Friday, January 1, 2010

Gus Durku, Bung Karnoku, Selamat Jalan…


Ini kehilangan tak terperi. Tapi diam-diam aku merasakannya seperti formalitas saja. Ketuk palu atas sesuatu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kehilangan yang sesungguhnya telah terjadi dua belas tahun yang lalu, ketika suatu hari kamar mandi kantor PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), di Kramat Raya Jakarta, tak kunjung terbuka. Kamar mandi itu terkunci dari dalam dan Gus Dur ada didalamnya. Orang-orang menggedor-gedor pintu, tak ada sahutan. Ketika akhirnya pintu itu dijebol, orang mendapati Gus Dur tergeletak bersimbah darah muntahannya sendiri. Itulah strokenya yang pertama dan paling dahsyat, yang sungguh-sungguh merenggut kedigdayaan fisiknya.
Sebelum malapetaka itu, Gus Dur adalah sosok “pendekar” yang nyaris tak terkalahkan. Pada waktu itu, tak ada yang tak sepakat bahwa beliau adalah salah satu tumpuan harapan untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Tapi ketika akhirnya memperoleh kesempatan menakhodai bangsa ini, keruntuhan fisik telah membelenggu beliau sedemikian rupa sehingga gelombang pertempuran yang terlampau berat pun menggerusnya. Aku tak pernah berhenti percaya bahwa seandainya yang menjadi presiden waktu itu adalah Gus Dur sebelum sakit, pastilah hari ini Indonesia sudah punya wajah yang berbeda, wajah yang lebih cerah dan lebih bersinar harapannya.
Aku telah menjadi pengagum berat Gus Dur dan mendaulat diriku sendiri sebagai murid beliau sejak aku masih remaja. Tapi memang Gus Dur telampau besar untukku, sehingga aku tak pernah mampu menangkap secuil pemahaman yang berarti dari ilmunya, kecuali senantiasa terlongong-longong takjub oleh gagasan-gagasan dan tindakan-tindakannya.
Ketika datang kesempatan bagiku untuk benar-benar mendekat secara fisik dengan tokoh idolaku, yaitu saat aku ditunjuk sebagai salah seorang juru bicara presiden, saat itulah pengalaman-pengalaman besar kualami. Bukan karena aku melompat dari santri kendil menjadi pejabat negara. Bukan sorot kamera para wartawan, bukan pula ta’dhim pegawai-pegawai negeri. Tapi inspirasi-inspirasi yang berebutan menjubeli kepala dan dadaku dari penglihatanku atas langkah-langkah presidenku.

