Tuesday, September 1, 2009

Nina adalah anakku


"Benar, om nggak akan marah ...?", ucap anak kecil itu. Setiap tahun, kakak ku mempunyai kebiasaan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal Ramadhan dan akhir Ramadhan.

"Benar, Om nggak akan marah..?", ucap anak kecil di panti itu. "Buat apa nak foto?".ucap kakakku. "Nina ingin tunjukkan foto kepada teman-teman Nina di sekolah", tambah gadis itu. Sungguh sangat mengharukan pertemuan dengan Nina itu.

Setiap tahun, kakak saya punya kebiasan berkeliling ke berbagai panti asuhan dan rumah anak yatim. Kunjungan biasanya dilakukan dua kali. Awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan.

Kunjungan pertama adalah survei untuk mengetahui kebutuhan panti asuhan atau rumah yatim. Kunjungan kedua membawa bantuan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Ketika berkunjung ke salah satu rumah yatim, kakak saya bertemu dengan seorang bocah manis dan lucu. Dia masih sekolah kelas nol besar.

”Siapa namamu nak?” sapa kakak saya. ”Nama saya Nina Om”, jawabnya manja. ”Nina sudah punya sepatu baru?” tanya kakak saya. ”Sudah om, dikasih Abah (pemimpin panti-pen). Nina juga sudah punya baju baru”, urai Nina. “Kalau begitu Nina mau apa?” tanya kakak saya. “Nggak ah… ntar Om marah”, jawab Nina. “Nggak sayang, Om nggak akan marah,” kakak saya menimpali. ”Nggak ah… ntar Om marah” Nina mengulang jawabannya.

Kakak saya berpikir, pasti yang diminta Nina adalah sesuatu yang mahal. Rasa keingintahuan kakak saya semakin menjadi. Maka dia dekati lagi Nina.”Ayo nak katakan apa yang kamu minta sayang”, pinta kakak saya. ”Tapi janji ya Om tidak marah?” jawab Nina manja. ”Om janji tidak akan marah sayang,” tegas kakak saya. ”Bener Om nggak akan marah?” sahut Nina agak ragu.

Kakak saya menganggukkan kepala. Nina menatap tajam wajah kakak saya. Sementara kakak saya berpikir, ‘Seberapa mahal sih yang bocah kecil ini minta sampai dia harus meyakinkan bahwa saya tidak akan marah’. Sambil tersenyum kakak mengatakan “ayo Nak, katakan, jangan takut, Om tidak akan marah Nak.” ”Bener ya Om nggak marah?,” ujar Nina sambil terus menatap wajah kakak saya. Sekali lagi kakak saya menganggukkan kepala. Dengan wajah berharap-harap cemas, Nina mengajukan permintaanya ”Mmmm, boleh gak mulai malam ini saya memanggil Om..dengan paggilan Ayah?. Nina sedih gak punya ayah...”

Mendengar jawaban itu, kakak saya tak kuasa membendung air matanya. Segera dia peluk Nina, ”tentu Anakku.. tentu Anakku…mulai hari ini Nina boleh memanggil Ayah, bukan Om”. Sambil memeluk erat kakak saya, dengan terisak Nina berkata ”terima kasih ayah… terima kasih ayah...”

Hari itu, adalah hari yang takkan terlupakan buat kakak saya. Dia habiskan waktu beberapa saat untuk bermain dan bercengkrama dengan Nina. Karena merasa belum memberikan sesuatu berbentuk material kepada Nina, maka sebelum pulang kakak bertanya lagi pada Nina, ”Anakku, sebelum lebaran nanti ayah akan datang lagi kemari bersama ibu dan kakak-kakakmu, apa yang kamu minta nak?” , ucap kakakku.

”Kan udah tadi, Nina sudah boleh memanggil Ayah,” jawab Nina.”Nina masih boleh minta lagi sama ayah. Nina boleh minta sepeda, otoped atau yang lain, pasti akan Ayah kasih.” jelas kakak saya. ”Baiklah, nanti kalau ayah datang sama ibu ke sini, aku minta Ayah bawa foto keluarga bareng yang ada Ayah, Ibu dan kakak-kakak Nina, boleh kan Ayah?” Nina memohon sambil memegang tangan kakak. Tiba-tiba kaki kakak lunglai. Dia berlutut di depan Nina. Dia peluk lagi Nina sambil bertanya, ”buat apa foto itu Nak?” “Nina ingin tunjukkan sama temen-temen Nina di sekolah, ini foto ayah Nina, ini ibu Nina, ini kakak-kakak Nina.

” Kakak saya memeluk Nina semakin erat, seolah tak mau berpisah dengan gadis kecil yang menjadi guru kehidupannya di hari itu. Terima kasih Nina. Meski usiamu masih belia kau telah mengajarkan kepada kami tentang makna berbagi cinta.

Berbagilah cinta, karena itu lebih bermakna dibandingkan dengan sesuatu yang kasat mata. Berbagilah cinta, maka kehidupan kita akan lebih bermakna. Berbagilah cinta agar orang lain merasakan keberadaan kita di dunia... (eramuslim/M.S.Balda)



No comments:

Post a Comment