Wednesday, September 5, 2012

Bukti Teknologi Tinggi Peradaban Sulaiman

Ada satu pertanyaan yang mungkin beredar di sekitar kita : Bagaimanakah peradaban masa lalu ? Apakah peradaban di masa lalu terlalu primitif dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan peradaban sekarang yang begitu maju teknologinya ?

Jangan-jangan peradaban dulu jauh lebih maju? kemudian mundur dan kemudian umat manusia secara perlahan-lahan membangun kembali peradaban yang hancur tersebut !

Kali ini saya mencoba memaparkan beberapa fakta menarik tentang peradaban jaman dahulu, tepatnya jaman Sulaiman.

1. Peninggalan Sejarah

Saya tidak akan membahas ini secara dalam. Seperti kita tahu, begitu banyak peninggalan sejarah yang begitu banyak meninggalkan misteri karena begitu menakjubkannya.
Sebagai contoh : Piramida di Mesir, Candi Boroboudur, Bangunan Suku Maya di Amerika Selatan, Kota Atlantik, Mesjid Sulaiman di Palestina dll. Semua peninggalan tersebut merupakan saksi bahwa perdaban di zaman dulu begitu majunya sehingga menghasilkan bangunan yang demikian hebat.
Tidak hanya itu saja, dalam bukunya “A New Kind of Science”, Stephen Wolvram menunjukkan bahwa setiap hiasan yang terdapat pada bangunan-bangunan tersebut memiliki pola-pola tertentu yang ternyata merupakan konsep yang sangat fundamental dalam sains, yaitu cellular automata.

2. Isyarat dari Kitab Suci Al-Qur’an

Menarik sekali kalau kita memikirkan cerita tentang Nabi Sulaiman di dalam Al-Qur’an. Terdapat beberapa teknologi luar biasa yang sudah pernah dicapai dalam masa Nabi Sulaiman :

a. Teknologi Teleportasi (pemindahan barang jarak jauh)

Pada ayat 38 s/d 40 di surat Al-Naml, disebutkan :


38. “Berkata Sulaiman : “Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya (ratu bilqis) kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang yang berserah diri.”

39. “Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin :” Aku akan datang kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu ; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”

40. “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari buku-buku : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut itu terletak di hadapannya, iapun berkata :” Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmatNya. Dan barangsiapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan baransiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Mulia.”

Mari kita analisa ketiga ayat tersebut. Pada ayat ke 38 Nabi Sulaiman membuat pengumuman kepada para pejabat-pejabat ketika itu, apakah ada diantara para pejabatnya yang dapat memindahkan Singgasana Ratu Bilqis yang akan datang ke tempat Nabi Sulaiman sebelum ratu tersebut datang ke tempat Nabi Sulaiman.

Kemudian yang pertama menanggapi tender tersebut adalah seorang/seekor jin yang paling jenius diantara para jin ketika itu dan beliau berjanji dapat memindahkan singgasana tersebut dalam durasi waktu antara Nabi Sulaiman duduk dan sesaat ketika beliau bangun dari tempat duduknya.

Pada ayat ke 40, terdapat seorang yang berilmu yang hidup diantara buku-buku, yang berkata beliau dapat memindahakan singgasana tersebut dengan durasi waktu hanya antara kedipan mata.

Dan yang perlu dicatat, bahwa yang dipindahkan adalah benar-benar barang, bukannya bayangan/audio visual seperti telepon atau gambar televisi pada masa sekarang. Bayangkan kehebatannya...

Bagaimana dengan keadaan kita sekarang ? Kemajuan teknologi yang kita hadapi sekarang, manusia baru mampu menghadirkan sebatas bayangan/sinyal/gelombang audio visual yang merupakan terjemahan dari informasi. Jika ada siaran langsung olah raga diluar negeri, kita baru dapat menyaksikannya secara langsung dari TV, Internet & radio, belum lebih dari itu.


b. Kemampuan Terbang dan Piring Terbang

Salah satu keistimewaan Nabi Sulaiman AS adalah bisa menguasai angin untuk perjalanan alias terbang.

Seperti petunjuk dalam Al Qur’an:

"Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula)". (Surat As Saba’ : 34)

Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya. QS Shaad (38:36).

