Thursday, August 2, 2012

"Toleransi Beragama" yang Ngelunjak?

Sebuah penolakan pendirian masjid di Bletchley Park

Oleh: Muhamad Hamka

PERNYATAAN negara-negara Barat bahwa terjadi praktik intoleransi beragama di Indonesia berlebihan. Tudingan tersebut dilontarkan oleh Austria, Norwegia, Belanda, Jerman, India dan Italia dalam sidang tinjauan periodic universal II (Universal Periodic Review-UPR) di Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (Republika, 29/5).

Pernyataan negara Barat ini sangat tendensius. Karena toleransi beragama di Indonesia selama ini berjalan dengan baik. Bahwa ada riak kecil soal pembangunan gereja Yasmin di Bogor dan penyerangan Ahmadiyah oleh FPI, itu tak bisa dijadikan ukuran untuk mengatakan bahwa di Indonesia terjadi praktik intoleransi beragama.

Persoalan pendirian gereja Yasmin ini sangat kasuistis sifatnya. Hal tersebut boleh jadi karena ada alasan fundamental bagi masyarakat di sana dan masyarakat di sana pun pasti memiliki basis argumentasi yang jelas soal penolakan tersebut. Dalam konteks ini saya menduga adanya pemaksaan kehendak dari kelompok GKI Yasmin.

Persoalan kasuistis seperti ini sebetulnya tak terjadi pada kawan-kawan Kristiani saja. Di daerah-daerah yang mayoritas Kristen pun kawan-kawan Muslim mengalami kendala yang sama perihal mendirikan sarana ibadah ini. Bahkan saya pernah mengalami sendiri tentang apa yang disebut sebagai “tirani” minoritas.

Saya lahir dan besar di Naga, Desa Matawae, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa kami termasuk dari sedikit wilayah di NTT yang penduduknya mayoritas Islam. Namun apa yang terjadi, ditengah kemayoritasan tersebut kami justru tak berdaya.

Pasalnya, selama sekolah dasar kami tak pernah memperoleh pendidikan agama Islam. Padahal hampir 95% murid sekolah tersebut adalah anak-anak yang beragama Islam. Kenapa hal tersebut terjadi, karena ada perilaku diskriminatif dari yayasan dan guru di sekolah tersebut. Sekolah tempat kami belajar tersebut adalah Sekolah Dasar Katolik (SDK) Naga. Padahal sejak awal berdirinya pada tahun 1950-an, sekolah tersebut dinamakan sebagai Sekolah Rakyat (SR). Karena sekolah tersebut dibangun oleh seluruh rakyat Desa Matawae.

Namun dalam perjalanannya, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Dasar Katolik (SDK) Naga yang dikelolah oleh Yayasan Sukma, sebuah yayasan milik Keuskupan Agung Manggarai. Proses kepemilikan sekolah oleh Yayasan Sukma tanpa sepengetahuan masyarakat, bahkan sampai hari ini belum ada penyerahan tanah sekolah oleh ulayat kepada yayasan sukma.

Praktis sejak berubah nama menjadi SDK, semua murid mendapatkan pelajaran agama Katolik untuk pelajaran agama. Pelajaran agama Islam pun sama sekali tidak diajarkan. Pernah ada orang tua murid yang mempersoalkan kebijakan tersebut, tapi tak pernah direspon oleh pihak sekolah. Bahkan soal ujian agama pada saat semester untuk murid beragama Islam di berikan soal agama Katolik.

Hal ini berlangsung sampai dengan datangnya reformasi ‘98. Semangat reformasi pun memberikan ruh baru bagi masyarakat untuk mendirikan Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga pada tahun 2002 berdirilah Madrasah Ibtidaiyah Swasta Al. Ikhlas di Kampong Naga. Alhamdulillah sekarang anak-anak sudah fasih mengaji. Sementara pada masa kami sekolah, harus merantau ke Kota Bima-Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah tamat SDK, baru mendapatkan pelajaran agama Islam dan belajar mengaji.

