Tuesday, March 31, 2009

SURAT AYAH PADA ANAKNYA

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allahyang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai suratseorang laki-laki kepada seorang laki-laki; surat seorang ayahkepada seorang ayah.
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menantikelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yangindah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telahterasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasuldan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialogseorang ayah dengan anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu beratdan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, danmakna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmuadalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depansiapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaanberhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini...
Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagaibuah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu taklagi terpisahkan oleh apapun jua.
Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata:"TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkaubukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karenacintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakkumenuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mataseharusnya hanya untuk Tuhan.
Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapasebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang dimalam-malam sepi,kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air matadihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.
Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmukepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa berusahamemenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya,bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi oranglain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.
Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulumemberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku haruslebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmumendekati Nya tak lagi terlalu sulit.
Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkaukuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cumamenggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agardapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya.
Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kitamemang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenalletih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-katakutiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampirputus asa.
Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akanikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau bolehaku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan.Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisakita kembalikan kepada pemiliknya.
Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.
Read More..

Tuesday, March 24, 2009

Fitrah Anak, Insan Mulia

Ada anak bertanya pada Bapaknya, anak itu bertanya, "Pak, apakah anak menanggung dosa orang tuanya?" pertanyaan ini tentunya tidak mudah untuk dijawab. bahwa tidak ada dosa orang tua yang harus ditanggung oleh anak sebab pada dasarnya setiap anak yang terlahir adalah suci (fitrah). "Semua perbuatan itu karena pilihan-pilihan hidup kita sendiri bukan karena dosa yang pernah orang tua kita lakukan." . Setiap anak yang terlahir dengan desain jiwa yang sempurna. Dari surat asy Syam dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki desain kejiwaan yang sempurna, memiliki potensi untuk memahami kebaikan dan kejahatan, dan bisa ditingkatkan kualitasnya menjadi suci dan dapat tercemar sehingga menjadi kotor. Artinya: …dan (demi) jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q/ 91:-10)...
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Tuhan menciptakan jiwa manusia sebagai sesuatu yang sempurna. Kata wa pada wa nafsin adalah bentuk qasam. Dalam Alquran, kata yang dijadikan sumpah Tuhan (yang didahuluinya wawu qasam), seperti wasy syamsi, wad dluha, wal’ahri mengacu kepada sesuatu yang mengandung arti dahsyat, hebat, atau rumit. Kalimat wa nafsin menunjuk bahwa nafs itu sesuatu yang memiliki kualitas hebat, dahsyat, rumit, dan sempurna. Dalam kalimat berikutnya, yakni mawa saw waha secara tegas menyebut kesempurnaan jiwa itu antara lain diberinya potensi (ilham) untuk memahami perilaku (nilai-nilai) buruk dan membedakannya dengan perilaku takwa atau perilaku baik. Semua manusia pada desain awalnya dipersiapkan untuk mampu membedakan yang buruk dari yang baik, tetapi apakah potensi itu akan menjadi aktual atau tidak masih bergantung kepada proses berikutnya. Dalam hadist Nabi disebutkan bahwa setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (jiwanya dalam kedaan memiliki potensi universal, dan bersih dari dosa warisan). Kedua orang tuanya (lingkungan hidup)-lah yang selanjutnya akan berperan mengaktualkan potensi fitrah itu menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi, atau yang lainnya. Jika seekor kuda dilahirkan langsung bisa berdiri dan sebentar kemudian sudah bisa berlari, maka potensi fitrah manusia baru bisa aktual jika fungsi-fungsi kejiwaan yang lain dan fisiknya mencapai kesempurnaan. Bayi manusia secara berangsur-angsur dari bisa menangis dan menyusu sampai dapat ngoceh, merangkak, duduk, berdiri,berlari, berbicara, menghitung, berimajinasi, berfikir logis, merenung, berfilsafat, dan seterusnya, dalam waktu yang relatif panjang. Jika potensi anak kuda berhenti pada kemampuan berlari kencang, aktualisasi potensi kejiwaan manusia berkembang sangat luas seakan hampir tidak berbatas. Dalam ayat 9 surat as Syam tersebut di atas disebutkan bahwa secara fitri Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia pengetahuan tentang keburukan (fujur) dan kebaikan (taqwa). Mengapa dalam ayat tersebut keburukan (fujur) disebutkan lebih dahulu, baru kebaikan (taqwa), bukanlah sekedar penyebutan, melainkan mengandung makna bahwa jiwa manusia lebih mudah mengenali keburukan dibanding kebaikan. Secara fitri, manusia akan langsung mempersepsikan keburukan sebagai keburukan, karena keburukan berseberangan dengan fitrah dasar manusia sebagai makhluk yang baik. Menurut Alquran, manusia secara psikologis juga lebih mudah mengerjakan kebaikan karena sesuai dengan desain fitrahnya (laha ma kasabat); sedangkan untuk berbuat jahat manusia harus berjuang melawan suara hatinya, suara nuraninya, sehingga terasa berat (wa ‘alaiha ma iktasabat). Kalimat kasabat dan iktasabat dalam bahasa Arab mengandung arti dasar yang sama, tetapi kasabat mengandung arti mudah mengerjakannya dan iktasabat mengandung arti sulit mengerjakannya (Q / 2:286).
Read More..