Tentu kita akan bertanya, dengan apa Nabi Sulaiman terbang?
Berdasar hasil logis perhitungan tersebut dapat diduga bahwa ada suatu wahana yang diciptakan oleh anak buah Nabi Sulaiman yang terdiri dari jin dan syetan. Wahana tersebut bisa saja berupa pesawat terbang canggih karena pada jaman itu teknologi sudah sangat maju.

Disebutkan dalam Al Qur’an Al Anbiyaa’ (21: 81-82):

81. Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.

82. Dan Kami telah tundukkan (pula kepada Sulaiman) segolongan syaitan-syaitan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain daripada itu, dan adalah Kami memelihara mereka itu.

Kemudian pada ayat lain dijelaskan:

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku/sumbu). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.
QS Saba’ (34:13)

Kata "piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku/sumbu)", ini bisa diartikan luas, bisa berarti pada masa itu telah diciptakan kendaraan berbentuk piring dengan sumbu atau api dibawahnya (sebagai penggeraknya).

3 . Semaju apakah jaman Nabi Sulaiman itu?

Kebesaran dan kemajuan jaman Nabi Sulaiman tidak akan dapat disamai oleh generasi berikutnya. Hal itu tercantum dalam doa Nabi Sulaiman seperti yang tercantum pada Al Qur’an Surat Shaad (38:35):

Ia berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi”.

Read More..

Bangsa-bangsa yang dihancurkan Allah

Yordania, sebuah negeri kerajaan di sebelah utara Arab Saudi. Di sana ada sebuah daerah bernama Lembah Rum atau Lembah Petra yang menyimpan peninggalan purbakala nan mempesona.

Di lembah itu Anda dapat menemukan bangunan-bangunan indah dan besar seperti istana kekaisaran Romawi. Keindahan dan kekokohan bangunannya memang bisa membuat Anda berdecak kagum. Tapi yang lebih mengagumkan dan akan membuat Anda geleng-geleng kepala, ternyata bangunan itu dibuat dengan cara memahat bukit-bukit batu cadas. Orang modern sekarang ini pun belum tentu dapat membuat bangunan seperti yang mereka buat. Siapakah mereka yang membuat bangunan menakjubkan itu?

Kaum Tsamud

Para pembuatnya adalah kaum Tsamud, ummat Nabi Shalih, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Quran: Dan kepada kaum Tsamud (Kami telah mengutus) saudara mereka, Shalih. Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Ilah bagi kalian selain-Nya... Kalian dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kalian pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kalian merajalela di muka bumi membuat kerusakan.” (Surat Al-A’raaf ayat 73-74).

Pada ayat lain mereka disebut Ashabul-Hijri (penduduk kota Al-Hijr): Dan sesungguhnya penduduk (kota) Al-Hijr telah mendustakan para rasul, dan Kami telah mendatangkan kepada mereka (tanda-tanda) kekuasaan Kami, tetapi mereka selalu berpaling darinya. Dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung batu (yang didiami) dengan aman. (Surat Al-Hijr ayat 80-82).

Kaum Tsamud adalah kaum yang mengingkari ajaran Nabi Shalih, bahkan mereka menyembelih unta betina yang merupakan mu’jizat Nabi Shalih, lalu menantang kedatangan adzab buat mereka.

Tantangan itu dijawab Allah dengan menimpakan benca gempa atas mereka. “Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka.” (Surat Al-A’raaf ayat 78).

Pada ayat lain dikatakan, Allah juga mengirimkan bencana petir yang dahsyat: Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir adzab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Surat Fushilat ayat 17)

Demikian dahsyatnya bencana yang Allah timpakan itu sehingga tiada seorang pun kaum Tsamud yang tersisa. Mereka punah: Dan kaum Tsamud, maka tidak seorang pun yang ditinggalkan-Nya (hidup). (Surat An-Najm ayat 51). Sehingga, kata Allah dalam Al-Quran, seolah-olah kaum Tsamud tidak pernah ada di muka bumi ini: Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. (Surat Huud ayat 68)

Yang menakjubkan, meski petir yang Allah kirim itu memusnahkan seluruh kaum Tsamud namun bangunan hasil karya mereka tetap dibiarkan utuh oleh-Nya. Maksudnya tak lain agar menjadi bukti bagi kita, kaum yang hidup sesudahnya, tentang keberadaan suatu kaum ahli bangunan yang telah Allah binasakan karena kekafiran mereka. “Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka...” (Surat Al-Ankabut ayat 38)

