Sunday, December 13, 2009

Hakekat Taqwa


Assalamualaikum Wr Wb
Bissmillahirrohmaanirrohiim

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Hasyr (59) : 18)A.

Pemahaman Taqwa.
Kata taqwa ( - ) berasal dari Wiqoyah ( - ) yaitu kalimat yang menunjukkan penolakan
terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu. (lihat LisanulArab: 15/403 dan Maqoyisul Lughoh: 6/131)

Maka, taqwa seorang hamba kepada Robbnya berarti menjadikan penghalang antara dia
dengan apa yang ditakuti dari Robbnya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaanNya yaitu dengan cara menta'atiNya dan menjauhi maksiat kepada Nya. (lihat, Manhajul Anbiya' fii Tazkiyatin Nufus:28)

Hakekat taqwa adalah:

Beramal dengan menta'ati Alloh Subhanahu wa Ta’ala berdasarkan cahaya ilmu dari Alloh
dalam rangka mengharap pahala Nya serta menjauhi maksiat kepada Nya berdasarkan
cahaya dari Alloh tersebut karena takut siksaan Nya.

Umar rodhiyallohu’anhu pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab rodhiyallohu’anhu
tentang taqwa, Maka Ubay bertanya (balik): pernahkah engkau menempuh jalan yang
berduri ? Umar menjawab: tentu. Ubay bertanya lagi: apa yang engkau lakukan?
Umar menjawab: hati-hati dan sungguh-sungguh. Maka Ubay berkata: itulah taqwa.

B. Taqwa dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Kata taqwa dalam Al-Qur'an terkadang disandarkan langsung dengan nama Alloh
Subhanahu wa Ta’ala sesudahnya, diantaranya ialah:

1) Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : "……Dan bertakwalah kepada Alloh yang kepada-Nya lah kamu akan dikumpulkan”.
(QS. Al Maa-idah (5) : 96)

2) Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Hasyr (59) : 18)

3) Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : "…….Dan bertakwalah kepada Alloh agar kamu beruntung". (QS. Al Baqarah (2) : 189)

Apabila kata taqwa disandarkan langsung kepada Alloh, maka maksudnya adalah bertaqwa
(takut) kepada murka Nya, karena dari situlah munculnya berbagai hukuman didunia maupun diakhirat.

Kata taqwa terkadang pula disandarkan kepada tempat diberlakukannya siksaan Alloh
Subhanahu wa Ta’ala yaitu neraka. Alloh berfirman:

Artinya
: "……Maka taqwalah (takutlah) kepada neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu……” (QS. Al Baqarah (2) : 24)

Dan terkadang disandarkan kepada waktu diperlakukannya siksaan Alloh yaitu pada
hari qiyamat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : "Dan bertaqwalah (takutlah) dari (azab) hari (Kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong". (QS. Al Baqarah (2) : 48)

Sedangkan didalam Sunnah, kata taqwa disandarkan pula pada hal-hal yang diharamkan:

1) Rosululloh Shollalloh’alaihi wa Sallam bersabda:
"Takutlah (bertaqwalah) kepada kedzoliman karena kedzoliman akan menjadi kegelapan pada hari Kiamat. Dan takutlah (taqwalah) kepada kekikiran, karena kekikiran telah membinasakan orang-orang sebelum kalian sehingga membawa mereka menumpahkan darah dan merobek-robek kehormatan". (HR. Muslim: 16/134 Syarah An-Nawawi)

2) Rosululloh Shollalloh’alaihi wa Sallam bersabda kepada Mu'ad bin Jabal ketika diutus keYaman:
"Bertaqwalah (takut) kamu dari do'a orang yang didzolimi, karena antara dia dan Alloh tidak terdapat penghalang". (HR. Bukhori:3/357 fath Al-Bari dan Muslim:1/197
Syarah An-Nawawi)

C. Sarana-Sarana Taqwa
Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan sarana-sarana untuk mencapai taqwa (tujuan
tazkiyatun nufus). Semuanya dapat kita golongkan pada tiga kaidah:

a) Kaidah meneliti seluruh syi'ar-syi'ar Islam.

Sesungguhnya Islam itu aqidah dan hukum-hukum yang tujuannya adalah taqwa atau tazkiyatun nufus agar manusia dapat istiqomah pada perintah Alloh baik secara individu, kelompok maupun masyarakat.

