Thursday, October 22, 2009

Tentang Sebuah Kebahagiaan


Dalam kehidupan yang telah dijalani, Allah SWT telah mempertemukanku dgn 2orang sahabat yg luar biasa yg slalu jd pembanding dalam hatiku.
2orang yg membuatku melihat bahwa sebuah kehidupan itu dapat memberikan kebahagiaan tanpa dipengaruhi oleh status & harta melimpah.
Orang yg p’tama adalah seorang pengusaha.
Ia berkantor di gedung megah di sebuah jalan dengan nama jenderal yg tersohor di Jakarta.
Seorang dengan kekayaan yg lebih dr 100M & hidup sangat mapan.
Makan siangnya ia habiskan dari 1hotel mewah ke hotel mewah lainnya.
Makan siang yg dgn harga yg begitu fantastis, tapi tidak pernah membuatnya puas.
Pernah sekali waktu ia bercerita kepadaku, ia harus makan siang di Singapura untuk memenuhi rasa puasnya. Tapi tetap saja ia mengeluh…
Ada saja suasana yg salah dalam makan siang nya itu.
Hidupnya begitu dikelilingi oleh orang-2 yg sangat setia kepadanya.
Orang-2 yg tidak dapat membantah keinginannya.
Tapi ia tetap mengeluh & merasa hidupnya tidak dihargai oleh mereka.
Ia anggap istrinya hanya menghabiskan kekayaannya & anak-2nya tidak mengerti akan susahnya mencari uang. Ia mencap anak-2nya dgn ”Terbiasa Hidup Enak”& slalu mencurigai mrk ketika mereka ingin mengajaknya bicara / bertukar pendapat.
Ketika anak-2nya bertanya kepadanya akan sesuatu hal, ia selalu mengomentarinya dgn mengatakan, “pasti UUD “ujung-ujungnya duit”.

Lain dgn istrinya yg ia anggap sebagai sebuah mesin “Vacum Cleaner” yg menyedot uang berapapun ia berikan.
Setiap bertemu denganku, keluh kesah itu slalu t’dengar.
Ia merasa hidupnya amat terasing, & tidak dicintai oleh orang-2 terdekatnya sekalipun.
Ia bosan dgn orang-2 yg slalu menuruti kemauannya.
Ia ingin dihargai dgn seseorang yg mengatakan “TIDA” kepadanya.
Aku hanya tersenyum. Aku bertanya kepadanya, “Jika istri atau anak-2mu berkata tidak kepadamu, apakah engkau marah? “Tentu” Jawabnya.
Kalau begitu, belajarlah untuk tidak marah terlebih dahulu.” Jawabku..
Dalam berbagai pertemuan denganku selalu yang menjadi topik pembicaraan adalah tentang usahanya.
Ia b’keluh kesah tentang segala macam, yg sebenarnya tak perlu ia khawatirkan.
Suatu yg sebenarnya riak-2 biasa dlm sebuah usaha yg tak perlu ditakuti bagi perusahaan sebesar yg ia miliki.
Ia terkena insomnia beberapa tahun yang lalu, Sesekali jika bosan, ia memanggil salah seorang satpamnya yg slalu “bertengger”di pos depan rumahnya untuk bertanding catur dengannya.
Sungguh sebuah hidup yg ironis ditengah tumpukan kekayaan dan kemapanan.
Berkali-2 aku mengingatkan akan pentingnya arti SHOLAT baginya,Tapi ia selalu menampiknya.. Baginya sholat itu tidak terlalu penting. Dalam sebuah kesempatan kutuliskan sebuah catatan baginya:
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,& Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaahaa [20]:124)
Sahabat ke2 yg luar biasa bagiku adalah seorang yang teramat biasa.
Aku bertemu dgn nya di masjid tempatku biasa berjamaah.
Ia seorang “office boy” dr sebuah perusahaan majalah wanita.
Dalam pertemuan sehabis berjamaah Dhuhur & Ashar, ia selalu bercerita kepadaku tentang keluarganya.
Ia memiliki anak 7 orang. Yg paling besar duduk di kelas 2 SMP & yg terakhir berumur 5 bulan. Setiap ia bercerita tentang keluarganya kepadaku, matanya begitu berbinar & raut wajahnya begitu ceria.
Ia bercerita, ia masih menumpang kepada mertuanya.
Mertuanya itu memberinya 1kamar untuk ia tinggali bersama istri & anak-2nya.
Ia sadar bahwa itu tdk cukup u/ keluarga kecilnya, tapi ia juga tak mampu u/ mengontrak rumah.
Sejak kelahiran putri yg terakhir, ia mengalah & tidur di musholla sebelah rumahnya bersama anak pertamanya. “Saya SENANG, pak? krn tiap malam saya bisa b’TAHAJUD dgn suasana yg sangat hening & damai di musholla.” Begitu ia bercerita kepadaku.!!