Ah..Dia Memang Selalu Lebih Baik

Cerita refleksi diri ini telah memiliki berberapa versi mulai dari versi sang kodok sampai dengan sang keledai yang berakhir pada maksud dan tujuan yang sama. Di ceritakan bahwa sang keledai sering sekali mengeluh melihat nasibnya yang selalu di bedakan dengan tetangganya seekor kuda jantan hitam. Ketika berbelanja maka pastilah barang belanjaan di letakkan di punggungnya sementara sang majikan mengendarai kuda jantan tersebut. Begitupula dalam masalah makanan, suplemen khusus selalu di berikan kepada kuda jantan disampaing makan utama tentunya sementara si keledai hanya mendapat makanan alakadarnya yang menurut ukurannya sekedar penahan lapar. Si keledai sering sekali bermimpi menjadi kuda, menyandang pelana dan berpacu dengan gagah perkasa, tetapi ketika terbangun dia kembali meratapi nasib yang tidak berkesudahan. Suatu ketika terdengar kabar bahwa negeri di landa perang dan seluruh warga di wajibkan untuk turut serta membela negara tidak terkecuali sang majikan. Setiap laki-laki sehat berkumpul untuk di berangkatkan ke medan perang dengan berbagai macam perbekalan di perjalanan. Si keledai tetap diikut sertakan dengan jatah tugas seperti biasa yaitu pembawa perbekalan dan si kuda jantan hitam menemani sang majikan mempertaruhkan nyawa demi bangsa. Sesampainya dimedan laga si keledai di ikat di bawah pohon sedangkan seluruh rombongan berpacu menyambut kilatan pedang sang musuh, berbaur dalam deru anak panah dan teriakan kematian. Debu berterbangan menyelubungi para prajurit yang hampir menyamarkan antara kawan dan lawan. Setelah beberapa lama bertempur, tentara musuh berhasil di pukul mundur dan para prajurit berjaga di garis batas menunggu berbagai kemungkinan. Dari kejauhan sikeledai hanya bisa menyaksikan. Tetapi keledai tersebut tidak menemukan tuannya diantara para prajurit yang kembali ke pos peristirahatan. Kuda lain bercerita bahwa majikannya telah tewas di medan pertempuran beserta kudanya yang terkena anak panah. Raut wajah syukur mulai diperlihatkan si keledai bahwa dia tercipta sebagai mahluk yang kurang membanggakan jika dibawa ketengah pertempuran sementara keperkasaan sang kuda ternyata berakhir pada kematian pikirnya. Apa yang di pikirkan si keledai atau apa yang di pikirkan sang kodok (bagi yang telah membaca versi sang kodok) atau mungkin apa yang kita pikirkan sering terpaku pada apa yang ada didalam diri kita sendiri sementara sisi yang lain selalu terlihat lebih indah. Sifat qona'ah memang mulai jarang dilekatkan karena di anggap melunturkan semangat untuk ikhtiar. Padahal sifat qona'ah justru membentuk ke ikhlasan dan kesabaran atas pemberian Allah kepada kita tanpa harus menghilangkan sifat istiqomah untuk berikhtiar karena hasil dari ikhtiarpun merupakan rahmat Allah yang kita tidak tahu kapan dan berapa banyak kita akan memperolehnya. Itulah hidup penuh dengan segala resiko yang mesti kita jalani suka atau tidak suka. Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan Oprah Winfrey pembawa acara talk show terkenal dari Amerika bahwa resiko yang paling merugikan dalam hidup kita adalah bahwa kita terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berusaha sekuat tenaga menghidari resiko tersebut. SalamDavid Read More..

