Thursday, July 7, 2011

Dampak perceraian pada anak


“Kamu tahu tidak Gus? sudah 3 hari ini ibuku tidak pulang, aku sedih deh, aku sms dia juga tidak pernah dibalas, mengirimkan email juga percuma, ibuku jarang sekali buka email, semalam ibuku menelpon hanya sebentar dan sepertinya dia terburu-buru. Dia hanya menanyakan keadaan saya aja, ibu pergi bersama adikku yang masih kecil, namanya Raihan, dia itu anak bungsu. Ibu selalu mengajaknya pergi kemana saja, tetapi kenapa yah, aku sendiri tidak pernah di ajak sama ibu, apa karena aku sering melawan ibu sehngga seringkali ibu marah-marah kepadaku. Mungkin bagi ibu aku sungguh menyusahkan,” begitulah Anida curhat pada Susanty, kawannya yang dulu satu kelas di SMP, rumah mereka ini berdekatan dengan arah pulang yang sama.

“Memang ibu kamu kemana Nid?” tanya Susanti asal yang dengan serius mendengarkan dan sangat perhatian terhadap temannya ini. Mereka ini berdua sudah berkawan dan sudah saling akrab sejak di kelas 3 SD, dan kebetulan mengambil sekolah yang sama di SMP 123, di daerah bilangaan Jakarta barat.
“Itulah.. dodol kamu akh.. kalau aku tahu sih aku tidak akan curhat sama kamu lagi..” rungut Nida. Aduuhhh.. mana tidak enak lagi tinggal sama ayah, karena setiap harinya selalu ada perintah-perintah yang sangat banyak, harus sholat, harus belajar, harus tidur cepat, gosok gigi, padahal mana enak sih melakukan itu semua sendirian. Setelah memberi perintah ini itu, ayah langsung masuk kamar atau kalau tidak ia pergi dan pulangnya selalu malam, katanya sih ada urusan, tapi aku heran kenapa ayah tidak mencari ibu, maunya aku sih, aku ingin sekali diajak sama ayah untuk mencari ibu. Kalau aku pikir mungkin ibu pergi ke rumah nenek di Lembang. Huuuu.. aku kesal, Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, aku tidak mau ayah dan ibu bercerai” sendu Nida sembari duduk di bawah pohon dipinggir jalan.

“Asemka neng, ayo abang bonceng,” tukang ojek menghampirinya dan semakin membuat Nida kesal. ”ikhh tidak pengertian banget sih ni tukang ojek, orang lagi kesel.” pergi sana..” usir Nida kasar kepada tukang ojek yang hanya bisa cengengesan saja. “Sudah sana bang, kawan saya lagi ada masalah nih, nanti kalau perlu, abang dipanggil deh..” Susanti meredakan suasana. Kasihan tukang ojeknya sudah tua dan nampaknya perhatian pada mereka berdua.

“Yaa, abang cuma nawarin aja atuh neng, yaa jangan marah, memang si eneng kenapa nangis di jalanan, masuk aja ke warung sana,” tunjuknya ke sebuah warung dekat pohon dimana mereka duduk untuk menenangkan diri. “Orang tua saya mau bercerai..“ ucap Nida gusar. Bapak kalau bercerai sama istrinya nangis juga gak, kesel gak anaknya?” tanya Nida dengan nada marah pada tukang ojek yang hanya diam saja. “Astaghfirullah.. sing sabar yaa.. neng, kalo bapak ya neng, bapak punya istri yang gembrot dan cerewet, tetapi bapak tidak akan menceraikan istri bapak, karena dia kan yang menemani bapak dari dulu dari usia muda sampai usia tua begini, dan istri bapak tau kalau pekerjaan bapak hanya tukang ojek, dia itu yang mengurusi anak-anak bapak sampai mereka menjadi orang semua, anak-anak bapak juga sudah pada kawin semua. Yaa bilang atuh neng, sama bapaknya yang sabar jadi suami, nanti yang menjadi korban pasti anak-anaknya, ya seperti eneng ini..”demikian pesan si tukang ojek kebapakan.
Sambil menghela nafas prihatin..