Sungguh, langkah-langkah Presiden Gus Dur waktu itu mengingatkanku kembali pada kitab DBR (Dibawah Bendera Revolusi) yang kukhatamkan sewaktu kelas satu SMP dulu. Mengingatkanku pada “Nawaksara”, mengingatkanku pada “Revolusi belum selesai!”
Orang-orang mengecam kegemarannya berkeliling dunia, mengunjungi negara-negara yang dalam pandangan umum dianggap kurang relevan dengan kepentingan Indonesia. Namun aku justru melihat daftar negara-negara yang beliau kunjungi itu identik dengan daftar undangan Konferensi Asia-Afrika. Brasil mengekspor sekian ratus ribu ton kedelai ke Amerika setiap tahunnya, sedangkan kita mengimpor lebih separuh jumlah itu, dari Amerika pula. Maka presidenku datang ke Rio De Janeiro ingin membeli langsung kedelai dari sumbernya tanpa makelar Amerika. Venezuela mengipor seratus persen belanja rempah-rempahnya dari Rotterdam, sedangkan kita mengekspor seratus –persen rempah-rempah kita kesana. Maka presidenku menawari Hugo Chavez membeli rempah-rempah langsung dari kita. Gus Dur mengusulkan kepada Sultan Hasanal Bolkiah untuk membangun Islamic Financial Center di Brunaei Darussalam, lalu melobi negara-negara Timur Tengah untuk mengalihkan duit mereka dari bank-bank di Singapura kesana…
Barangkali pikiranku melompat serampangan. Tapi sungguh yang terbetik dibenakku waktu itu adalah bahwa Gus Dur, presidenku, sedang menmpuh jalan menuju cakrawala yang dicita-citakan pendahulunya, Pemimpin Besarku, Bung Karno. Yaitu mengejar kemerdekaan yang bukan hanya label, tapi kemerdekaan hakiki bagi manusia-manusia Indonesia. Yaitu bahwa masalah-masalah bangsa ini hanya bisa dituntaskan apabila berbagai ketidakadilan dalam tata dunia yang mapan pun dapat diatasi. Yaitu bahwa dalam perjuangan semesta itu harus tergalang kerjasama diantara bangsa-bangsa tertindas menghadapi bangsa-bangsa penindas.
Hanya saja, Gus Dur mengikhtiarkan perjuangan itu dengan caranya sendiri. Bukan dengan agitasi politik, bukan dengan machtsforming, tapi dengan langkah-langkah taktis yang substansial, cara-cara yang selama karir politiknya sendiri memang menjadi andalannya. Yang bagi banyak orang terlihat sebagai kontroversi, bagiku adalah cara cerdik beliau menyiasati pertarungan melawan kekuatan-kekuatan besar, baik didalam negeri maupun diluar negeri, yang terlampau berat untuk ditabrak secara langsung dan terang-terangan. Gus Dur terhadap Bung Karno, bagiku layaknya Deng Xiao Ping terhadap Mao Tse Tung.
Tapi pahlawanku bertempur ditengah sakit, seperti Panglima Besar Soedirman di hutan-hutan gerilyanya. Maka nasib Diponegoro pun dicicipinya pula…
Banyak orang belakangan bertanya-tanya, mengapa orang tua yang sakit-sakitan itu tak mau berhenti saja, beristirahat menghemat umurnya, ketimbang ngotot seolah terus-menerus mencari-cari posisi ditengah silang-sengkarut dunia yang kian semrawut saja. Saksikanlah, wahai bangsaku, inilah orang yang terlalu mencintaimu, sehingga tak tahan walau sedetik pun meninggalkanmu. Inilah orang yang begitu yakin dan determined akan cita-citanya, sehingga rasa sakit macam apa pun tak akan bisa menghentikannya. Selama napas masih hilir-mudik di paru-parunya, selama detak masih berdenyut di jantungnya, selama hayat masih dikandung badannya.
Kini Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menyelimutkan kasih sayang paripurnanya untuk hambaNya yang mulia itu. Memperbolehkannya beristirahat dari dunia tempat ia mengais bekal akhiratnya. Semoga sesudah ini segera tercurah pula kasih sayang Allah untuk bangsa yang amat dicintainya ini, agar dapat beristirahat dari silang-sengkarut nestapa rakyatnya. Gus Durku, Bung Karnoku… Selamat jalan….
Oleh: Yahya C. Staquf


Read More..

Angin Yang Berhembus


Malam turun hujan rintik-rintik, angin yang berhembus sejuk menyapa anak-anak Amalia yang sedang belajar. Raut wajahnya penuh kegembiraan, matanya berbinar-binar mendengarkan saya bercerita tentang Nabi Musa. Ketika Nabi Musa dan para pengikutnya berlari meninggalkan Mesir, Raja Fir'aun dan pasukannya mengejar dengan persenjataan yang lengkap. Raja Fir'aun dan pasukannya mengejar nabi Musa dan pengikutnya.

'Lantas apa yang terjadi Kak?' tanya Adit.

Nah Adit, setelah Nabi Musa ditepi Laut Merah, jelas saya pada anak-anak Amalia. Tampak dari kejauhan pasukan Fir'aun semakin mendekat. Melihat hal itu pengikut Nabi Musa ketakutan. Mereka menghadapi situasi tidak mudah dan berbahaya. Mereka tidak mampu menghadapi Raja Fir'aun dan pasukannya karena kaumnya Nabi Musa terdiri dari laki-laki tidak bersenjata, perempuan dan anak-anak.

'Wah seru nih,' kata Irji. Lola menyuruh diam Irji dengan menaruh telunjuk jarinya dibibir. 'Kaumnya Nabi Musa tentunya kalah ya kalo menghadapi pasukannya Nabi Musa?' tanya Irji. 'Ya kalah dong..' kata Lola. Begitulah anak-anak Amalia tengah asyik didalam imajinasinya sendiri dengan saling berdiskusi.