Wednesday, March 18, 2009

Sufisme dalam diri Mario ....

Buat yang nge-fans Mario Teguh,,,,semoga bermanfaat.
Petikan Wawancara Mario Teguh dengan SUFINEWS, untuk menjawab siapa sebetulnya beliau..
Pak Mario, saat memberikan terapi atau memotivasi, di antara Ilmu Kejiwaan Barat dan Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan? Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya "peta" yang ada dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan dengan kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati (haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?! Ha…ha…ha…terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam menjalankan tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya menghindari komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama Islam secara formal atau verbal. Kenapa ? Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan "ya !" terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red) kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan. Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya. Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu mengunggul-unggulkan agama kita yang memang sudah unggul dihadapan saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan pemeluk) agama lain. Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ? Ha…ha…ha…ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas. Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!? Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima semua pemeluk agama lain.Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk agama ? "Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri. Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnya bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain, produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalam cermin," begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia. Apa yang anda contohkan bukan malah menujukkan bahwa manusia adalah segala-segalanya. Terkesan, seolah-olah Tuhan tak memiliki peran apa-apa disana ? Di atas saya mengatakan bahwa alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi kepada-Nya. Begitu juga dengan contoh barusan, itu sebenarnya merupakan cermin atas pesan agama yang meminta totalitas kita dalam menjalankan sebuah amanah.. Apalagi jika kita bicara tentang "cermin", akan sangat panjang pembicaraan kita. Dan setiap spirit tidak selalu harus ada embel-embel nama surat atau ayat dari kitab suci tertentu. Bukankah seorang jenderal paling ateis pun ketika melepaskan pasukannya ke medan perang tak dapat menghindarkan diri dari ucapan, "Semoga kalian sukses!". Kalimat "Semoga" disitu menyimpan harapan campur tangan kekuatan dari Yang Maha Kuat. Biarlah Tuhan menjadi sesuatu yang tersembunyi dikedalaman relung hati kita yang paling dalam. Apa arti sukses menurut anda ? Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak ada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian sulit menemukan kesuksesan-kesukses an yang pernah diraihnya. Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari ini Anda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi, maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda. Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, "Biarlah kita sekarang susah, asal nanti kita sukses". Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang mengatakan, "Sukses akan melahirkan sukses yang lain." Nah dari pepatah ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat sukses yang lebih besar akan menjemput Anda. Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu 'Atha'illah, yang mengatakan, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak sempurna hasilnya." Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan hati diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya katakan pada diri sendiri, "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku" , "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik". "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari sekelilingku" , "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan- pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik". Jika ditilik dari kehidupan kita, umat Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan masih menjadi problem besar tersendiri ya ? Persis seperti yang saya perhatikan selama ini.
Saudara-saudara kita sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, "Orang itu madzhabnya apa ?." Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.
Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara "orang luar"), mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.Anda punya pengalaman keberislaman Anda yang inclusive itu? Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka. Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah. Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu kepada-Nya.Pengalaman lain ?Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak Mario !?" Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam. . Read More..