Dengan cerita di atas saya mau mengatakan, problem intoleransi beragama di Indonesia adalah persoalan yang sebetulnya bersifat kasuistis di masing-masing daerah dan pelakunya tak hanya yang beragama Islam tapi juga dilakukan oleh kawan-kawan kristiani. Jadi, tidak bisa diklaim, bahwa di Indonesia terjadi intoleransi beragama dengan menyudutkan Islam sebagai pelaku tunggal.

FPI dan toleransi ngelunjak

Perihal tindakan Front Pembela Islam (FPI) yang melakukan kekerasan terhadap jemaah Ahmadiyah juga tak bisa dikatakan sebagai barometer intoleransi beragama secara menyeluruh di Indonesia. Sikap keras yang digunakan oleh FPI tak bisa dijadikan ukuran sebagai indikator intoleransi beragama di Indonesia.

Kita semua tahu FPI itu adalah kelompok kecil dalam Islam Indonesia.Dia bukan ormas, hanya sebuah forum. Jumlah umat Islam di Indonesia 187 juta orang (85% dari 220 juta), FPI belum tentu 1 % nya. Tapi kadang selalu menjadi alasan pihak asing. Jauh lebih besar ormas-ormas lain seperti Muhammadiyah, NU, Persis, Al Irsyad, Dewan Dak’wah, al Irsyad Al Islamiyah, Al Ittihadiyah, Mathlaul Anwar, Al Wasliyah, Hidayatullah dan masih banyak lagi.

Jadi solusinya sebetulnya sangat sederhana. Kawan-kawan yang minoritas harus ikhlas dan secara sadar belajar menerima bahwa pihak mayoritas memiliki privilege (hak-hak istimewa) dengan kemayoritasanya, dan prinsip ini berlaku secara universal.

Di negara-negara Barat yang saya sebutkan di atas tadi, juga memperlakukan hal yang sama terhadap umat Islam. Di mana umat Islam juga mengalami perlakuan tidak istimewa dibanding yang lain (yang mayoritas). Bahkan jauh lebih diskrimatif. Substansinya, tidak boleh ada pemaksaan kehendak.

Kasus yang terbaru adalah di mana Chris Christie, Gubernur New Jersey mengeluarkan peraturan bahwa sah hukumnya polisi New York yang memata-matai kegiatan perdagangan, masjid, dan sekolah-sekolah umat Islam di New Jersey.

Akibatanya, agen polisi New York dan mata-mata mereka disebarkan di berbagai tempat termasuk di kafe-kafe umat Islam dan tempat kegiatan keagamaan untuk mengontrol aktivitas umat Islam. Di hampir semua Negara Eropa, diberlakan larangan menggunakan cadar (niqob) bagi Muslimah. Di China gereja (bahkan gereja rumahan) dibatasi dan dilarang. Sementara di tempat kita sebaliknya.

Di New York, masjid tak akan bisa berdiri tanpa persetujuan dari dewan pemgawas gereja. Apakah umat Islam di sana ribut? atau seperti LSM di sini yang cari muka dengan rajin membikin pernyataan bahwa bahsa Indonesia tidak toleran (padahal ujunganya, agar bantuan dana asing lancar dikirim?)

Partai Nasional Inggris berkamapanye untuk penghentikan pembangunan sebuah masjid di Bletchley Park dengan alasan mencegah kolonisasi Islam berlanjut di Eropa. Tapi tak pernah terdengan umat Islam Inggris teriak-teriak atau mengadu ke Saudi.

Pertanyaannya, dengan contoh tadi, apakah pantas Barat mengajari kita tentang toleransi?

Untuk itu, mari kita secara sadar belajar bersikap toleran. Toleran dalam arti yang sesungguhnya adalah tidak memaksakan kehendak (agama) lain terhadap (agama) kita.
Jika itu terus dilakukan dan terjadi, kata orang Jawa itulah yang disebut “ngelunjak”. Ngelunjak itu, “diberi hati, minta jantung.”*

Penulis adalah peminat masalah sosial keagamaan, berdomisili di Aceh



Red: Cholis Akbar



Read More..

