Monday, February 23, 2015

Adakah Tauhid Dalam Agama Kristen saat ini ? (2)

- Menyelamatkan kehormatan lahir dan batin

Islam mengajarkan ummatnya agar mereka melaksanakan perkara-perkara yang dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dan orang lain, yang di antaranya adalah dengan memerintahkan mereka untuk menutup aurat. Setiap orang dari ummat Islam diharuskan menutup auratnya dengan sempurna ketika mendatangi tempat-tempat umum, demi mencegah potensi negatif yang mungkin muncul dalam diri orang lain disebabkan oleh keberadaannya. Selain hal tersebut akan lebih aman bagi dirinya sendiri, orang lain pun juga akan menjadi aman dari pemandangan negatif yang dapat mengganggu batin mereka hingga memicu tindakan merugikan yang tak diharapkan. Karena pada kenyataannya, perilaku merugikan dan merusak yang banyak terjadi adalah disebabkan oleh potensi-potensi manusiawi yang tidak diamankan secara seharusnya. Maka dalam hal ini, apakah agama Kristen telah memberikan aturan menutup aurat dengan tegas dan jelas? Seperti apakah batasan-batasan dalam agama Kristen antara yang dilarang dan yang diperbolehkan untuk tampak dalam perkara aurat?

- Kesenjangan jumlah jiwa antara laki-laki dan perempuan

Menghadapi fenomena kesenjangan jumlah jiwa antara laki-laki dan perempuan, yang mana jumlah perempuan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah laki-laki, Islam memperbolehkan kaum laki-lakinya yang mampu secara materi dan sanggup bersikap adil untuk menikahi satu sampai empat orang istri, yang di antara hikmahnya adalah untuk menolong wanita-wanita janda yang merawat sendiri anak-anak mereka; menekan jumlah penyimpangan pergaulan yang bisa saja dilakukan oleh selisih jumlah wanita karena tidak memperoleh ‘jatah pasangan’; menyelamatkan nilai-nilai terhormat tentang nasab atau keturunan, di mana istri kedua harus diperkenalkan dengan istri pertama, dan seterusnya, agar antara keturunan masing-masing tidak sampai terjadi nikah sesama saudara atau hubungan sedarah, dan juga agar tidak terjadi fitnah yang lebih besar karena pernikahan yang tidak saling diberitahukan; dan hikmah-hikmah lain yang semacam itu. Maka dalam permasalahan ini, solusi apakah yang telah benar-benar dipersiapkan oleh agama Kristen? Apakah selisih jumlah wanita yang tidak memperoleh ‘jatah pasangan’ lantas boleh berbuat bebas dalam pergaulan mereka dengan alasan tersebut? Dan masih banyak lagi pertanyaan lain tentang hal tersebut untuk agama Kristen.

- Bahaya minuman keras

Semua manusia tentu mengerti dampak buruk dari minuman keras. Dan Islam dalam sejarahnya telah berhasil menyadarkan suatu bangsa yang mana telah begitu terlilit oleh pengaruh minuman yang merusak tersebut. Dan kalau tidak salah, dalam ajaran agama Kristen tidak ada pelarangan minuman keras secara tegas, melainkan hanya dianjurkan agar tidak sampai berlebihan dalam meminumnya sehingga tidak sampai mabuk-mabukan. Mungkin mereka beralasan bahwa pada masa Yesus atau Isa AS memang tiada pelarangan yang tegas dalam hal tersebut. Namun demikian, kalaulah misalnya benar bahwa pada masa Yesus atau Isa AS minuman keras tidak secara tegas dilarang, maka itu bukan berarti bahwa untuk seterusnya minuman keras akan berstatus demikian, karena memang ketentuan hukum Tuhan itu akan bisa berbeda setiap zamannya. Dahulu, generasi awal nabi Adam AS masih diperbolehkan untuk menikah dengan sesama saudara, namun tentu tidak demikian untuk saat ini, baik karena alasan ilmiah dan kesehatan ataupun karena alasan kepantasan dan kehormatan. Di samping itu, pada kenyataanya, kerusakan di tengah-tengah manusia yang sering terjadi, seperti pergaulan bebas, kecelakaan lalu lintas, dan kerusakan yang lebih berat dari itu, adalah disebabkan oleh pengaruh minuman keras. Maka betapa sulitnya untuk menerima kebenaran agama Kristen jika ajarannya tidak mengharamkan minuman keras yang telah terbukti merugikan tersebut.