Kalau kita telaah isi Al-Quran ternyata tidak cuma kaum Tsamud yang punah dari muka bumi ini. Ada sejumlah kaum lain yang juga telah Allah binasakan, sebagaimana Dia jelaskan pada Surat At-Taubah ayat 70: “Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, `Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan, dan (penduduk) negeri-negeri yang telah musnah? Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata; maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”

Bahkan di samping itu masih banyak lagi kaum atau bangsa yang telah Allah binasakan, meski tidak disebut namanya secara eskplisit dalam Al-Quran. “Dan (Kami binasakan) kaum ‘Ad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.” (Surat Al-Furqaan ayat 38)

Kaum Nabi Nuh

Kaum atau bangsa pertama yang dibinasakan secara massal oleh Allah adalah kaum Nabi Nuh. Allah memusnahkan mereka dengan mendatangkan banjir besar yang menenggelamkan mereka. “Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (Surat Al-A’raaf ayat 64).

Menurut Perjanjian Lama, kitab suci orang Yahudi dan Nasrani yang sudah tidak asli itu, banjir zaman Nabi Nuh itu melanda seluruh dunia: Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah menciptakan manusia di bumi, dan ini menyedihkan hati-Nya. Dan Tuhan berkata, “Aku akan membinasakah manusia yang telah Kuciptakan dari permukaan bumi, kedua jenis yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di udara, yang mereka telah mengecewakan-Ku yang telah menciptakan mereka. Akan tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan. (Kejadian, 6: 5-8).

Namun menurut penyelidikan para ahli, banjir yang terjadi saat itu tidak melanda seluruh dunia, melainkan hanya terjadi di daerah Mesopotamia (kini termasuk wilayah Iraq), khususnya di daerah lembah antara sungai Eufrat dan sungai Tigris. Namun karena lembah itu demikian luasnya sehingga ketika terjadi hujan super lebat berhari-hari, meluaplah kedua sungai itu lalu airnya menenggelamkan lembah di antara dua sungai tersebut. Demikian banyak airnya sehingga lembah itu berubah seperti laut lalu menenggelamkan seluruh ummat Nabi Nuh yang ingkar di lembah itu.

Pada tahun 1922 sampai 1934 Leonard Woolley dari The British Museum dan University of Pensylvania mempimpin sebuah penggalian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dengan Teluk Persia. Di tempat yang diperkirakan dulunya pernah berdiri sebuah kota bernama Ur, mereka melakukan penggalian.

Dari permukaan tanah hingga lima meter ke bawah terdapat sebuah lapisan tanah yang berisi berbagai benda yang terbuat dari perunggu dan perak. Ini benda-benda peninggalan bangsa Sumeria yang diperkirakan hidup sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi. Mereka bangsa yang telah dapat membuat benda dari logam.

Di bawah lapisan pertama itu mereka menemukan sebuah lapisan kedua berisi deposit pasir dan tanah liat setebal 2,5 meter. Pada lapisan itu masih terdapat sisa-sisa hewan laut berukuran kecil.

Yang mengejutkan, di bawah lapisan pasir dan tanah liat itu terdapat lapisan ketiga berisi benda-benda rumahtangga yang terbuat dari tembikar. Tembikar itu dibuat oleh tangan manusia. Tidak ditemukan benda logam satu pun di lapisan itu. Diperkirakan benda-benda peninggalan masyarakat Sumeria kuno yang hidup di Zaman Batu.

Diperkirakan oleh para ahli, lapisan kedua itu adalah endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh. Banjir itu telah menenggelamkan masyarakat Sumeria kuno —yang kemungkinan besar mereka adalah kaum Nabi Nuh— lalu lumpur yang terbawa banjir itu menimbun sisa perabadan masyarakat tersebut. Berabad-abad, atau puluhan abad kemudian setelah banjir berlalu, barulah hadir kembali masyarakat baru di atas lapisan kedua itu, yakni masyarakat Sumeria ‘baru’ yang peradabannya jauh lebih maju daripada masyarakat Zaman Batu yang tertimbun lumpur itu.

Penyelidikan arkeologis di beberapa tempat mendapatkan keterangan, banjir melanda daerah yang memang sangat luas, yakni membentang 600 km dari utara ke selatan dan 160 km dari barat ke timur. Banjir itu telah menenggelamkan sedikitnya empat kota masyarakat Sumeria kuno, yakni Ur, Erech, Shuruppak dan Kish.