Bila Istri Merindu Brondong

DALAM usia belum 50 tahun Togap kurang bisa bicara dalam percaturan ranjang. Padahal istrinya, Maida, 41, yang sangat enerjik, masih sangat membutuhkannya. Ketika pikiran sudah buntu, dimasukkanlah “brondong” muda ke kamarnya. Tapi sial, ketika mereka memadu kasih, eh kepergok anak balitanya.

Dulu, brondong ketan atau jagung hanya kegemaran anak kecil. Tapi di era gombalisasi sekarang ini, orang dewasa pun juga banyak yang menyukai. Ny. Maida dari Buantan II Kotogasib, Lubukdalam (Riau), termasuk wanita yang belakangan sangat mendambakan brondong muda. Tapi jangan salah, brondong yang digandrungi istri Togap ini bisa naik motor dan juga bisa nyemplak dirinya. Rasanya memang manis-manis agak gurih, gitu……

Maida memang termasuk wanita malang. Punya suami yang belum begitu tua, tapi Togap sudah tak mampu lagi membahagiakan dirinya di tempat tidur. Ibarat iklan di teve, durasinya sangat pendek. Padahal maunya Maida, bisa berjangka lama, sukur-sukur bisa bersambung minggu depan. Pernah dia protes pada suami, tapi Togak minta dimaklumi karena sudah tua. Lho kok aneh, belum 50 tahun sudah merasa tua. Padahal calon presiden, usia 60 tahun lebih masih merasa muda saja.

Pesimis bahwa Togap bisa memperbaiki stamina, Maida yang masih sangat enerjik ini mulai melirik jago lain. Lalu munculah sosok Harun, 25, yang rasanya lebih c-cocok jadi anaknya. Lelaki tetangga ini sebetulnya juga sudah berkeluarga. Tapi melihat penampilan istri Togap yang masih oke punya, rasanya sangat sayang bila dilewatkan begitu saja. Maka selagi lampu hijau menyala dengan terangnya, kenapa tidak segera masuk.

Lalu inilah yang terjadi. Ketika Togap pergi, diam-diam Harun masuk kamar Maida dan menggantikan tugas Togap selaku suami. Wooo……, hasilnya memang sangat prima dan memuaskan. Namanya juga anak muda harapan bangsa, sepak terjang Harun masih sangat lincah. Ibarat permainan sepakbola, dia sangat pintar mengolah bola. Ketika tendangan 12 pas misalnya, Ny. Maida sering kecele. Bola Harun dicegat arah kiri, eh melesat ke kanan. Gooool……….., dan istri Togap pun merem melek dibuatnya.
Selingkuh tak mau bermodal ya begini ini. Hotel banyak, penginapan seabrek-abrek di Riau, tapi Maida – Harun selalu memilih di kamar sendiri. Sekali waktu, ketika keduanya tengah bertempur antara hidup dan mati, tiba-tiba anak balika Maida masuk ke kamar. Lupa mengunci pintu rupanya. Menyaksikan adegan yang asing tersebut, bocah itu segera bercerita kepada kakaknya yang sudah berusia dewasa. “Oom Halun sayang banget sama mama….,” kata si Upik sambil menirukan adegan dalam kamar itu.

Wah, putra sulung Togap ini pun jadi mengkelap. Mana mungkin ibu kesayangan keluagra dibuat mainan pria tetangga. Maka begitu Harun keluar kamar, langsung saja disergap dan dihajarnya. Togap yang segera dihubungi segera pulang dan membawa persoalan ini ke Polres Siak. Awalnya Harun ditahan, tapi karena keluarga siap memberikan jaminan, polisi membebaskannya meski proses hukum jalan terus.

Tapi jangan-jangan selingkuhnya juga jalan terus, tuh


Read More..