Monday, March 2, 2009

:: Keutamaan Sabar

Di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah kita dapati banyak ayat-ayat yang menyatakan anjuran dan perintah Allah Ta`ala kepada kaum Mu'minin untuk bersabar menjaga diri dari segala amalan dan perkataan orang-orang yang tidak sabar. Namun pengamalan sabar ini sedikit sekali kita dapati dalam kehidupan pribadi, rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bahkan juga jarang kita dapati amalan sabar ini pada para Da'i Ilallah (yakni para penyeru kepada agama Islam). Oleh karena itu di masa yang demikian ini, sangat perlu pembahasan dan penjelasan tentang sabar menurut pandang Islam agar sesuai dengan apa yang diridlai oleh Allah sehingga amalan sabar itu menjadi amalan Ibadah di sisi Allah Ta'ala. Maka dalam rangka misi inilah, kami suguhkan kepada para pembaca yang budiman artikel-artikel kami di seputar sabar ini.
MAKNA SABAR
Adapun makna sabar menurut bahasa maupun istilah Syari'ah Islamiyah ialah "menahan diri". Artinya sabar itu adalah "upaya menahan diri dari tindakan meratapi atau panik dalam musibah atau malapetaka". Dan termasuk dalam sabar di antaranya menahan lisan dari perkataan yang menunjukkan keluh kesah dengan malapetaka itu. Serta menahan anggota badan dari tindakan menampar muka atau merobek baju dan berbagai tindakan meratapi musibah (Al-Imam Syamsuddin Abi Abdillah Muhammad bin Abi Bakr Az-Zura'i Ad-Dimasyqi yang terkenal dengan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalamIdatus Shabirin halaman 22, dengan Tahqiq Muhyiddin Musto, Daru Ibni Katsir cet. Th. 1414 H / 1993 M). Adapun hakikatnya sabar itu adalah sebagai perangai yang utama dari akhlak yang mulia dimana dengannya seorang Mu'min akan tertahan dari segala perbuatan yang tidak baik dan tidak elok. Dan sabar itu adalah merupakan kekuatan dari kekuatan jiwa yang dengan kekuatan itu akan memperbaiki keadaannya dan akan menjadi baik segala urusannya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menukil omongan para Ulama' yang menerangkan hakikat sabar ini. Antara lain yang beliau nukilkan adalah perkataan Al-Khawwash menyatakan: "Sabar itu adalah cara hidup yang kokoh berjalan diatas bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah (Ibid halaman 24).
Al-Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan: "Sabar itu ada dua. Yaitu sabar dalam meninggalkan maksiat dan (yang kedua adalah) sabar dalam mengerjakan amalan-amalan taat serta mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala. Sedangkan jenis kesabaran kedua, lebih besar pahalanya karena kesabaran yang demikian inilah yang dituju dengan amalan sabar itu. Bisa pula dikatakan adanya jenis kesabaran yang ketiga ialah sabar dalam menghadapi berbagai musibah dan kesedihan. Maka jenis kesabaran ini juga wajib sebagaimana wajibnya istighfar (yakni memohon ampun kepada Allah) dari berbagai keaiban"(Tafsir Ibnu Katsir halaman 191, Darul Kutub Al -Ilmiyah cet. Th. 1425 H / 2004 M). Uraian para Ulama tersebut berdasarkan firman Allah Ta`ala berikut ini:
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah: 153)
Juga sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wa sallam berikut ini:
"Keadaan orang Mu'min itu sangat menakjubkan. Tidaklah Allah menaqdirkan atasnya satu ketentuan taqdir, kecuali pasti akan menjadi kebaikan baginya. Bila diliputi kesenangan, maka dia akan bersyukur dengan kesengan itu, sehingga dengan demikian menjadi kebaikan baginya. Dan bila dia ditimpa malapetaka, maka dia akan bersabar dengannya dan yang demikian itu juga menjadi kebaikan baginya." (HR. Muslim juz 3 no. 2999 hal. 602)
Maka dengan demikian, sabar itu meliputi segala keadaan baik susah maupun senang. Baik keadaan damai maupun perang. Semua keadaan memerlukan kesabaran dalam mentaati Syari'at Allah di berbagai sisi kehidupan di muka bumi ini. Yaitu kesabaran dalam tiga situasi dan kondisi yang meliputi:
1. Sabar dalam mentaati Syariat Allah dan Rasul-Nya yang dinamakan Syari'at Islamiyah.
2. Sabar menahan diri dari godaan syahwat untuk melanggar larangan-larangan Allah dan Rasul-Nya.