Terbukti, banjir itu tidak melanda seluruh dunia, tetapi hanya melanda wilayah yang didiami ummat Nabi Nuh. Daerah lain yang bukan wilayah ummat Nabi Nuh tidak terlanda banjir. Hasil penyelidikan para arkeolog tersebut dengan firman Allah dalam Al-Quran, bahwa Ia hanya membinasakan masyarakat suatu negeri yang telah diutus seorang Rasul kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya. Negeri lain tidak. “ Dan tidaklah Rabbmu membinasakan kota-kota sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezhaliman. (Surat Al-Qashash ayat59)

Dalam Al-Quran diriwayatkan, Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk mengangkut masing-masing hewan sepasang (jantan dan betina) ke dalam bahteranya: Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: ”Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. (Surat Hud ayat 40).

Pertanyaan yang mungkin muncul, apakah seluruh hewan di muka bumi ini dinaikkan ke perahu Nabi Nuh? Para ahli kitab dari kalangan Kristen menafsirkan, seluruh hewan yang ada di muka bumi, masing-masing sepasang, dinaikkan ke perahu Nabi Nuh. Sebab, seperti dikatakan di awal, dalam kitab mereka dikatakan banjir terjadi secara global. Jadi yang harus diselamatkan pun harus seluruh spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.

Penafsiran seperti itu jelas membingungkan mereka sendiri. Pertama, pengikut Nabi Nuh sangat sedikit —karena kebanyakan mereka ingkar. Dengan tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat rendah serta personil mereka yang sangat sedikit, bagaimana caranya mereka mengumpulkan ribuan atau ratusan ribu spesies makhluk hidup yang ada di muka bumi ini?

Berarti harus ada pengikut Nabi Nuh yang dikirim ke berbagai penjuru dunia, lalu membawa pulang ribuan spesies yang mereka temui dengan bahtera yang sangat besar. Ada pengikut Nabi Nuh yang dengan sebuah bahtera besar dikirim kutub utara dan selatan untuk membawa sepasang beruang kutub, sepasang burung pelikan, sepasang anjing laut dan berbagai hewan kutub lainnya, lalu semua itu dibawa pulang negeri mereka.

Juga harus ada satu ekspedisi bahtera yang dikirim ke benua Amerika untuk membawa sepasang bison, sepasang harimau, sepasang beruang, sepasang ular anaconda, sepasang lintah, sepasang ikan piranha, sepasang sapi, sepasang cheetah, sepasan kambing, sepasang burung nasar, sepasang serigala, sepasang kutu anjing, serta sepasang ribuan spesies hewan lainnya dari benua itu.

Berapa tahun yang mereka butuhkan untuk dapat mengumpulkan semua hewan itu? Berapa banyak makanan hewan yang harus mereka siapkan? Bagaimana mereka bisa membedakan kutu jantan dan kutu betina? Ada berapa ribu kandang yang harus mereka siapkan di bahtera agar para hewan itu tidak saling memangsa?

Setelah sekian bahtera itu kembali pulang, ribuan atau ratusan ribu spesies hewan dari seluruh penjuru dunia itu dimasukkan ke dalam satu bahtera Nabi Nuh. Bagaimana ratusan ribu spesies dari berbagai penjuru dunia bisa bertahan hidup terpisah dengan habitat alamiahnya hingga banjir surut? Apakah sementara itu siklus rantai makanan berhenti berputar? Tidak mungkin!

Berbagai pertanyaan itu tidak akan dapat dijawab dengan logis oleh mereka yang mendukung tafsiran banjir global pada zaman Nabi Nuh.

Adapun Al-Quran tidak menyebut banjir masa Nabi Nuh melanda seluruh dunia. Sebagaimana dijelaskan pada berbagai ayat Al-Quran, adzab Allah hanya ditimpakan kepada kaum yang zhalim yang mendustakan ajaran nabinya, tidak kepada kaum lain. Jadi adzabnya pun hanya bersifat lokal atau regional.

Karenanya hewan yang diangkut Nabi Nuh pun tidak berasal dari seluruh dunia, melainkan hanya hewan yang terdapat di wilayah itu, khususnya hewan yang biasa dipelihara dan diternakkan manusia, seperti sapi, kambing, kuda, unggas, unta dan sejenisnya. Hewan-hewan itulah yang dibutuhkan Nabi Nuh dan pengikutnya untuk menyangga kehidupan baru mereka pasca banjir besar.


