Wednesday, October 10, 2012

Cape Hati

Pekerjaan yang menguras tenaga fisik jelas sangat melelahkan. Makanya, jangan tanya bagaimana lelahnya para pekerja kasar di pasar. Kuli bangunan. Ataupun tukang angkut
barang di pelabuhan. Kalau pekerja kantoran, tidak harus berkeringat seperti mereka. Sekalipun begitu, kaum kantoran mempunyai bentuk kelelahan tersendiri.
Jika para pekerja lapangan lelah secara fisik, sedangkan para pekerja kantoran pada umumnya mengalami kelelahan secara emosi. Atau yang bisa kita sebut sebagai
lelah hati. Menurut pendapat Anda, mana yang paling menyiksa; lelah fisik, atau lelah hati?

Orang yang terbiasa bekerja ‘halus’ di kantor biasanya enggan untuk menjadi pekerja kasar. Sebab, bagaimanapun juga pekerjaan kantoran lebih banyak memberikan kenikmatan.
Namun, fakta itu juga tidak menyurutkan betapa banyaknya orang yang gemar mengeluhkan pekerjaannya yang sudah enak itu. Adaaaaaa saja alasan untuk menyimpan kekesalan didalam hati. Nah, kekesalan dan kerap munculnya keluhan itu mengindikasikan terjadinya kelelahan hati pada orang itu. Betapa sempurnanya kehidupan, jika selain punya pekerjaan yang enak; kita juga bisa senang hati selama menjalaninya. Kedua hal dalam satu paket inilah yang masih jarang dimiliki orang. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menghindari kelelahan hati di tempat kerja, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatInâ„¢), berikut ini:

1.Perilaku orang lain bukan otoritas kita. Lelah hati itu biasanya terjadi karena kekecewaan kita terhadap perilaku atau perlakuan orang lain.Apakah itu atasan kita, teman sekerja kita, anak buah kita. Bahkan mungkin pemilik perusahaan tempat kita bekerja. Kita tidak bisa menerima perilaku mereka. “Kenapa sih atasan tidak mengerti saya?
Kenapa anak buah tidak menghargai saya? Kenapa teman-teman menyepelekan saya? Kenapa pemilik perusahaan mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan usulan saya? Hati kita jadi dipenuhi oleh beragam gugatan itu. Padahal, tidak ada jawaban pasti untuk pertanyaan seperti itu. Maka jika ingin senang hati menghadapinya, pahamilah bahwa kita tidak punya otoritas untuk mengendalikan perilaku orang lain. Sebagai penyeimbangnya, kita punya kekuasaan 100% untuk mengambil sikap terhadap perilaku mereka. Jika sikap kita tepat, maka kita akan tetap senang hati.

2.Orang lain sama tidak sempurnanya seperti kita. Kekesalahan dalam hati juga sering muncul ketika kita terlampau terfokus kepada perilaku tidak tepat orang lain.Cobalah perhatikan orang-orang di sekeliling Anda, lalu temukanlah kekurangan mereka. Tentu Anda akan menemukannya. Mengapa? Karena mereka bukan orang yang sempurna. Sekarang, istirahat dulu deh dari melihat orang lain; kemudian tataplah cermin. Lantas temukan kekurangan diri sendiri. Bisakah Anda menemukannya? Biasanya, mudah bagi kita untuk menemukan kekurangan fisik. Namun tidak semudah itu untuk menyadari bahwa kita sendiri pun mempunyai kekurangan sikap dan perilaku. Orang yang merasa dirinya sudah bersikap dan berperilaku sempurna, biasanya semakin mudah menemukan kejelekan orang lain. Sedangkan orang yang menyadari kekurangan-kekurangannya sendiri biasanya juga bisa sepenuhnya menyadari bahwa memang orang lain sama tidak sempurnanya dengan kita. Sehingga dia, tidak terlalu kecewa mendapati orang yang berperilaku buruk.