3. Sabar dalam menerima malapetaka yang telah terjadi dengan tetap bersangka baik kepada Allah telah menaqdirkan terjadinya malapetaka itu dan menjaga lesan serta menjaga segenap anggota tubuh untuk jangan berkata atau bertindak dengan dengan perkataan atau tindakan yang menunjukkan tidak rela dengan apa yang Allah taqdirkan itu.
BEBERAPA AYAT QUR'AN DAN HADITS NABI YANG BERKENAAN DENGAN SABAR
Setelah kita memahami pengertian dan hakikat kesabaran itu, maka kita perlu mengambil faidah dari beberapa ayat Qur'an dan hadits Nabishallallahu `alaihi wa alihi wa sallam berkenaan dengan sabar ini. Ayat-ayat dan hadits-hadits itu adalah sebagai berikut:
1. Allah Ta`ala mensyaratkan kemenangan bagi kaum Mu'minin dengan kesabaran:
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dalam menghadapi musuhmu dan bersiagalah kalian di tempat yang dimungkinkan akan datangnya serangan musuhmu. Dan bertaqwalah kalian kepada Allah, niscaya kalian akan menang." (Ali Imran: 200)
Maka Allah Ta`ala mensyaratkan kemenangan dari-Nya dengan empat perkara, yaitu:
1) Sabar.
2) Tetap dalam kesabaran itu ketika menghadapi musuh agama Allah.
3) Tetap bersiaga dalam menghadapi kemungkinan serangan musuh Islam.
4) Bertaqwa kepada Allah Ta`ala dalam menjalani semua langkah perjuangan di jalan Allah.
2. Allah Ta`ala mensyaratkan sifat bagi pelopor dan pemimpin dalam beragama itu ialah dengan kekuatan kesabaran dan kekuatan keyakinan.
"Dan Kami jadikan dari mereka anak cucu para Nabi itu para pimpinan yang membimbing ummatnya dengan perintah Kami, ketika mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat Kami." (As-Sajdah: 24)
Maka dengan sabar dan kekuatan keyakinan kepada kebenaran agama Allah, akan dicapai kepemimpinan dalam agama.
3. Allah Ta`ala menganugerahkan kepada orang-orang yang sabar beberapa keutamaan yang tidak diberikan kepada yang lainnya:
"Dan beri kabar gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mereka itu bila ditimpa musibah, mereka akan menyatakan: Sesungguhnya kami ini milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Bagi mereka ini shalawat dari Tuhan mereka dan Rahmat-Nya dan mereka itu adalah orang yang telah mendapatkan petunjuk." (Al-Baqarah: 156 - 157)
Dalam ayat ini Allah Ta`ala menjanjikan bagi orang yang bersabar dengan tiga keutamaan, yaitu:
1) Shalawat dari Allah Ta`ala. Yaitu disebut-sebut namanya dengan kebaikan oleh Allah Ta`ala di hadapan para Malaikat-Nya.
2) Rahmat Allah bagi mereka yang sabar. Yaitu ampunan dari-Nya dari segala dosa-dosa yang pernah dia lakukan.
3) Petunjuk kepada jalan kebenaran di dunia maupun di akherat.
4. Allah Ta`ala mensyaratkan datangnya pertolongan-Nya kepada hamba-Nya yang mukmin dengan kesabaran ketakwaan.
"Bahkan bila kalian bersabar dan bertakwa kepada Allah, maka bila datang kepada kalian serangan dari musuh-musuh kalian dengan seketika itu juga akan datang pertolongan dari Tuhan kalian dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda pengenal. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Ali Imran: 125 - 126)
Kesabaran kaum Mu'minin untuk tidak lari dari perjuangan di jalan Allah adalah syarat untuk datangnya pertolongan Allah kepada mereka.
Lebih tegas lagi hal ini telah dinyatakan oleh Nabi shallallahu `alaihi wa sallam dalam sabdanya:
"Dan ketahuilah bahwa pertolongan Allah akan datang bersamaan dengan adanya kesabaran (pada kaum Mu'minin)." (HR. Ahmad dalamMusnadnya jilid 1 halaman 307 dan Al-Hakim dalam Mustadraknya jilid 3 halaman 541 - 542).
Bahkan pertolongan dalam medan perang dengan bala bantuan personil Malaikat Allah yang ikut bertempur di pihak barisan kaum Mu'minin melawan barisan tentara kafir.
5. Sabar adalah akhlaq para Nabi dan para Ulama' pengikut para Nabi itu. Mereka adalah orang-orang yang dicintai oleh Allah dan kita diperintah oleh-Nya untuk meniru jejak mereka.
"Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka para pengikut mereka. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan tidak lesu dan tidak menyerah kepada musuh mereka. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkan pendirian kami dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Ali Imran: 146 - 148)