Harun Yahya


Read More..

(CurHat) Aku Dimangsa Mertua...

Adam dan Hawa memang manusia yang paling berbahagia di dunia. Sebab mereka tak pernah punya mertua.

SEBELUM menikah, aku acap mendengar betapa susah hidup bersama mertua. Itu salah, ini salah. Mertua dan menantu adalah dua pihak yang tak mungkin menyatu. Cerita semacam itu bahkan sudah jadi konsumsi umum. Sebab itulah, kakakku ketika menikah pun langsung segera memisahkan diri dari mertuanya. Adikku, yang juga menikah duluan dariku, memilih mengontrak rumah kecil hanya untuk dapat berpisah dari mertuanya.

Aku berencana tidak begitu. Sebab, calon mertuaku sangat baik. Sebelum menikah, aku sudah terbiasa bersama dia, berbelanja, masak, kadang berkebun bersama. Kekasihku memang keluarga yang cukup berada, tapi posisi itu tak membuat mertua menjaga jarak denganku. Apalagi Doni anak lelaki terakhir, mereka sayangi lebih dari kakak-kakaknya, aku pun kecipratan rasa sayang itu. Calon iparku acap menggoda dengan mengatakanku akan menjadi menantu tersayang. Aku hanya tersipu, malu.

Aku pun menikah. Dan memang tak ada cerita mertua galak. Tinggal bersama mertua, dan dua iparku di rumah besar mereka, semua berjalan lancar. Sebelum ke kantor, aku akan membantu mertua masak. Atau kalau tidak masak, kami akan membaca koran bersama sembari minum teh di teras, menyirami kebun, atau bahkan berbincang tentang kehamilanku yang belum datang. Mertua seperti orangtuaku saja, bebas berbicara, tak berjarak. Aku jadi percaya, kalau mertua dan menantu bukan dua kutub magnet yang selalu bertolak belakang.

Aku pun hamil, dan melahirkan. Anakku lelaki, tampan. Mertua kian sayang, tak pernah ada pertengkaran. Mertua lelaki yang amat sibuk di kantor, selalu masih menyempatkan "mengganggu" anakku setiap pagi. Dia memang acap memintaku berhenti kerja, tapi selalu kutampik. Memang mereka akan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga kami, seperti juga beberapa iparku yang tak bekerja, tapi aku merasa bekerja adalah harga diriku di depan mereka.

Setahun berlalu. Anakku mulai bisa berjalan, ketika kurasakan perubahan itu. Dari tabunganku, juga sisa gaji suami yang kutabung, kami berencana membeli rumah. Bukan apa-apa, tinggal bersama tiga keluarga lainnya, membuat hal-hal yang pribadi hilang di rumah ini. Meski punya kulkas sendiri, makanan di dalamnya jadi bisa disentuh siapa saja. Meski bisa masak sendiri, tapi nyaris selama dua tahun, selera kami menjadi selera bersama. Kadang, waktu yang ingin kami habiskan berdua di kamar harus hilang karena tak nyaman kalau tak tampak di ruang keluarga. Nah, hal-hal kecil tapi penting itu, membuat kami ingin punya rumah sendiri. Kami pun membicarakan ini dengan
mertua, tentu dengan alasan yang halus tak menyinggung mereka. Mertua lelaki setuju. Mertua perempuan diam saja.

Rencana itu berubah jadi "bencana".

Setelah itu, aku mulai mendapatkan sikap yang berbeda dari mertua. Mertua mulai nyinyir, "Kalau sendiri, apa Doni suka masakan kamu? Kamu kan tidak bisa masak? Oh pasti mau disuguhi masakan pembantu, ya?" ketus mertua.

Aku semula hanya tertawa. Agak aneh mendengar mertua memanggilku "kamu", padahal biasanya dia memanggil namaku langsung. Tapi itu belum seberapa. Mertua bahkan dengan sinis mulai menghina, "Kalau ngontrak atau beli, paling kamu hanya bisa dapat rumah tipe 45. Apa nyaman tinggal di rumah sekecil itu? Doni itu dari lahir sampai kawin, pasti tak pernah membayangkan akan tinggal di kandang bebek."