“Ya, bapak si enak aja ngomong, susah tahu.. ayah saya susah dibilangin dan selalu merasa dirinya benar, sedangkan ibu tidak sayang sama saya, dia langsung saja meninggalkan saya sendirian di rumah, mana si mbok masak sayur bening tidak enak banget lagi.. huuuh.. ibuuuu.. ibu.. dimana buuu.. kenapa Nida tidak diajak sih buuu.. ibu pulang dong bu...”tangis Nida tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.
"Perbuatan halal yang teramat dibenci Allah, ialah talaq." (Riwayat Abu Daud)
"Tidak ada sesuatu yang Allah halalkan, tetapi Ia sangat membencinya, melainkan talaq." (Riwayat Abu Daud)


Kisah diatas adalah kisah nyata yang kutemui, ketika mobilku mogok dan aku menemukan dua orang anak gadis yang sedang duduk sambil minum teh botol di sebuah warung. Aku melihat yang satu berwajah sembab, dia menceritakan betapa pedih hatinya karena hari itu adalah saat ayah dan ibu untuk memutuskan bercerai, sungguh dia merasa hancur. Ungkapnya lagi, “Papa sama Mama tidak punya perasaan, kalau memang ingin bercerai jangan punya anak dong, mereka sih enak bisa menikah lagi dan punya pasangan baru, hatiku menjadi goncang, aku tidak punya siapa-siapa, Mamaku sedang akrabnya dengan pasangan yang baru, Papa juga sama saja, lagi akrab-akrabnya dengan istri yang baru, yang menjadi korban kan aku, belum tentu ayah tiri dan ibu tiriku mau menerima aku, biar gimana juga mereka kan orang lain dan aku tidak mau diperlakukan seperti itu sama papa dan mama. Papa dan mama sangat egois, mereka enak berdua tidak mau memikirkan anak, lebih memilih memikirkan diri sendiri.

Apa tidak ada cara lain selain bercerai, apa sih yang mereka cari dalam hidup ini, rumah punya, mobil punya, anak sudah 4, kok bisa mereka begitu tega dengan anak-anaknya, ”kita kan malu sama teman-teman, malu sama guru, sepertinya teman-teman di sekolah memandang dan menilai diriku hanya cukup di kasihani saja. Aku juga merasa iri melihat pasangan ayah dan ibu dari teman-teman yang lain, mereka sering kompak dan mesra, hatiku merasa hancur sewaktu melihat foto kami sekeluarga. Waktu kami masih kecil, papa tertawa sambil memeluk bahu mama dan memegang bahu abang, sementara Mama tersenyum sambil memeluk adik dan aku, lalu kakak menyandar di bahu mama. Akh mama.. papa.. kenapa kalian yang membangun rumah tangga ini, kenapa kalian juga yang menghancurkannya. Hari ini pengadilan memutuskan bahwa mereka resmi untuk bercerai dan vonis pun dijatuhkan, tapi bagi ku hari ini adalah hari yang sangat menghancurkan dan terpahit dalam hidupku. Asal papa dan mama tahu, bahwa aku benci sama mama dan papa, aku pun juga tidak tahu sampai kapan aku akan membenci mama dan papa.” ucapnya kesal.

Surat itu diberikannya kepadaku, dan anak gadis itu berkata, ”Tante, surat ini tadinya mau aku kasih ke mamaku, tetapi aku sudah malas ketemu dengannya, buat tante saja, kalau tante ada masalah dengan suami, tante jangan mudah untuk bercerai ya, kasihan tante dengan anak-anak tante, sekarang pikiran ku kacau dan aku tidak tahu mau kemana, aku mau pergi jauh tapi aku takut. Tante.. terima kasih ya sudah mau mendengarkan ceritaku, aku tidak berani bicara dengan guruku, aku takut nanti jadi berita atau gosip di sekolah,” ungkapnya sendu. ”Sepertinya tante punya sekolahan ya?” (setelah aku bicara panjang lebar dengan mereka, lalu aku bilang aku juga guru dan punya sekolah kecil di jakarta timur dan jakarta barat), lalu katanya ”bilang pada semua orang tua ya tante, anak-anak paling benci bila orang tuanya bercerai, dan jujur saja aku tidak mau kawin akh, aku takut akan bercerai seperti mama dan papa,” lanjutnya ketus.

Anak gadis itu terlihat lega, dibalik kerudungnya yang kusut dan seragamnya yang agak kusam, aku menangkap wajah lega karena sudah curhat panjang lebar dengan orang yang tidak dikenalnya. Anak itu pun berkata, ”Alhamdulillah aku bisa ketemu dengan seorang guru, kalau ketemu orang lain bagaimana?, langsung aja aku ngajak ngobrol dan bahkan minta no HP dan no telpon rumahnya.”
Memang bila orang tua membuat keputusan apapun, maka anak-anak akan menjadi korban dalam setiap keputusan itu. Namun semua keputusan, walaupun baik
Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS: At Taghabuun: 14]


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [QS: At Tahrim: 6]
Dampak percerain bagi seorang anak:


1.Resah, galau dan khawatir, seperti kehilangan pegangan.
2.Menilai buruk pada lembaga atau institusi pernikahan
3.Kurang konsentrasi belajar
4.Malu dengan lingkungan
5.Tidak percaya diri
6.Cenderung skeptik dengan keadaan
7.Tidak seimbang dalam berperilaku
8.Membenci dan menyesali keputusan orang tua
Yang harus dilakukan orang tua bila anak menjadi korban perceraian:

1.Orang tua harus berusaha merangkul dan memberi penjelasan secara terus-menerus
2.Tetap menyayangi dan memberi perhatian lebih
3.Jangan mudah marah dan harus banyak bersabar menghadapi ulah si anak yang mungkin agak berlebihan dan ketus sebagai bentuk protes pada orang tuanya
4.Mendoakan dan juga berusaha bersikap lebih baik dengan banyak beribadah
5.Menunjukkan empati pada si anak
6.Sebaiknya tidak mempertemukan pasangan atau mantan suami/istri kepada si anak
7.Menjalin hubungan erat dengan guru-guru dan ustadz-ustadz di sekolah, sebagai pengganti peran ayah atau ibu, dikarenakan belum ada pengganti yang cocok dengan kepribadian si anak, maka untuk sementara dapat diperoleh dari guru/ ustadz/ ustadzah yang ada di sekolah.
Peran pihak sekolah :

1.Bersikap wajar dan biasa saja
2.Ekstra perhatian namun jangan terlalu ditunjukan agar anak tidak merasa beda, namun secara diam-diam tetap memperhatikan
3.Berdiskusi setiap hari dengan orang tua dan sampaikan apa yang terjadi, misal anak tidak mau buat tugas, memukul , cemberut, menangis, diam dan lain lain
4.Menjadi tempat curhat bagi anak dan jangan memberitahu kepada guru atau orang lain yang tidak berkepentingan, tidak menjadikan curhatan anak sebagai gosip, apalagi bila kebetulan orang tua si anak adalah tokoh masyarakat, publik figure atau artis
5.Mengajak anak untuk rajin ibadah
6.Tidak mengungkit atau membicarakan masalah perceraian kepada si anak karena bisa mengakibatkan kemarahan bagi si anak
7.Mengajak anak untuk melupakan kesedihannya dan dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang positif agar anak melupakan kesedihannya.
8.Mengajak anak untuk selalu berdo’a, alangkah baiknya bila guru mengetahui akan terjadi perceraian dari gejala si anak (sedih, menangis, over active, jarang masuk), maka alangkah mulianya bila seorang guru mengajak anak berdo’a dengan bersungguh-sungguh, shalat malam agar orang tuanya tidak jadi bercerai, atau rujuk kembali setelah talak satu dan sebagai anak jangan malas, oleh karena bila amal soleh anak diterima oleh Allah SWT, maka do’a akan dikabulkan.
9.Berbaik hati dengan menjadikan anak sebagai anak sendiri, bila ibunya yang pergi, maka guru wanita beperan sebagai pengganti ibunya, begitu pula bila ayahnya yang pergi, maka Ustad dan atau guru laki-laki berperan sebagai ayahnya, memberi nasihat, dukungan dan saran serta menumbuhkan kepercayan diri pada si anak dan arahkan untuk ibadah dan belajar sungguh sungguh dan tetap ceria walupun ada masalah, dan ingatkan selalu pada takdir Allah dan perlahan ajak anak untuk bangkit dari kesedihan.
10.Segera memberitahu kawan atau siapapun yang ada di lingkungan sekolah yang mem-bully atau mengejek anak yang bersangkutan agar dia merasa tidak dipojokkan.
11.Beri homework (namun jangan yang berat-berat), buku cerita, tugas hafalan quran, membaca kisah sahabat atau assigement yang lucu-lucu, misal membuat perkalian 6 dari daun dan hiasi dengan bunga yang dilukis sendiri. Intinya berikan anak kesibukan ketika sampai dirumah dia ada pekerjaan dan tidak larut dalam kesedihan, bila sampai dirumah.
12.Mendorong anak untuk tetap bersikap baik kepada kedua orangtuanya.

[QS: Luqman: 14] Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;
13.Mendo’akan anak dan orang tuanya agar mereka kembali harmonis, dan berdo’a agar tidak banyak lagi kasus perceraian disekolah kita yang menimpa orangtua dari murid-murid kita yang kita kasihi. Karena sesungguhnya kita dengan orang tua murid adalah bersaudara, sesungguhnya semua mukmin bersaudara.
[QS : Al Hujurat : 10] Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

Tolong menolong dalam kebaikan,
[QS : Almaidah : 2] dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

Hadist:
Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau). (Mutafaq'alaih)

No comments:

Post a Comment