Demikianlah kesabaran itu menjadi sebab cintanya Allah kepada hamba-hambaNya yang berperang di jalan-Nya. Sabar di jalan Allah juga menjadi sebab diampuninya dosa-dosa mereka serta berbagai kesalahan-kesalahan mereka dalam perjuangan itu sehingga Allah muliakan mereka di dunia dan di akherat.
6. Sabar itu juga adalah akhlak kaum Mu'minin calon penghuni surga, ketika kesabaran itu mendampingi iman kepada Allah Ta`ala.
"Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka ini adalah golongan kanan." (Al-Balad: 17 - 18)
Juga Allah Ta`ala berfirman:
"Demi masa, sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling berpesan kepada kebenaran dan saling berpesan kepada kesabaran." (Al-Ashr: 1 - 3)
Maka demikianlah sesungguhnya kedudukan akhlaq sabar itu, adalah akhlaq penghuni surga yang dengan kesabaran mereka maka mereka saling mengupayakan tumbuhnya saling menyayangi di antara mereka dan dengan kasih sayang sesama kaum Mu'minin.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallamdalam sabda beliau sebagai berikut dari Abu Hurairah radliyallahu `anhu:
"Tidak akan mungkin salah seorang dari kalian masuk surga sehingga dia beriman dan tidak dia beriman sehingga dia saling menyinta. Maukah kalian aku tunjukkan kepada satu amalan yang bila kalian lakukan maka kalian akan saling menyinta. Amalan itu adalah menebarkan ucapan assalamu alaikum di antara kalian." (HR. Muslimdalam Shahihnya juz 1 hal. 80 no. 54)
Juga mereka itu selamat dari kerugian hidup di dunia, karena mereka menghiasi iman mereka kepada Allah dengan akhlaq sabar dalam berpegang dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kebenaran dan kesabaran itu.
7. Dengan menjalankan kesabaran dan ketaqwaan kepada Allah Ta`ala, kaum Mu'minin akan selamat dari segala makar yang dilancarkan oleh musuh-musuh mereka dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang munafiq.
"Dan bila kalian bersabar dan bertaqwa kepada Allah, niscaya tidak akan merugikan kalian segala makar jahat mereka sedikitpun." (Ali Imran: 120)
8. Sabar itu adalah tameng bagi orang mukmin dalam menghadapi segala problem hidup.
Hal ini sebagaimana yang riwayat yang dibawakan oleh Imam Adz-Dzahabi di dalam kitab Al-Kabair:
"Sabar itu adalah tameng." (Lihat Al-Kabair oleh Adz-Dzahabi juz 1 hal. 56, dan Adabud Dien wa Dunya juz 1 hal. 251, dan I`anatut Thalibina min Kutubil Fiqhi As-Syafi`i juz 2 hal. 241, dan Ash-Shabru Junnah dari Kitab Nihayatul Irbi fi Fununil Arab juz 1 hal. 282, dan dari Kitab Ghurarul Khasya'isi Al-Wadlihati karya Al-Wathwath juz 1 hal. 142)
Juga diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
"Sabar itu adalah cahaya hidup." (HR. Muslim no. 223)
Al-Imam Abu Zakaria An-Nawawi rahimahullah dalam Syarah Shahih Muslim hadits ke 1053 beliau menyatakan: Bahwa pengertian hadits ini ialah: "Bahwa sabar itu adalah amalan terpuji yang bila ada pada seseorang maka dia akan terus menerus mendapatkan bimbingan hidayah (petunjuk) untuk terus berjalan di atas kebenaran."
9. Sabar itu bagi orang mukmin akan menjadi sebab untuk dihapuskannya dosa-dosanya ketika ia ditimpa musibah. Hal ini sebagai sabda Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam:
"Tidaklah seorang Muslim ditimpa satu penyakit atau satu musibah atau satu keresahan atau satu kesedihan atau satu gangguan atau satu kegalauan, sampaipun duri menusuk tubuhnya kecuali AllahSubhanahu wa Ta`ala akan menggugurkan penyakit daripadanya." (HR.Bukhari dalam Shahihnya dan Muslim dalam Shahih no. 2573)
10. Dengan sabar seorang mukmin dapat menyelamatkan dirinya dari godaan fitnah dunia sehingga menyelamatkan iman dan Islamnya sampai mati. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullahshallallahu `alaihi wa sallam:
"Sesungguhnya kalian akan menghadapi sepeninggalku berbagai kedhaliman terhadap hak kalian. Oleh karena itu bersabarlah kalian dalam menghadapi berbagai kedhaliman itu sehingga kalian berjumpa denganku di telaga Al-Haudl di mahsyar nanti." (HR. Bukhari dalam Shahihnya juz 11 no. 3792 hal. 506 dan Muslim dalam Shahihnya)
Al-Ustadz Ja'far Umar Thalib Read More..