Heraklius Tentang Rahasia Kekalahan Pasukan Romawi

Al-Walid bin Muslim berkata, Telah berkata kepadaku orang yang langsung mendengar dari Yahya al-Ghassani yang mendengar cerita dari dua orang lelaki dari kaumnya, keduanya berkata, “Ketika Kaum Muslimin turun memasuki Jordania, kami saling berkata sesama kami bahwa Damaskus akan dikepung. Kamipun berangkat berusaha mendapatkan informasi yang sebenarnya. Ketika kami dalam keadaan demikian tiba-tiba datanglah utusan pendeta menyuruh kami untuk menghadapnya, kami segera datang menemuinya. Dia bertanya kepada kami, “Apakah kalian berdua dari warga Arab?” Kami menjawab, “Ya!”

Kemudian dia bertanya lagi, “Apakah kalian berdua beragama Nasrani?” Kami menjawab, “Ya!” Dia berkata, “Hendaklah salah seorang dari kalian pergi mencari informasi mengenai kaum muslimin dan lihat bagaimana kondisi mereka? Sementara yang lainnya hendaklah bersiap-siap menjaga harta saudaranya.” Salah seorang dari kami masuk mengintai. Tak berapa lama dia kembali kepada pendeta memberitahukan apa yang dilihatnya sambil berkata, “Aku datang membawa berita kepadamu tentang suatu kaum yang lembut. Mereka mengendarai kuda yang telah tua dan lemah, pada malam hari mereka laksana rahib-rahib ahli ibadah dan di siang hari mereka adalah penunggang kuda yang tangguh. Mereka sibuk memperbaiki anak panah dan meruncingkan tombak. Jika engkau mengajak teman dudukmu untuk berbicara maka ia tidak akan paham apa yang engkau katakan disebabkan riuh-rendahnya suara mereka membaca al-Qur’an dan berdzikir.”

Setelah itu sang pendeta berkata kepada para sahabatnya, “Telah datang kepada kalian suatu kaum yang tak mungkin dapat kalian kalahkan.”Ahmad bin Marwan al-Maliki meriwayatkan dalam al-Mujalasah, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Ismail at-Tirmizi, dia berkata, Telah berkata kepada kami Abu Muawiyah bin Amru dari Abu Ishaq, dia berkata, “Tidak satupun musuh yang dapat duduk tegar di atas untanya ketika berhadapan dengan para sahabat Nabi. Ketika berada di Anthakiyah, Heraklius bertanya kepada para pasukan Romawi yang kalah perang, “Celakalah kalian, beritahukan kepadaku tentang musuh yang kalian perangi. Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?” Mereka menjawab, “Ya!” Heraklius kembali bertanya, “Apakah jumlah kalian lebih banyak daripada jumlah mereka atau sebaliknya?” Mereka menjawab, “Jumlah kami lebih banyak berlipat ganda dari jumlah mereka di setiap tempat.” Heraklius bertanya lagi, “Jadi kenapa kalian kalah?”

Maka salah seorang yang dituakan dari mereka menjawab, “Kami kalah disebabkan mereka shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mengajak kepada perbuatan ma’ruf mencegah dari perbuatan mungkar dan saling jujur sesama mereka. Sementara kita gemar meminum khamr, berzina, mengerjakan segala yang haram, menyalahi janji, menjarah harta, berbuat kezhaliman, menyuruh kepada kemungkaran, melarang dari apa-apa yang diridhai Allah dan kita selalu berbuat kerusakan di bumi.” Mendengar jawaban itu Heraklius berkata, “Engkau telah berkata benar.“

Dinukil dari Kitab : KITAB AL-BIDAYAH WAN NIHAYAH


Read More..

Konflik Suriah adalah PERANG AGAMA

Ust Abu Rusydan:

Menanggapi berbagai polemik seputar konflik yang terjadi di Suriah, apakah termasuk konflik Politik, konflik Sektarian atau konflik Agama, Ust Abu Rusydan da’i muda asal kota Kretek Kudus ini menjelaskan bahwa dari berbagai sumber yang bisa dipercaya baik dari segi kacamata Syar’i maupun Duniawi, -yakni media-media islam yang mengabarkan konflik yang terjadi di Suriah -, beliau menyatakan bahwa konflik Suriah adalah Perang Agama.