Dan tentu masih banyak lagi selain perkara-perkara tersebut yang menjadi kelebihan agama Islam yang tidak dimiliki oleh agama Kristen. Agama Kristen memang memiliki kebaikan-kebaikan yang serupa dengan Islam, seperti dalam hal budi pekerti, kasih sayang, kemanusiaan, hikmah dan keteladanan dari para nabi dan rasul serta orang-orang terpilih lainnya, dan juga kebaikan-kebaikan umum lainnya, karena memang keduanya sama-sama bersumber dari Satu Dzat Pencipta yang sama, yaitu Allah SWT, namun tentu kekurangan-kekurangan dan penyimpangan di dalam agama Kristen itulah yang sebenarnya telah menyebabkan agama Kristen menjadi tidak sempurna dan rapuh. Dan jikapun agama Kristen dilengkapi kekurangannya, sedikit demi sedikit hingga iapun menjadi sempurna, maka ketika kita menyaksikan agama Kristen telah disempurnakan, niscaya ketika itulah kita akan menyaksikan agama Islam, karena memang Islam diturunkan salah satunya adalah untuk meluruskan apa-apa yang menyimpang dari ajaran Yesus atau Isa AS akibat campur tangan manusia, sekaligus sebagai agama penyempurna bagi semua agama manusia di akhir zaman.

Di samping itu, seandainya kita bersedia untuk memperhatikan fenomena perpindahan keyakinan, baik dari agama Kristen ke agama Islam, atau sebaliknya, maka ketika kita memperhatikan orang-orang yang berpindah keyakinan dari agama Kristen ke agama Islam, kita akan mendapati bahwa kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mencari kebenaran dengan kesungguhan, tanpa kecenderungan terhadap materi atau motif apapun yang selain itu. Namun sebaliknya dengan orang-orang yang berpindah keyakinan dari agama Islam ke agama Kristen, di mana hampir kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang terpaksa mengganti agama mereka karena kecenderungan materi atau motif lain yang semacamnya, dan bukan berdasarkan usaha mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh.

Lebih dari itu, kalaupun seandainya seluruh ummat manusia bersedia untuk bersama-sama mencoba membandingkan antara agama Islam dan agama Kristen, dengan cara misalnya dalam masa lima tahun seluruh ummat manusia memeluk agama Kristen, kemudian untuk selanjutnya, hingga akhir usia mereka, semuanya memeluk agama Islam dengan taat; atau dengan pola sebaliknya, yaitu lima tahun memeluk agama Islam, kemudian untuk seterusnya memeluk agama Kristen semuanya; maka dari sini, apakah kira-kira perbedaan pengaruh antara dua pola tersebut bagi kehidupan manusia, atau perubahan apakah yang akan terjadi dalam kehidupan manusia akibat perpindahan keyakinan tersebut? Mungkin, dari pengandaian ini saja pun kita akan bisa membayangkan betapa akan semakin rusaknya pergaulan ummat manusia jika ummat Islam yang sudah secara baik-baik menjaga aurat dan kehormatan mereka, menjaga dan menafkahi empat orang istri dengan adil, menjauhi minuman keras, dan seterusnya, justru harus bersama-sama memeluk agama Kristen secara bersamaan, yang di dalamnya tiada perintah menutup aurat secara jelas, tiada aturan tentang poligami yang menyelamatkan nasib para janda dan anak mereka, tiada larangan tegas terhadap minuman keras, dan seterusnya. Dan tampaknya, kita akan bisa membayangkan betapa teraturnya kehidupan manusia jika semuanya memeluk agama Islam dengan taat, di mana dunia ini akan tentu menjadi lebih baik dan lebih damai. Namun bagaimanapun juga, ternyata Allah SWT memang telah menentukan dengan hikmah-Nya bahwa di dunia ini pasti akan ada yang memperoleh hidayah-Nya dan akan ada yang tidak, karena jika semuanya memperoleh hidayah-Nya untuk kemudian memperoleh keselamatan, tentunya Allah SWT tidak akan perlu mempersiapkan tempat tinggal yang menyakitkan di akhirat. Maka di sinilah kita mengerti betapa besarnya keberuntungan ummat manusia yang dianugerahi hidayah iman dan Islam.