Setiap kami bertemu, tidak pernah ia berkeluh kesah kepadaku.
Tidak jg memohon belas kasihan atau bantuan. Ia selalu berbinar & ceria.
Hidupnya yg jauh dari kecukupan tidak pernah menyurutkannya.
Ia bercerita kepadaku, beberapa minggu yg lalu, salah seorang keluarga istrinya, yg tidak memiliki keturunan, datang u/ mencoba membujuk dirinya & istrinya agar mengasuh salah 1 atau 2 anaknya.
Ia menampiknya & PERCAYA bahwa Allah SWT akan menCUKUPi segala kebutuhan mrk.

Tidak tampak kelelahan / kesusahan dlm raut wajahnya.
Setiap habis SHOLAT b’jamaah, doa-2nya begitu panjang ia panjatkan.
Aku teringat akan seorang sahabat Rasulullah saw dgn sebutan “Bastul Wajhi” (Wajah yang bercahaya).
Billal bin Rabbah namanya. Seorang “bekas” budak dgn warna kulit yg gelap tapi mendapat gelar yg begitu agung dari Rasulullah.
Setiap Rasulullah berkumpul dgn para sahabatnya dalam sebuah majelis, jika Bilal tidak kelihatan, Rasulullah selalu mencarinya dgn mengatakan, “Dimana Bilal?” Suatu ketika Rasulullah bertanya kepada Bilal di depan para sahabatnya , “Wahai Bilal, ditampakkan kepadaku surga,& aku melihat langkahmu mendahului langkahku di dalam taman surga.
Amalan apa yg engkau perbuat sehingga begitu?”
“Bilal menjawab, “Ya Rasulullah, tidak ada sesuatu yg melebihi Engkau selain dari pada setiap aku habis berwudhu, aku kerjakan sholat sunnat 2rakaat.” (HR At Tirmidzi).
Suatu kali, setelah sholat berjamaah, sahabatku ini datang kepadaku dengan membawa sesuatu.
Ia berkata kepadaku, “Pak, tetangga saya baru pulang haji, saya diberi oleh-2 tasbih ini, mohon Bapak pergunakan saja.
Saya lihat Bapak suka b’Zikr, pakailah tasbih ini supaya saya juga mendapat kebaikan dari amal sholeh Bapak.” Mataku berkaca-kaca. Tak pernah rasanya aku dihargai orang lebih dari apa yg ia perbuat kepadaku. “Insya Allah” Jawabku. Suatu ketulusan yang luar biasa. Ia bercerita, ia ingin selalu berbuat amal sholeh.
Tapi ia sadar ia tidak dapat membantu orang lain dengan harta yang dimiliknya.
Ia ingat apa yang Rasulullah saw sampaikan, “Senyum itu juga sedeqah.”(HR Muslim).
Ia ingin berbuat baik kepadaku, tapi ia memiliki keterbatasan.Ia bahagia dgn apa yg ia lakukan. Sejak itu TASBIH itu selalu menyertaiku & sebuah ketulusan yg selalu menjadi panutan bagiku.
“รข€¦Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan menCUKUPkan (kebutuhan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS Ath Thalaaq [65]:3)
Aku bersyukur kepada Allah SWT, 2sahabat yg telah mengajarkan kepadaku sebuah arti kebahagian. Kebahagian bukanlah terletak pada tumpukan harta tapi ketaqwaan kepada Allah SWT.
Rasulullah bersabda, “Wahai sahabat-sahabat ku tidaklah disebut kaya seseorang itu karena banyak hartanya, tapi yang disebut kaya (yang sebenarnya) adalah kekayaan jiwa.” (HR Bukhari & Muslim)

Aku teringat akan sebuah doa Rasulullah saw,
“Ya Allah cukupkanlah bagiku rizQ yg halal dr pd yg haram & anugerahkanlah kepadaku kekayaan,dgn kemurahan-Mu, melebihi siapapun selain Engkau.” (HR At Tirmidzi)
semoga bermanfaat {Forward dari milis eqolbu@yahoogroups.com}
salamdarinanda

No comments:

Post a Comment