"Unread Email "

Ranah pemikiran setiap orang memang beragam, begitu pula dengan ketertarikannya dengan pemikiran orang lain. Ada orang sangat gemar dengan dunia politik sehingga apapun di identikan dengan kegemarannya tersebut seperti Politisasi Islam, Politisasi ekonomi, Politisasi Dakwah, Sastra Politik sampai mungkin kajian syariah politik. Ada juga yang lebih memfokuskan pada masalah ekonomi, masalah hukum, masalah sastra dan seni, dan sebagainya.

Anggapan miring sering muncul ketika apa yang di jabarkan orang lain tidak sesuai dengan ketertarikannya pada masalah tersebut namun disisi lain masalah tersebut tetap di hidangkan kepadanya dan pilihannya adalah menelan atau membuangnya. Tetapi ada juga yang berusaha menelan lalu kemudian memuntahkannya, ini yang terkadanag cukup menyakitkan bagi si penghidang. Mungkin cara yang elegan adalah dengan menyimpan sementara sampai suasana hati memanaggil untuk mencernanya secara perlahan.

Dari dua paragraf pembukaan diatas mungkin sudah ada sebagian yang mau muntah karena merasa arah tulisan ini tidak sesuai pengharapannya ketika pertama kali membaca. Justru hal inilah yang menjadi subjek bahasan yaitu " Jangan katakan tidak ketika anda tidak menyukai sesuatu, letakan saja, sampai suatu hari dimana hal-hal yang anda sukai mulai menghilang maka dia akan datang untuk menyapa anda"

Tulisan kali ini memang agak melenceng dari tema-tema milist, jadi bagi yang lagi mencash iman mungkin tinggal kan saja dulu postingan ini , karena nampak garing dan agak picisan, tapi mungkin dari seribu orang ada satu dua yang masih sreg....silahkan lanjutkan, deskripsi pendek dari anak kos dekat rumah.

