Tuesday, November 26, 2013

Dipromosi Dan Dihargai

Maukah Anda dipromosikan untuk jabatan yang lebih tinggi? Mau duwwwooong…. Maukah Anda dipromosikan dan dihargai? Mau banggets.
Maukah Anda dipromosikan, namun sama sekali tidak dihargai oleh orang-orang yang ada disekitar Anda? Disepelkan. Dipertanyakan; kenapa kok orang seperti Anda yang mendapatkan promosi jabatan itu. Tidak didengarkan kata-kata Anda oleh anak buah. Tidak dituruti instruksi Anda oleh orang-orang yang Anda pimpin. Maukah Anda menjadi atasan seperti itu? Tentu tidak mau kan? Tak seorang pun mau, saya yakin. Namun, kenyataan menunjukkan lain. Banyak orang yang dipromosi jabatan namun tidak dihargai. Terlebih lagi, mereka yang baru pertama kali mendapatkan promosi. Jadi, penting sekali bagi kita untuk mengantisipasi supaya kelak jika kita dipromosi, kita juga dihargai. Bagaimana caranya?

Inilah yang terjadi pada sahabat muda saya. Suatu ketika dia mendapatkan promosi untuk menduduki jabatan tertentu. Dengan promosi
itu, maka sejak sekarang dia bisa disebut sebagai seorang atasan. Ada beberapa anak buah dalam sebuah team yang dipimpinnya. Yang menjadi persoalan bagi dirinya sekarang adalah; orang-orang yang selama ini menjadi teman baiknya langsung berubah sikap kepadanya. Penyebabnya jelas sekali; mereka menilai teman saya itu tidak layak untuk dipromosikan. Walhasil, eksistensinya sebagai atasan pun menjadi sering diabaikan. Kata-katanya dianggap sebagai angin lalu.

Instruksinya hanya dijalankan secara asal-asalan. Kinerja team pun tidak sesuai dengan harapan. Sehingga atasannya sekarang mempertanyakan; apakah kamu bisa memimpin unit kerja itu dengan baik? Ketika mendapatkan surat keputusan promosi itu dia bahagia sekali. Namun sekarang, dia merasakan dadanya sesak seperti terkena asma secara mendadak.

Kenapa begitu ya? Jawaban yang paling mudah untuk pertanyaan itu adalah; orang lain iri kepada dirinya sehingga mereka memboikot. Memang benar kan? Jabatan itu kan diperebutkan oleh banyak orang. Kalau seseorang mendapatkannya, maka orang-orang yang lainnya tidak menyukainya. Saya tadi mengatakan jika itu adalah jawaban yang mudah. Tapi, bukan jawaban yang benar. Lho, memangnya jawaban yang benar itu seperti apa? Izinkan saya menjelaskannya dengan kejadian lain.

Selain sahabat yang tadi, saya juga punya sahabat lain. Yang juga mendapatkan promosi untuk pertama kalinya dalam karirnya. Sama
senangnya dengan teman saya yang pertama tadi. Dan sama groginya juga. Tapi, teman saya yang kedua ini tidak mendapatkan respon negatif dari anak buahnya. Mereka bersedia menerima kepemimpinannya tanpa hambatan apapun. Tahu kenapa? Karena mereka berpendapat jika teman saya itu memang sudah layak untuk menduduki jabatan itu. Dengan begitu, kata-katanya didengar. Instruksinya dijalankan secara sungguh-sungguh. Kinerja teamnya bagus, sehingga atasannya pun merasa senang. Apa yang dirasakan oleh teman saya ini adalah semacam buah manis dari pohon promosi yang didambakan oleh banyak orang.

Kenapa bisa begitu? Diskriminatif kali ya? Saya tidak tahu apakah ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan itu atau tidak. Yang jelas, ada sebuah perbedaan yang menonjol diantara kedua sahabat saya itu. Sahabat yang kedua itu adalah orang yang sejak masih bekerja sebagai staff sudah menunjukkan kualitas pribadinya yang jauh melampaui teman-teman yang lainnya. Cara dia mendisiplinkan dirinya. Cara dia menunaikan tanggungjawabnya. Cara dia memegang kata-katanya. Cara dia bekerjasama dengan karyawan lainnya. Semuanya, menunjukkan kematangan yang diatas rata-rata. Sebelum mendapatkan promosi jabatan itu pun orang-orang
disekelilingnya sudah menilai bahwa sahabat saya ini sudah sepatutnya mendapatkan tugas dan tanggungjawab yang lebih tinggi. Maka ketika promosi itu akhirnya didapatkannya, semua orang tidak mempunyai alasan untuk mempertanyakannya.