3.Segala sesuatu ada latar belakangnya. Cobalah perhatikan, adakah satu saja tindakan yang Anda lakukan tanpa ada alasan? Biasanya kita kan pandai sekali mencari alasan; mengapa kita melakukan sesuatu? Karenanya, kita selalu memiliki pembenaran atas apapun yang kita lakukan.Termasuk tindakan buruk. Kita melakukannya karena bla, bla, bla. Dan karena ada alasan itu, kita merasa memang sudah sewajarnya melakukan hal itu. Yang sering tidak kita sadari adalah; orang lain pun mempunyai alasan atau justifikasi atas setiap tindakan atau perilaku mereka. Maka ketika orang melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan kita, belum tentu mereka memberikan penilaian yang sama seperti subyektivitas kita. Oleh karenanya, terlalu mudah memasukkan ketidaknyamanan akibat perilaku orang lain kedalam hati hanya akan semakin memperburuk perasaan hati kita saja. Jadi, mending mencoba memahami latar belakangnya deh. Agar hati kita, lapang.

4. Selalu ada konsekuensi setiap interaksi. Ada nggak situasi dimana Anda berinteraksi dengan orang lain, namun orang itu tidak memberikan respon sama sekali pada Anda? Anda tanya, dia diam saja.Anda ajak senyum, wajahnya datar saja. Anda tonjok pun, dia diam saja. Adakah bentuk interaksi seperti itu? Ada. Yaitu, jika Anda berinteraksi dengan orang yang sudah jadi jenazah. Di kantor, kita kan tidak punya bentuk interaksi seperti itu. Maka setiap interaksi kita dengan orang lain, pasti menimbulkan konsekuensi. Bisa konsekuensi yang menyenangkan kita, bisa juga sebaliknya. Masalahnya, konsekuensi yang tidak menyenangkan sering lebih terasa daripada yang menyenangkan. Sehingga kita punya kecenderungan untuk membesar-besarkannya. Atau memfokuskan perhatian kepada yang tidak menyenangkan sehingga konsekuensi yang menyenangkan malah terkerdilkan. Bersiaplah dengan konsekuensi setiap interaksi. Maka hati kita semakin siap menghadapinya.

5. Orang lain bukan tanggungjawab penuh kita. Â Kita semua percaya bahwa setiap
orang akan mempertanggungjawabkan apapun yang sudah dilakukannya.Tidak bisa tidak. Sehingga orang-orang yang berperilaku buruk akan menuai buah yang buruk pada saatnya kelak. Penting untuk menyadari hal itu agar kita tidak merasa rugi jika tidak dapat membalas tindakan buruk orang lain. Malahan, kita jadi tidak tertarik sama sekali untuk memembalas dendam. Mengapa mesti kita balas jika setiap orang cepat atau lambat
akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya? Jadi, ya santai saja. Dengan
begitu kita bisa menggunakan seluruh daya diri yang kita miliki untuk melakukan
sesuatu yang positif dan produktif. Kalau soal perlakukan buruk orang lain,
cukuplah kita berjaga-jaga untuk keselamatan kita atau melindungi diri dari bahaya
atau efek buruk yang mungkin ditimbulkannya. Sedangkan hitung-hitungannya; bukan tanggungjawab kita.

Dimana pun kita
berada. Kemanapun kita pergi. Selama kita bertemu dengan orang lain untuk berinteraksi, maka disana selalu ada kemungkinan terjadinya friksi. Apalagi dengan orang-orang di kantor yang selama bertahun-tahun kita berinteraksi setiap hari. Peluang terjadinya friksi, semakin tinggi. Hari ini, mungkin semuanya baik-baik saja. Tapi bagaimana kalau besok Anda saling bersaing memperebutkan sebuah posisi? Bagaimana jika nanti boss Anda lebih menyukai teman Anda atau sebaliknya? Semuanya mungkin terjadi. Tapi jika kita bisa bersikap dan berperilaku secara tepat, maka kita bisa terhindar dari lelah hati. Malah sebaliknya, kita bisa menjadi pribadi yang hatinya tetap terjaga lapang, bersih dan murni.

Salam hormat,
Mari Berbagi
Semangat!
DEKA Dadang Kadarusman
Leadership and Personnel
Development TrainerÂ

Catatan Kaki:
Perlakuan buruk orang lain tidak akan bisa menyakiti hati kita, jika kita tidak menyerahkan ruang kosong didalam hati untuk mereka kotori.

No comments:

Post a Comment