...
Kenyataan ini direkam dalam Alquran pada ayat 6 dan 7 Surah al-‘Alaq: Ketahuilah! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup. Namun bilamana sejenak ia mampu mengendalikan diri lalu bersedia mendengarkan suara hati nuraninya, maka dia akan diberi petunjuk untuk melihat dan mengamati sekelilingnya. Apa sesungguhnya yang terjadi? Manusia akan menemukan bahwa tidak semua apa yang dinginkannya (mau diperbuat) akan senantiasa terjadi sebagaimana ia kehendaki sendiri. Tidak sedikit hal-hal yang terjadi justeru di luar kemampuannya dan tidak sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Ketika manusia berjumpa dengan kenyataan seperti itu, maka ia akan mulai merasakan keter¬batasan dirinya itu, dan pada gilirannya akan mengenal adanya batas-batas dalam kehidupan ini. Mujurlah manusia bilamana ia sempat menoleh sejenak ke belakang, melihat masa lalu yang telah dilewatinya dalam perjalanan hidup itu. Ia akan tahu bahwa kehadirannya di atas persada bumi ini, sama sekali di luar jangkauan kemampuannya, dia sama sekali tidak mempunyai pilihan tentang hal tersebut. Siapa yang menjadi ayahnya dan siapa ibu yang melahirkannya itu? Kapan ia lahir dan di mana terjadi kelahirannya? Kenapa dia lahir sebagai laki-laki atau sebagai perempuan? Semuanya harus ia terima menurut adanya, dan semua itu tidak terjangkau oleh keinginannya dan berada di luar kemampuannya sendiri: ia tidak bebas menentukan pilihan atas hal-hal tersebut. Bukankah ini semua, menjadi kenyataan hidup manusia yang sesungguhnya? Barangsiapa yang memilih berangkat dari angka satu dalam menyusun bilangan ketika ia berhitung (dan memang itulah pilihan yang tepat dan logis) maka ia akan mencari jawaban teka-teki kehidupan itu, dari titik awal kehadirannya di bumi ini. Bukankah sebelumnya ia sendiri berada di angka nol, sebagaimana diungkapkan Alquran dalam Surah al-Insan: Bukankah telah berlalu atas manusia itu suatu kurun waktu dimana ia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Ketika ia belum hadir di dalam rahim ibunya, ia belum punya nama dan belum punya wujud yang nyata, bagaimana ia dapat disebut? Dan mau disebut apa ketika itu? Bukankah awal kehadirannya di bumi ini sesuatu yang sungguh misterius? Dan bukankah kehidupan itu sendiri adalah misteri yang tak kunjung terpecahkan oleh daya nalarnya sepanjang sejarah? Hal seperti ini merupakan bentuk lain dari keterbatasan manusia di dalam hal pengetahuannya. Sementara pengetahuan manusia ini (yang melahirkan ilmu dan teknologi) merupakan kebanggaan tertinggi bagi manusia itu. Maka apabila kita menalar kenyataan-kenyataan yang ada di sekeliling kita sebagaimana diungkap di atas, kita akan melihat bahwa masalah takdir, nasib, suratan dan perwujudan yang nyata dalam soal ajal, rezki, jodoh, dan lain sebagainya, kuncinya adalah bagaimana kita memahami hubungan antara manusia dengan kehidupan itu sendiri. Achmad Mubarok
Read More..

Bank Syari'ah Dalam Bbrp Sisi Lebih Berbahaya dari Bank Konv.

Bismillahirrahmanir rahim.Assalamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga tercurahkan atas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dalam suatu kesempatan saya dan ikhwan-ikhwan di purwokerto pernah berbincang tentang praktek bank syari'ah yang ada saat ini, kami saling tukar pikiran dan informasi (tentang pendapat para ustadz tentang bank syari'ah pada saat itu). Kesimpulan kami pada saat itu adalah bank syari'ah lebih berbahaya dibandingkan bank konvensional karena beberapa alasan, yaitu: ..
1. Bank syari'ah menggembar-gemborka n bahwa sistem perbankan yang mereka jalankan adalah syar'i dan halal padahal pada prakteknya masih sama saja dengan bank konvensional tapi dibungkus dengan istilah-istilah yang kelihatannya syar'i. Dalam hal mengandung 2 bahaya:- Penghalalan sesuatu yang diharamkan oleh Allah 'Azza wa Jalla.- Penipuan terhadap kaum muslimin dengan janji bahwa sistem perbankan mereka halal, sehingga banyak orang meyakini bahwa mu'amalah mereka halal padahal sebenarnya haram. 2. Bank syari'ah berusaha mengeruk keuntungan lebih besar dari bank konvensional dengan memanfaatkan kesadaran kaum muslimin untuk menjalankan muamalah yang halal. Hal itu bisa dibuktikan dengan 2 hal- Menarik bunga lebih besar dibandingkan bank konvensional kepada nasabah yang meminjam modal kepada mereka.- Memberikan bagi hasil lebih sedikit kepada investor/penabung daripada bank konvensional dengan alasan bagi hasil berdasarkan keuntungan. 3. Bahkan saat ini banyak orang kafir yang tertarik untuk menjalankan bisnis bank syari'ah (menurut versi mereka)dan ada juga yang sudah menjalankannya di negara mereka. Hal itu karena mereka faham bahwa penerapan sistem bank syari'ah lebih menguntungkan dibandingkan bank konvensional. Kesimpulan diatas terlepas dari niat baik mereka untuk memberikan solusi kepada kaum muslimin tentang perbankan syari'ah. Saya setuju dengan pendapat Ustadz Arifin Badri dalam tulisan beliau di Majalah As-Sunnah (saya belum baca bukunya)bahwa kita perlu mendukung upaya mereka untuk menerapkan Syari'at Islam di bidang perbankan. Bukan maksud saya untuk berdebat, mohon maaf apabila ada kesalahan dan mohon masukannya dari ikhwan sekalian. Semoga dari komunitas Pengusaha Muslim ini bisa tercetus gagasan untuk bergotong royong merealisasikan suatu lembaga semacam perbankan yang benar-benar syar'i dan dibarokahi.Apabila kita ada niat bukan tidak mungkin bisa terwujud, dengan pertolongan Allah.
Faidza 'azamta fa tawakkal 'alallah. Wallahu a'lam.WasSalamu 'alaikum wa Rahmatullahi wa barakatuhWalhamdulillahi Rabbil'alamin.
Muhamad latifwww.nahwumudah.com
Read More..