Kemudian Alloh SWT mewahyukan kepada Nabi Musa agar memukul tongkatnya ke tanah. Tiba-tiba laut terbelah menjadi dua bagian sehingga dibagian tengahnya dapat dilewati. Nabi Musa dan pengikutnya segera melewati lautan. Fir'aun dan pasukannya ikut menyusul menyeberangi lautan yang terbelah, namun ditengah menyeberangi lautan Alloh SWT mengalirkan kembali air lautnya sehingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam.

Diakhir cerita saya menjelaskan kepada anak-anak Amalia bahwa kita harus yakin bahwa Alloh SWT akan selalu menjaga dan memelihara hamba-hambaNya yang beriman seperti kita, anak-anak Amalia karena Alloh SWT tidak akan membiarkan hamba-hambaNya yang beriman menghadapi kesulitan maupun kesukaran. Salah satu sifat Alloh SWT adalah Al-Wakil, Al-Wakil artinya Maha Pemelihara semua makhlukNya sehingga tidak ada satupun makhluk yang terlepas dari urusanNya.

--
Demikian itu adalah Alloh, Tuhan kamu, Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. dan Dia adalah Maha Pemelihara segala sesuatu (QS: Al-Anam:102).

Wassalam,
agussyafii
Read More..

Diam Tidak Selalu Emas



Jika kita berbicara dan menyebabkan kerugian sebesar sebongkah emas, maka diam adalah emas.

Diam yang bernilai emas adalah diam yang diletakkan pada saat yang tepat.

Tetapi jika kita seharusnya berbicara yang bernilai emas, yang mencegah terjadinya kerugian besar, maka diam adalah pengingkaran tugas, yang merugikan.

Diam yang seperti itu adalah penelantaran tanggung-jawab.

Mario Teguh Golden Ways, 8 Nov 2009 Read More..

Jadilah Ahli Dalam Melakukan Hal-hal Yang Penting


Cara terbaik untuk menjadi rata-rata adalah menggunakan cara-cara umum.

Orang memiliki kecenderungan untuk melakukan yang sudah lazim dilakukan oleh orang lain, dan menghindari resiko dari melakukan yang belum pernah dibuktikan keamanan dan jaminan keberhasilannya oleh orang lain.

Tetapi, dengannya kita menjadikan diri kita melakukan yang juga dilakukan oleh banyak orang, dan yang menaruh kita kedalam kelas yang sama dengan orang-orang yang diperlakukan seperti orang kebanyakan.

Jika kita memilih melakukan yang biasa dilakukan oleh orang lain, maka kita sebenarnya mengijinkan orang lain untuk merata-ratakan perlakuan mereka kepada kita.

Padahal, janji bagi kekuatan dan kebesaran hidup kita berada dalam pekerjaan-pekerjaan penting, yang hampir semuanya adalah pekerjaan yang membutuhkan kualitas dan kesungguhan pribadi yang tidak biasa.

Sebuah pekerjaan disebut penting, karena peran dan dampaknya penting bagi perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan orang banyak.

Maka, keterlibatan Anda dalam pekerjaan yang penting bagi kebaikan kehidupan orang lain, akan menjadikan Anda pribadi yang penting.


Tetapi, mungkin karena kita memiliki kecenderungan untuk menghindari hal-hal yang masa penantiannya panjang, yang belum jelas hasilnya, dan yang membutuhkan disiplin pribadi yang baik; kita lebih ramah kepada pekerjaan-pekerjaan kecil, tugas-tugas mudah, dan menyukai kebebasan yang menjauhkan diri dari keteraturan.

Jika tidak berhati-hati, kita akan menjadi ahli dalam melakukan yang tidak jelas hubungannya dengan kualitas hidup yang ingin kita capai.

Karena, bukankah telah banyak orang yang ingin berhasil, tetapi yang dilakukannya tidak menunjukkan bahwa dia akan berhasil?

Maka marilah kita memperhatikan hal-hal yang penting bagi keberhasilan hidup kita, dan melakukan yang penting-penting itu dengan keterampilan yang lebih baik dari yang biasanya dilakukan oleh orang lain di lingkungan kita.

Maka, jadilah pribadi Indonesia yang ahli dalam melakukan yang penting.

...........


Sahabat-sahabat saya yang terkasih,

MINTALAH PUNDAK YANG LEBIH KUAT, BUKAN BEBAN YANG LEBIH RINGAN.