Dari dua situasi yang saya ceritakan itu, apakah sekarang Anda sudah bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan tadi? Bukan
jawaban yang mudah, tetapi jawaban yang benar-benar bisa diterima oleh akal sehat maupun nurani kita. Sahabat saya yang pertama, tidak memiliki keunggulan apapun dari teman-temannya. Sehingga ketika dirinya dipromosi, teman-temannya mempertanyakan; kenapa orang seperti dia yang mendapatkannya? Mengapa bukan gue. Atau teman gue yang lainnya? Sedangkan sahabat saya yang kedua, memang sudah menunjukkan kelasnya yang berbeda. Sehingga ketika dirinya mendapatkan promosi itu, teman-temannya merasa bahwa memang sudah selayaknya dia mendapatkan jabatan itu.

Jadi, apa sebenarnya yang menentukan penerimaan anak buah terhadap atasannya yang baru dipromosi itu, sahabatku? Sederhana saja sih sebenarnya. Jika sebelum dipromosi itu kita sudah menunjukkan kualitas pribadi yang tinggi, maka orang lain pun tidak akan mempertanyakan pengangkatan kita. Betul kan? Jadi kata kuncinya begini, sahabatku: Dalam posisi apapun Anda saat ini, pastikanlah Anda selalu menunjukkan kapasitas, kualitas dan kapabilitas satu tingkat DIATAS posisi Anda.

Contohnya begini, sekarang Anda seorang staff di perusahaan. Level yang diatas Anda adalah supervisor, misalnya. Maka, mulai
sekarang sahabatku – mulai sekarang – berperialkulah, berkemampuanlah, berkualitaslah selevel dengan supervisor. Asahlah terus kemampuan diri Anda sampai Anda memiliki kualitas sekelas supervisor di perusahaan Anda. Insya Allah, kelak jika di perusahaan itu ada posisi kosong supervisor, Anda akan mendapatkan kesempatan itu. Dan ketika Anda mendapatkan posisi itu, orang-orang disekitar Anda tidak akan ada yang mempertanyakan atau melecehkan Anda. Karena mereka tahu, bahwa selama ini pun Anda sudah menunjukkan kualitas yang memadai untuk posisi itu.

Kebanyakan orang, hanya mau menunjukkan kualitas diri ‘sesuai’ dengan posisinya saja. ‘Ngapain gue kerja lebih banyak dan lebih
tinggi dari jabatan gue.’ Begitu kan? Kebanyakan orang merasa rugi jika berkinerja satu level diatas posisinya sekarang. Katanya, ‘ntar aja kalau gue udah dipromosi baru gue tunjukkan kemampuan gue yang sesungguhnya’. Padahal dengan bersikap seperti itu, pengambil keputusan tidak pernah tahu kemampuan dia yang sesungguhnya. Atau, mungkin memang sebenarnya dia tidak mampu kok? Apa buktinya dia mampu kan?

Kalau pun mereka ternyata mendapatkan promosi itu, wajar jika teman-temannya mempertanyakan; kenapa orang macam ini yang
dipromosikan. Berbeda dengan orang-orang yang selama ini sudah menunjukkan kemampuan unggulnya. Jika pun ada satu dua orang yang masih mempertanyakan, tapi kebanyakan orang akan mendukungnya. Begitulah buah dari menunjukkan kualitas Anda yang satu tingkat lebih tinggi dari posisi Anda saat ini seperti yang saya anjurkan itu.

Jika Anda sudah menjadi supervisor, bagaimana? Aturan mainnya ya sama saja, yaitu; Dalam posisi apapun Anda saat ini, pastikanlah Anda selalu menunjukkan kapasitas, kualitas dan kapabilitas satu tingkat DIATAS posisi Anda. Diatas Anda ada posisi apa? Junior Manager? Maka mulailah sekarang juga mengasah diri Anda, dan mendedikasikan diri kepada perusahaan dengan kualitas kerja dan kualitas pribadi setingkat Junior Manager. Insya Allah, tidak sulit buat Anda untuk mendapatkan kepercayaan sebagai menduduki posisi lebih tinggi lagi kelak, jika sudah tiba saatnya. Dan ketika mendapatkan posisi itu; Anda tetap dihormati
oleh teman-teman di kantor Anda. Bukankah pertumbuhan karir seperti itu yang kita dambakan?

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!


No comments:

Post a Comment