Tauhid merupakan pensucian bagi jiwa (tazkiyatun nufus). Karena dasar hikmah itu adalah mengenal Alloh Subhanahu wa Ta’ala, beribadah, dan takut kepada Nya untuk syirik kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah noda hitam dalam jiwa. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis…". (QS. At Taubah (9) : 28).

Seluruh ajaran Islam bertujuan mensucikan jiwa manusia dari kotoran-kotoran hati. Wudhu, mandi dan tayamum juga merupakan pensucian. Ketika Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara tentang ketiganya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam akhir kalam Nya berfirman:

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendakmengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Alloh tidak hendak menyulitkan kalian, tetapi dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagi kalian, supaya kalian bersyukur. (QS. Al Maa-idah (5) : 6)

Sholat merupakan pensucian jiwa dan anggota badan dari kekejian dan kemunkaran. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya : "…..Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar……". (QS. Al 'Ankabut (29) : 45)

Didalam sholat terdapat tiga (3) kondisi : ikhlas, khosyah (rasa takut) dan dzikir kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Ikhlas memerintahkan yang ma'ruf, khosyah melarang yang munkar dan dzikir kepada Alloh menjadikannya memiliki mata hati. Begitu pula zakat bertujuan mensucikan jiwa, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman : artinya : "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Alloh Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. At Taubah (9) : 103)

Dan begitulah seluruh ajaran Islam bertujuan mensucikan jiwa, jika kita mau meneliti ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits-Hadits Rosululloh Shollalloh’alaihi wa Sallam, maka kita akan menemukannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa jalan yang dapat mengarahkan kepada taqwa adalah ibadah, karena ibadah adalah:
"nama yang umum dan menyeluruh, yang mencakup perkataan dan perbuatan yang dicintai dan diridhoi Alloh Subhanahu wa Ta’ala".

b) Kaidah mengenal sifat orang-orang taqwa yang sempurna dan orang-orang mukmin yang ikhlas. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Robb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung". (QS. Al Baqarah: 2-5)

Ayat yang menerangkan tentang sifat-sifat orang yang bertaqwa ini seluruhnya bertujuan pada pensucian jiwa.

c) Kaidah mengenal hakekat wali.
Wali-wali Alloh Subhanahu wa Ta’ala adalah orang-orang mukmin yang bertaqwa. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya:"Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (QS. Yunus: 62)

d) Rukun-Rukun Taqwa
Menurut ahlu sunnah wal jama'ah suatu amal hanya
diterima dari orang –orang yang bertaqwa yaitu orang yang amalnya ikhlas karena
Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sesuai dengan syari'at yang ditetapkan Rosululloh
Shollalloh’alaihi wa Sallam. Sebagian ulama' merumuskannya dengan dua point
pokok:

a. Tidak beribadah kecuali hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

b. Tidak beribadah kepada Alloh kecuali dengan apa yang diperintahkan dan
disyari'atkanNya melalui lisan RosulNya.

Ketentuan ini didasarkan oleh dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadits sebagai berikut:

Artinya : "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia Berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Alloh hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (QS. Al Maa-idah (5) : 27)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya : "Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun". (QS. Al Mulk (67) : 2)

Dalam menafsirkan yang lebih baik amalnya (-)
Al-Fudhoil bin Iyad berkata: yaitu yang paling ikhlas dan paling benar, maka
orang-orangpun bertanya: hai abu Ali, apa yang paling ikhlas dan yang paling
benar itu? Beliau menjawab: sesungguhnya amal apabila ikhlas tetapi tidak
benar, maka tidak diterima. Sampai amal itu benar-benar ihklas dan berada
dijalan yang benar. Ikhlas adalah karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan benar
itu adalah sesuai Sunnah (tuntunan Rosululloh Shollalloh’alaihi wa Sallam).

Dua syarat diatas ditambahkan dengan satu point penting lainnya yaitu:

c. Ilmu
Yaitu mengetahui (ilmu) dua rukun diatas dan mengetahui hakekat taqwa itu sendiri serta hal-hal lainnya yang terkait.

Mujiarto Karuk

No comments:

Post a Comment