Karena impian-impian hati kita terlalu besar untuk dicapai dengan menggunakan kemampuan kita hari ini, maka marilah kita mendahulukan berdoa agar Tuhan menguatkan kita untuk mengupayakan pencapaian-pencapaiannya.

Berhati-hatilah dengan permintaan untuk dimudahkannya urusan kita, karena itu bisa berarti kita lebih mementingkan mendapatkan apa yang kita minta, daripada mengupayakan diri untuk menjadi pribadi yang lebih kuat.

Kita bukanlah pribadi yang hanya meminta beban yang ringan.

Kita meminta beban dan tanggung-jawab yang besar bagi kebaikan kehidupan banyak orang, dan untuk itu – doa bagi kekuatan yang lebih besar – menjadi lebih sesuai bagi kita.

Jika kita meminta kepada Tuhan untuk dimudahkan urusan kita, pastikanlah itu karena kita sedang mengurus banyak hal yang besar dan penting bagi kebaikan kehidupan banyak orang.

Maka,

Mintalah pundak yang lebih kuat, bukan beban yang lebih ringan.



Read More..

Saya + Tuhan = Cukup


Janganlah hanya menginginkan yang lebih, karena kelebihan yang tidak dikelola dengan baik, akan menjadi pengurang.

Perhatikanlah, bukankah ada banyak keluarga yang berkurang kebahagiaannya dan rusak keutuhannya, karena tidak menjadi lebih berkasih sayang dengan peningkatan status ekonominya?

Bukankah kita telah sering kehilangan sahabat, yang berubah menjadi jauh dan congkak karena naik pangkat atau menjadi sedikit lebih kaya?

Ini yang ingin saya tanyakan kepada Anda;

Ada seseorang yang sangat disayangi Tuhan,
yang berlaku baik, yang meminta hanya kepada Tuhan,
tetapi
memiliki kecenderungan untuk berlaku boros dan semena-mena kepada orang lain jika dia lebih ‘punya uang’,
apakah Tuhan akan memberinya rezeki yang besar,
yang akan menjadikannya pribadi yang tidak membahagiakan orang lain?

Apakah jawaban Anda?

Mudah-mudahan Tuhan menghilangkan potensi kesombongan dan ke-semena-mena-an yang ada padanya, agar dia menjadi pantas untuk menerima rezeki besar.

Lalu, apakah saya juga boleh bertanya sedikit kepada Anda,
sebuah pertanyaan kecil saja ya?

Apakah ada sedikit potensi dalam diri Anda,
yang jika lebih luas dalam rezeki,
Anda akan menjadi pribadi yang tidak sebaik sekarang?


Tuhan Maha Mengetahui,
maka Tuhan akan memudahkan rezeki bagi Anda dan keluarga tercinta, karena Beliau mengetahui bahwa Anda akan tetap menjadi pribadi yang anggun dan penuh kasih, saat Tuhan memuliakan Anda dengan pendapatan yang besar, pangkat yang tinggi, dan pengaruh yang luas.

Maka, marilah kita menyiapkan diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, saat Tuhan menurunkan jawaban bagi semua harapan, permintaan, dan doa-doa kita.

………..

Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya,

Setelah kita berbicara dengan logika di atas, apakah masih mungkin bagi kita untuk menyediakan sedikit tempat bagi harapan kepada apa pun yang selain Tuhan Yang Maha Pengasih?

Yang ini, ingin sekali rasa hati ini bahwa Anda meyakininya dengan mutlak,
bahwa harapan dan permintaan apa pun yang disampaikan kepada yang bukan Tuhan,
tidak bisa disebut doa.

Doa adalah permintaan dengan nilai jawab yang tertinggi.

Karena,
doa disampaikan kepada Tuhan,
dan Tuhan adalah Yang Maha Kaya, Yang Maha Pengasih, dan Yang Maha Mendengarkan permintaan.