Di samping itu, dalam keyakinan Tritunggal agama Kristen, jikapun memang Tuhan harus mengambil seorang anak, maka seharusnya yang lebih berhak untuk menjadi anak-Nya adalah Adam AS, dan bukan Yesus atau Isa AS, karena Yesus atau Isa AS tercipta dan terlahir melalui rahim seorang makhluq, sedangkan Adam AS tercipta justru tanpa melalui rahim makhluq apapun. Kemudian selain itu, jika memang Tuhan harus menebus dosa ummat manusia, tentu Tuhan tidak perlu merubah sepertiga dari diri-Nya sendiri untuk menjadi makhluq, melainkan cukup dengan mengampuni makhluq-mahkulq-Nya begitu saja tanpa syarat apapun, yang mana itu akan lebih pantas bagi Dzat Pencipta daripada Pencipta tersebut harus menjadi ciptaan-Nya sendiri. Maha Suci Tuhan dari keyakinan Tritunggal dan keyakinan-keyakinan lain yang semacam itu.

Dan seandainya setelah semua kenyataan tersebut ummat Kristen masih tetap meyakini bahwa Yesus atau Isa AS adalah anak Tuhan, maka setidaknya mereka akan perlu untuk mempertimbangkan ayat-ayat Injil yang berikut ini:

“Maka Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku, dan Aku telah menyirami dia dengan minyak-Ku yang suci; Maka tangan-Ku akan menyokong dia selalu, dan lengan-Ku akan menguatkan Dia; … Ia pun akan memanggil akan Daku: ‘Engkau juga Bapaku, Allahku dan gunung batu selamatku!’; Maka Akupun akan menjadikan dia anak sulung, yang maha tinggi di atas segala raja-raja di bumi.” (Mazmur 89: 21-22, 27-28)

“Kemudian, kamu (Musa) harus berkata kepada Fir’aun, ‘Tuhan mengatakan ini: “Israel (Ya’qub) adalah anak-Ku yang sulung.” (Keluaran 4:22)

“Aku akan memimpin mereka pada jalan itu sebab Aku adalah Bapa Israel. Dan Efraim adalah anak laki-laki-Ku yang sulung.” (Yeremia 31:9)

Dari ayat-ayat Injil tersebut, jika memang ummat Kristen menuhankan Yesus atau Isa AS karena dia merupakan anak Tuhan, maka mengapa mereka tidak juga menuhankan ‘anak-anak’ Tuhan yang lainnya tersebut? Maha Suci Allah dari memiliki anak yang menjadi sembahan selain-Nya. Lebih lanjut tentang ayat-ayat tersebut, di mana di situ kita mendapati istilah ‘Bapa’ dan ‘anak’, yang mungkin, jika ayat-ayat tersebut memang benar-benar masih murni, bisa jadi istilah ‘Bapa’ dan ‘anak’ tersebut adalah semestinya bermakna ‘Tuhan’ dan ‘hamba pilihan’, sebagaimana para rasul yang memang telah dipilih oleh Allah di antara ummat manusia. Namun, tampaknya karena sikap pengagungan yang berlebihan dari ummat Kristen terhadap Yesus atau Isa AS itulah yang menyebabkan mereka mengartikan istilah ‘Bapa’ dan ‘anak’ melebihi maksud yang semestinya, di mana istilah ‘anak’ justru diartikan sebagai ‘sembahan’ di samping ‘Bapa’ yang harus mereka sembah itu sendiri. Namun bagaimanapun juga, di dalam al-Qur’an telah dinyatakan bahwa Allah SWT sendiri tidak pernah mengambil seorang anak, sehingga ayat-ayat yang menyebutkan tentang ‘anak-anak sulung’ tersebut bisa jadi telah dipengaruhi oleh campur tangan manusia. Dan kalaupun memang ayat-ayat tersebut benar-benar masih suci dan belum tersentuh oleh campur tangan manusia, maka mungkin penyimpangan dalam agama Kristen yang dibenci oleh Allah SWT adalah penyimpangan dalam mengartikan istilah ‘anak’ tersebut, sebagaimana yang telah diuraikan. Dan hanya Allah SWT sajalah yang lebih tahu hakikatnya.

Dan di dalam al-Qur’an sendiri juga telah disebutkan peringatan yang keras agar pengikut Yesus atau Isa AS tidak berlebihan dalam menghormati dirinya, dan juga ibunya, karena penghormatan yang berlebihan akan bisa berubah menjadi pengagungan yang akhirnya dapat menjadi penuhanan atau penyembahan. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa (Yesus) Putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”’ Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang gaib.’” (Al-Maaidah: 116)

Oleh karena itu, kiranya dengan segenap alasan dan kenyataan tersebut ummat Kristen dapat mempertimbangkan tawaran kebenaran dari agama Islam ini, yang juga sama-sama bersumber dari Allah, hanya saja Allah yang diyakini oleh ummat Islam adalah Dzat yang Suci dari penyekutuan, di samping juga firman-Nya dalam agama langit yang satu ini telah dijamin bersih dari penambahan dan pengurangan akibat campur tangan manusia. Allah yang telah menciptakan dan mengutus Yesus AS berfirman di dalam al-Qur’an yang artinya:

“Katakanlah: ‘Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tiada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’.” (Aali ‘Imraan: 64)

“Dan (ingatlah) ketika Isa (Yesus) Putra Maryam berkata: ‘Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: ‘Ini adalah sihir yang nyata’.” (Ash-Shaff: 6)

“Sesungguhnya al-Masih, Isa (Yesus) putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kalian mengatakan: ‘(Tuhan itu) tiga’; berhentilah (dari ucapan itu, maka Itu) lebih baik bagi kalian. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (An-Nisaa’: 171)

“dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh al-Masih, Isa (Yesus) putra Maryam, Rasul Allah’, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa (Yesus) bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa (Yesus) benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa (Yesus); Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa (Yesus) kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisaa’: 157-158)

Demikianlah seruan Islam kepada ummat Kristen agar menerima Islam sebagai agama penyempurna bagi agama mereka. Namun demikian, Islam adalah agama perdamaian, di mana tiada pemaksaan dan kekerasan untuk mengimani kebenaran agama ini, karena keselamatan iman dan tauhid telah begitu jelas dan kerugian kufur dan syirik juga sudah begitu nyata. Dan segala bentuk kekerasan yang nyatanya pernah terjadi atas nama Islam sebenarnya hanyalah disebabkan oleh kesalahan ummat Islam, dan bukan disebabkan oleh ajaran Islam itu sendiri. Islam adalah agama Allah SWT di akhir zaman yang telah disempurnakan dan tiada kesalahan di dalamnya; dia diturunkan untuk mengakhiri segala penyimpangan dalam agama-agama langit yang telah diturunkan sebelumnya, serta untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan agama-agama yang telah mereka ciptakan sendiri.

Maka semoga Allah SWT semakin menguatkan iman ummat Islam dengan menyadari kebenaran Islam di atas agama-agama lainnya. Dan semoga ummat agama-agama lain, terutama ummat agama Kristen, dapat lebih dekat mengenal Islam yang sebenarnya merupakan kabar gembira bagi mereka, yang akan menjadi sebab keselamatan bagi mereka di dunia ini dan akhirat kelak. Bagaimanapun juga, hakikat hidayah iman dan Islam hanyalah menjadi wewenang dan wilayah Allah SWT semata. Ummat Islam hanya diharuskan untuk menyampaikan ajaran Islam kepada pemeluk agama lainnya sesuai kesanggupan masing-masing.

Sesungguhnya, setiap manusia akan pasti memiliki caranya masing-masing dalam menjalani hidup. Dan di dalam Islam, tiada pemaksaan dalam memilih jalan hidup selama itu bukan jalan yang melanggar aturan Allah SWT dan Rasul-Nya, karena sesungguhnya Allah SWT tidak pernah menilai hamba-Nya melalui status sosial mereka, materi mereka, ataupun yang lainnya. Sebagai petani atau sebagai Menteri Pertanian sekalipun akan bisa sama saja di mata Allah SWT, selama kedua profesi tersebut sama-sama dilaksanakan dengan baik demi meraih ridha-Nya. Justru akan bisa jadi profesi Menteri Pertanian akan lebih merugikan daripada profesi petani di hadapan Allah SWT jika tidak dilaksanakan dengan baik. Maka alangkah baiknya jika kita bekerja dan berbahagia dengan cara kita masing-masing dengan tetap berusaha mentaati aturan Allah SWT dan Rasul-Nya semampu kita, tanpa perlu merasa bahwa profesi kita adalah profesi yang paling penting di antara profesi-profesi lainnya, hingga kita pun tampak ingin memaksa orang lain untuk menjadi seperti diri kita. Karena bagaimanapun juga, satu tubuh manusia itu terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing akan pasti memiliki kelemahan dan kekurangan, yang mana karena itulah saling melengkapi satu sama lain di antara mereka akan sangat diperlukan. Maka cukuplah kita saling mendukung untuk menjadi diri masing-masing yang lebih baik, selama yang menjadi kecenderungan kita bukanlah kecenderungan yang diharamkan oleh agama Islam, niscaya dengan demikian kita pun akan bisa hidup bahagia dan bersyukur bersama-sama tanpa ada permusuhan. Demikianlah, dan hanya dari dan milik Allah SWT sajalah segala kebenaran, kekuatan, hidayah dan taufiq.

No comments:

Post a Comment