Aku menjelaskan, bahwa keinginan itu bukan datang dariku, tapi dari suami. Mertuaku, ibu Doni, tak percaya. Maka kuminta Doni bicara. Hasilnya ribut besar. Doni dikatakan tunduk di bawah kendaliku, mulai berani pada ibunya. Lucunya, sikap bermusuhan juga mulai ditunjukkan ipar-iparku. Anakku tak lagi mau mereka jaga kalau aku ke kantor. Mertua pun mulai menolak dan mengatakan dia bukan pembantu yang bisa dititipkan anak sesukaku. Aku mulai emosi. Anakku akhirnya dijaga pembantu. Keinginan pindah kupercepat.

Dua bulan sebelum pindah, karena rumah yang kami beli harus diubah dan direnovasi sendiri, adalah penderitaan terberatku. Mertua mulai memberikan tagihan listrik. "Dibayar berempat, jadi masing-masing dapat bagian seperempat," katanya. Padahal aku tahu ipar-iparku tak ditagih semacam itu. Aku mengalah dan membayar. Tapi apa jawaban mertua, "Ohh, kamu sudah mulai mampu ya membayar?"

Aku hanya mengelus dada. Akhirnya tagihan air juga mereka mintakan. Pembantu yang dipaksa meminta sampai gemeteran ketika menyampaikannya.

Aku seperti anak kos. Makan mulai aku beli dari luar, demikian juga minum. Mencuci aku pakai pembantu sendiri. Semua kujalani. Untunglah suami mendukungku terus. Dia tahu bahwa ibunya memang ingin selalu berada di belakang kami. Tapi iya juga tahu bahwa hidup mandiri akan lebih berarti bagi kami.

Ketika akan pindah, cobaan itu bertambah. Mertua mengatakan kepada suami dia ingin ikut. Ikut ke rumah kecil kami yang dia hina. Ikut ke rumah kecil kami yang dia katakan seperti kandang bebek. Dia memaksa, karena tak ingin pisah dari cucunya. Padahal, telah dua bulan cucunya itu tak dia sentuh. Dia berkata dapat mengajariku memasak, karena dia tahu aku tak mampu memasak. Suamiku jadi bingung. Rasanya tak sopan kalau menolak keinginan ibunya. Tapi aku bertahan mengatakan tidak. Aku bilang ingin mandiri. Aku berjanji, kalau tak mampu hidup sendiri, akan kembali ke keluarga itu. Tentu, itu basa-basiku saja. Tapi mertua mendesak. Aku pun panas. "Mama, aku tak akan sanggup menggaji Mama...." kataku.

Dia tersentak. Aku tambah lagi, "Lagipula, nanti Mama harus bayar listrik sendiri, juga air, dan makan. Rasanya pasti Mama tidak akan nyaman kalau beli makanan di luar, kemudian membayar pembantu untuk mencuci pakaian sendiri. Coba Mama bayangkan."

Kurasakan tubuh mertuaku oleng, limbung. Mungkin dia tidak bayangkan aku akan berkata begitu. Ipar-iparku sampai ternganga melihat keberanianku berbicara. Suamiku diam saja. Tapi mertua lelaki marah besar. Dia bertanya mengapa aku tega mengatakan hal semacam itu. Lalu aku ungkapkan semuanya, bahwa selama dua bulan ini, aku membayar pembantu untuk mencuci pakaian sendiri, membayar listrik sendiri, membeli makan di luar, membayar air, bahkan membayar baby sitter untuk anakku. Mertua lelakiku panik. Dia bertanya pada istrinya, menantu-menantunya, dan semua tak dapat membantah, bahwa hal itu memang terjadi padaku. Aku ingat, wajahnya amat pucat saat
mendengar kenyataan itu. Tapi mertua lelakiku memang lelaki hebat. Dia meminta maaf saat itu juga, kepadaku dan kepada Doni, dan dengan segera mengikhlaskanku pindah. "Papa nanti yang akan datang ke rumah kalian. Jangan kalian yang datang ke sini, karena di rumah ini saudara dan Mama kalian telah menjadi iblis semua," raungnya. Aku menangis ketika memeluknya dan berpamit. Papa memang tak pernah mengecewakanku.