Hari itu, sekitar satu tahun yang lewat seperti hari-hari sebelumnya Samboja menerima beberapa email dari sahabat pena (penpal) yang bercerita mengenai keseharian mereka dalam bertukar pengalaman, namun hari itu Samboja sedang malas membaca email yang menurutnya isinya sekedar basa basi dan lebih memfokuskan browsing pada masalah " Financial Freedom" yang di populerkan oleh Robert T Kiyosaki, penulis favoritnya.

Ramadhan teman satu kosnya sering menjadi tempat curhat Samboja termasuk mengenai para penpal yang selama ini berhubungan dengannya dan salah satunya yang paling dekat bernama Nurmala. Samboja tidak pernah tahu bahwa secara sembunyi ternyata Ramadhan sering mengirim email ke Nurmala, wanita asli Jakarta yang sedang kuliah di Malaysia. awalnya hanya sekedar mewakili Samboja yang jarang membalas email dari Nurmala lama-kelamaan mereka membuat cerita sendiri di luar episode yang pernah di rangkai oleh Samboja.

Dua minggu yang lalu Samboja menerima undangan pernikahan dari Ramadhan yang akan berlangsung di Wates Jawa Tengah di kampung Ramadhan dengan wanita pujuaanya. Pada Undangan tersebut tercatat bahwa hari akad akan berlangsung tiga hari lagi, masih ada satu hari untuk cari dana kesana pikir Samboja. Sambil melihat kartu undangan berwarna biru muda samboja melihat nama mempelai wanita tertulis Nurmala Santika Dewi, sebuah nama yang tidak asing di telinga Samboja. Perlahan Samboja mulai melihat email-email lama, memang hampir satu tahun Samboja tidak melihat email yang sudah membanjir karena disibukan dengan rangakain kegiatan setahun terakhir yaitu skripsi, wisuda dan melamar pekerjaan.

Beberapa email dari Nurmala masih berstatus "unread". Satu persatu email dari Nurmala dibuka ternyata feeling Samboja benar bahwa Nurmala yang akan di nikahi Ramadhan adalah Nurmala sahabat penanya. Beberapa kali Nurmala menceritakan bahwa Ramadhan sering menghubunginya baik melalui email maupun telepon, dan inilah isi surat terakhir dari Nurmala

Buat Kak Samboja,

Beberapa kali Nur mencoba menghubungi kak Sam tapi tidak pernah ada balasan, Kak Ramadhan bercerita bahwa kak Sam masih di sibukan dengan lamaran-lamaran pekerjaan setelah beberapa waktu lalu kakak di wisuda, itupun tanpa ngasih tahu Nur, tapi gak apa-apa. Seperti ada yang hilang memang, soalnya Nur memang mebutuhkan seseorang untuk memberikan semangat untuk tetap bertahan di negeri orang dalam mencari ilmu seperti yang dulu kak Sam sering lakukan, apalagi jurusan kita sama yaitu Hubungan Internasional.

Belakangan ini kak Ramadhan mulai menggantikan posisi kak Sam, mungkin kak Ramadhan pernah cerita, atau ngga ? gak taulah soalnya Nur gak bisa mengkonfirmasi sama kakak. Walau awalnya agak canggung karena tentu saja kakak paham bahwa tidak mudah berkeluh kesah pada setiap orang secara bergantian karena di butuhkan kepercayaan, seperti kepercayaan Nur sama kak Sam yang sudah seperti kakak Nur sendiri. Namun karena kakak Ramadhan ternyata orang baik , jadi apa salahnya toh dia juga teman baik kak Sam.

Seiring perjalanan waktu, hubungan Nur sama kakak Ramadhan sudah semakin dekat dan terakhir .......tentu kakak akan kaget membacanya ....ya ....dia mau melamar Nurmala...gimana pendapat kakak....balas yah

Salam dari Nurmala

Email terakhir tersebut masuk sekitar dua bulan yang lalu. Mata Samboja menatap langit-langit kamar melihat sebuah skenario Allah kembali terjadi lewat rangkian kata dan kelincahan jari jemari menekan tuts komputer yang menjadi saksi bisu bergulirnya takdir manusia.

Salam

David Read More..