“Kenapa kita berbicara Syam itu kok Damaskus dan Suriah?? Kita jawab, kenapa kita berbicara Suriah kok kita itu adalah Perang Ideologi kok bukan Perang Agama, maka saya jawab ini adalah PERANG AGAMA. Sebab konon istilah Ideologi adalah buatan manusia, sedangkan Agama adalah buatan Allah. Dan peperangan yang terjadi di Suriah sekarang ini merupakan Nubuwah Rosululloh saw tentang perang akhir zaman yang terjadi di kota Damaskus”, Tegas beliau.

Lebih detail lagi beliau memaparkan bahwa Syi’ah adalah sekte diluar islam dan bukan termasuk salah satu madzhab dalam islam. Karenanya sangat aneh jika ada sebagian kaum muslimin yang berkata Syi’ah adalah sebuah madzhab dari salah satu madzhab dalam islam.

“Ada yang berpendapat bahwa itu konflik Suriah itukan konflik sektarian, antara sekte Syi’ah dengan sekte Sunni. Sekali lagi saya sampaikan ayyuhal ikhwah, didalam sebuah kitab “Jaa Daurul Majus” disebutkan bahwa Syiah itu bukan sekte islam, Syi’ah itu bukan Madzhab dalam islam”, Ungkap da’i muda yang pernah berjihad ke Afghanistan tersebut.

Dalam sejarah awal kemunculan Syi’ah saja sudah bisa diketahui bahwa lahirnya Syi’ah adalah dari Majusi. Mana mungkin ada Majusi yang termasuk dalam salah satu golongan islam, sedangkan Majusi sendiri berasal dari Persi atau Persia dan mereka adalah kaum penyembah berhala.

“Tapi akar munculnya Syi’ah itu adalah dari Majusi. Bahwa hari ini Majusi sudah memegang peranan yang sangat luar biasa dengan menancapkan kuku-kukunya dan taring-taringnya didunia islam. Dan berangkatnya Syi’ah itu berasal dari balas dendamnya Majusi Persi terhadap islam, kemudian mereka berkolaborasi dengan Yahudi dan Nashrani”, Ujarnya.

Beliau kemudian menegaskan kembali bahwa konflik di Suriah adalah Perang Agama, sebab Syi’ah itu bukan termasuk golongan atau madzhab dalam islam. Dan yang lebih perlu dicatat lagi oleh kaum muslimin yaitu bahwa lahirnya Syi’ah itu khususnya Syi’ah Nushairiyyah yang sekarang berkuasa Suriah adalah pada abad ke-3 H di bawah pimpinan Muhammad bin Nashir An-Numairi, yang mengaku sebagai Nabi dan meyakini bahwa Imam Abul Hasan Al-'Askari (Imam ke-11 dari Syi'ah Ja'fariyyah Imamiyyah) adalah Tuhan.
“Jadi Syi’ah tidak boleh disebut sekte dari Islam. Tetapi sekali lagi saya sampaikan munculnya Syi’ah didunia berangkat dari gerakan Politik yang dilandasi balas dendam Majusi Persi terhadap Islam”, Tegasnya kembali.

Pernyatan tersebut beliau sampaikan saat mengisi kajian bertajuk “SAVE SYRIA – LET’S PRAY FOR THEM” yang diselenggarakan oleh Adhwa’ dan Mahasiswa Pecinta Islam (MPI) Solo Raya dimasjid Baitul Makmur Solo Baru Sukoharjo Jawa Tengah, Ahad pagi 15/7/2012 dan dihadiri lebih dari 500an jama’ah ikhwan maupun akhwat.
Kajian dalam rangka solidaritas untuk kaum muslimin di Suriah ini juga niatkan sebagai upaya penggalangan dana yang nantinya akan diberikan kepada kaum muslimin di Suriah yang akan disalurkan melalui Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI). Sedangkan dana yang terkumpul pada kajian tersebut sebesar 14 juta lebih sedikit. (Bekti Sejati/Kru FAI


Read More..