Begitulah, telah setengah tahun ini aku hidup sendiri. Tentu ada pembantu di rumah kecil kami. Papa, seperti janjinya, setiap Sabtu-Minggu, datang ke rumah, bermain bersama cucunya. Tapi Mama dan ipar-iparku, jangankan datang, menelpon pun tidak. Tapi aku memilih diam saja, juga Doni. Papa juga memintaku tak usah memikirkan hal itu. Papa ingin yang salahlah yang meminta maaf lebih dulu, yang mulai berkomunikasi. Apalagi, sampai kini, tak pernah mertua perempuan meminta maaf atas apa yang mereka lakukan pada kami.

Sebentar lagi Lebaran. Aku pasti sungkem kepada mertua, entah apa pun tanggapan mereka. Sebagai anak, meski pedih mengingat perlakuan mereka, aku harus belajar mengalah, menerima. Apalagi kini semua telah jadi masa lalu.



Cerita ibu Citra./Ananto Pratikno


Read More..

Makhluk Dari Planet Mana Israel Ini?

Makhluk dari mana Israel ini, adigang adigung adiguna, boleh melakukan apa saja, pembunuhan massal, penggusuran besar-besaran, pemberangusan dan pemusnahan atas umat manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, kapan saja dia mau, tanpa sanksi yang memadai dari pihak manapun di muka bumi.

Nama kelompok kebangsaannya disebut paling banyak di Alquran, bahkan dipakai sebagai nama Surah. Beberapa identifikator sejarah penciptaan oleh Tuhan menyimpulkan yang disebut ??Dajjal??, perusak dunia kelas wahid, berasal dari suku Yahudi ini dan berambut keriting. Tapi orang tidak benar-benar berani mengutuknya karena mereka keturunan Nabi Besar yang amat kita takdzimi, yakni Ibrahim AS, entah dari beliau Ismail atau Ishaq. Dan kemah ajaran beliau, millah Ibrahim, adalah induk segala ajaran, teologi monotheisme, nama beliau kita sebut pada rakaat salat kita semulia kekasih Allah, Muhammad SAW junjungan kita semua.

Mayoritas aset moneter global dan segala jenis modal perekonomian, bank dunia dan institusi-institusi keuangan primer dunia dipegang oleh turunan beliau dan strategi pengelolaannya sampai ke Kongres Amerika Serikat berada di genggaman turunan yang lain dari beliau juga. Sejumlah futurolog ekonomi menganjurkan anak-anak kecil sekarang mulailah diajari berbahasa Arab karena akan menjadi bahasa utama dunia: pergilah cari kerja ke Negeri koalisi 16 Pangeran di Jazirah Arab. Bahasa Ibrani tak perlu dipelajari, karena para fungsionaris dari Israel mungkin lebih pandai berbahasa Arab dibanding Raja Saudi dan lebih mlipis berbahasa Indonesia dibanding orang Indonesia.

***

Anda tidak akan paham menemukan peta Indonesia Raya dijadikan center display di sebuah web Israel dan Amerika Serikat. Juga agak miris melihat tanda warna merah pada daerah tertentu dari Nusantara. Di Belanda, November 2008 saya ngobrol panjang dengan pemimpin Yahudi internasional Rabi Awraham Suttendorp yang sangat mengenal Indonesia lebih detail dari kebanyakan orang Indonesia sendiri, sebagaimana di kantor Perdana Menteri Israel Anda bisa dolan ke sana dan melirik ruangan khusus yang berisi segala macam data tentang Indonesia segala bidang yang di-update setiap pekan.

Israel juga punya situs berbahasa Indonesia. Kepada Rabi saya tanyakan kenapa disain tengah atas atau puncak mahkota keagamaan yang beliau pakai memimpin peribadatan di Synagoge sama dengan disain bagian atas rumah-rumah Pulau Jawa bagian utara. Kenapa ibukota Israel tidak Tel Aviv saja tapi Java Tel Aviv. Kenapa kantor-kantor Yahudi di berbagai negara pakai kata Java. Apa pula hubungan dua konsonan yang sama itu: J dan W. Jewish dan Jawa. Mana yang lebih tua: Jewish atau Jawa. Kalau Sampeyan keturunan Nabi Ibrahim, apakah nenek moyang kami manusia Nusantara yang seluruhnya berpuluh abad yang lalu disebut Jawa atau Jawi adalah ??keponakan??-nya Ibrahim ataukah lebih tua dari Ibrahim.

Dari dunia Jawa dimunculkan sedikit informasi bahwa beberapa waktu yang akan datang akan terjadi hasil ??taruhan?? antara Yahudi (Jewish) dengan Jawa (bukan Jawa non-Sunda non-Batak dalam pengertian 100 tahun terakhir): Kalau Yahudi yang memenangkan persaingan memimpin dunia, maka mereka akan ajak Jawa menjadi rekanan kerja. Kalau Jawa yang ??juara?? mereka akan berguru kepada Jawa.

***

Apa-apaan itu? Dari bidang ilmu dan teknologi diberitakan bahwa revolusi invensi atau penemuan-penemuan baru akan mengubah geo-ekonomi, geo-politik dan kebudayaan dunia dari Cina, Brazil, Jepang dan Indonesia.

Bangsa Indonesia memasuki 2009 sebagai ??orang lugu?? dan tidak perduli pada dirinya sendiri karena habis waktu dan enerjinya untuk urusan kotak suara. Padahal sejumlah makhluk Tuhan di luar manusia yang ditugasi menemani pertumbuhan peradaban ummat manusia sudah menyiapkan dibukanya sejumlah penemuan di bidang telekomunikasi, energi dan pertanian.

Sengaja saya tuturkan kepada sidang pembaca hal-hal yang ??tidak-tidak??. Nanti kita akan sampai ke yang lebih ??tidak-tidak?? lagi: Lemorian, banjir Nuh, Parikesit, terciptanya pulau-pulau Kalimantan, Sumatra, Sulawesi dst. Dan akan saya sambung pada tulisan berikutnya pekan depan.

Tapi kita jangan bilang tidak masuk akal dulu sebelum kita bisa menjawab seberapa masuk akal kelakuan Israel sekarang ini: Dengan lancar dan mulus-mulus saja menghajar Palestina di depan rumah saudara-saudaranya sendiri sesama bangsa Arab, di depan hidung PBB.

Berdasarkan sejumlah ??khayalan?? saya di atas, ucapkan: ??Ayo, Israel! Kalau berani jangan hanya berantem sama anak kemarin sore. Datang ke Indonesia, sini kamu, carok kita!??.

Emha Ainun Nadjib,

Riau Pos, 09 Januari 2009



Read More..

Inilah Tujuh Ciri Kedatangan Nabi Isa

Nabi Isa AS -- yang oleh orang Nasrani disebut Yesus -- menjadi bahan kontroversi antara Islam, Nasrani, dan Yahudi. Orang Yahudi mempercayai bahwa mereka telah membunuh Isa, dan orang-orang Nasrani meyakini bahwa Isa telah disalib dan dikubur.

Namun, kaum Muslimin meyakini dengan jelas dan tegas bahwa Nabi Isa tidak disalib atau dibunuh, melainkan 'diangkat' oleh Allah SWT. Nabi Isa akan kembali ke dunia, di suatu masa, di akhir zaman.

''Ada 33 hadis shahih yang menegaskan bahwa Nabi Isa akan kembali turun ke bumi. Bahkan, ada yang mengatakan sampai 90 hadis,'' tutur Dr Muslih A Karim, dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada sebuah kesempatan.

Dia lalu menyebutkan, ada tujuh ciri kedatangan kembali Nabi Isa:


•Pertama, Nabi Isa akan turun di Menara Putih, yakni Masjid Bani Umayyah di Damaskus Timur.

•Kedua, Isa akan membunuh Dajjal (gembong penjahat yang mengaku sebagai penyelamat) di Dataran Tinggi Golan (Syria).

•Ketiga, Isa akan bertemu Ya'juz dan Ma'juz, dan semua tokoh jahat dan pengikutnya itu akan tewas.

•Keempat, Isa akan mendakwahkan agama Tauhid seperti yang dibawa oleh Nabi Muhammad maupun nabi-nabi lain sebelumnya.

•Kelima, Isa akan melakukan haji dan umrah.

•Keenam, Isa datang, dunia penuh keberkahan. Misalnya, sebutir buah delima bisa membuat 40 orang kenyang.

•Ketujuh, setelah Isa datang, selama tujuh tahun kondisi dunia sangat aman.

''Intinya, Nabi Isa sekarang ini belum meninggal. Dia akan turun lagi di akhir zaman untuk menegakkan Islam,'' ungkap Muslih.




Read More..