Dalam gagu pikiran dan bahasa, ketaatan kepada Tuhan mungkin bersuara dengan urutan seperti ini:

Kita diperintahkan berdoa.
Saat kita berdoa, Tuhan mendengar.
Tuhan tidak akan mengabaikan apa yang didengar-Nya.
Tuhan akan selalu memberi yang kita minta.
Tuhan Maha Adil.
Tuhan harus mendahulukan yang lebih pantas untuk didahulukan jawaban bagi permintaannya.
Yang lebih pantas karena keadaannya dan karena perbuatan baiknya, akan didahulukan.
Yang belum didahulukan, akan diberitahu melalui hatinya, melalui orang lain, dan melalui keadaan dan kejadian – agar dia memperbaiki kepantasan untuk didahulukan.
Yang sudah diberitahu tetapi lambat memperbaiki diri – akan dibantu mempercepat perbaikan diri dengan cara-cara yang kehebatan dari kekhususan-nya hanya berada dalam kewenangan kecerdasan Tuhan.

Maka, apakah masih mampu bagi kita untuk meragukan bahwa setiap jiwa dari kita SELALU berada dalam perhatian penuh kasih dari Tuhan yang sangat mengasihi kita.

Jika kita tidak memerlukan pengingatan yang lebih keras dari yang lembut, maka kita hanya akan diingatkan dengan kelembutan.

Jika ada orang yang hanya mau mengerti hanya setelah dikasari, maka dia tidak boleh heran jika hidup ini seolah berlaku kasar hanya kepadanya.

Yang menyedihkan bagi kita yang hatinya baik,
adalah
mereka yang biasa berbicara dan berlaku kasar kepada orang lain,
biasanya tidak menyadari bahwa cara mereka itulah yang menjadikan semua orang dan keadaan, seolah hanya bisa diperbaiki dengan kemarahan dan kekasaran.

Semua orang yang berhati baik seperti Anda,
telah lama mengetahui bahwa tidak ada meja dan kursi yang berkualitas - yang bisa dihasilkan dengan alat yang tumpul dan cara kerja yang juga kasar.

Semua orang yang berhati baik seperti Anda,
telah lama mengetahui bahwa kehidupan yang baik hanya bisa dibangun dengan hati yang penuh kasih dan cara-cara yang penuh hormat.

………..

Sahabat-sahabat saya yang hatinya dalam dan luas bagi kebaikan,

Sebuah pesan kecil untuk kita semua, adalah

Kita disebut patuh kepada Tuhan,
jika setelah penerimaan kita atas keberadaan Tuhan dan kekuasaan-Nya dalam kehidupan ini,
kita menyegerakan diri untuk berlaku baik kepada diri sendiri, keluarga, dan kepada sesama.

Cukuplah Tuhan menjadi penolong kita.

Apa pun yang kita inginkan untuk menjadikan diri kita hadiah bagi kebaikan kehidupan sesama,
cukupkanlah Tuhan sebagai tempat meminta bagi modal yang kita butuhkan,
meminta ilmu bagi keahlian yang kita perlukan,
dan meminta pemeliharaan bagi kelancaran yang kita harapkan.

Marilah kita mendaya-gunakan formula yang mengundang campur tangan Tuhan bagi kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecemerlangan hidup kita.

Saya + Tuhan = Cukup

...........

Tidak ada rasa yang lebih damai daripada itu,

tidak ada kegembiraan yang lebih indah,

tidak ada keberanian yang lebih utuh,

tidak ada upaya yang lebih menjanjikan,

tidak ada perjalanan yang lebih aman,

tidak ada kebersamaan yang lebih harmonis,

dan

tidak ada kehidupan yang lebih mulia
daripada yang bisa dibangun dengan formula itu.

Saya + Tuhan = Cukup

Apa lagi kah yang lebih mencukupkan kita selain Tuhan?
Read More..

Kembali pada Pengertian Baik


Artikel ini dimuat di Republika bulan April 2009 yang lalu dalam bentuk wawancara di tengah-tengah kesibukan pengambilan gambar Mario Teguh Golden Ways di Metro TV.

Bentuk program motivasi bertajuk The Golden Ways ini sebenarnya seperti apa?
Kalau diperhatikan, semua program saya itu sharing. Itu kisah perjalanan. Itu semua pengalaman spiritual saya. Kalau saya katakan, ''Gunakan sebaik-baiknya sikap dalam seburuk-buruknya keadaan.'' Itu pelajaran saya sendiri. Kalau saya masuk dalam suatu keadaan buruk lalu saya bersikap buruk, tambah jelek.

Semua itu tidak mungkin saya pelajari kalau saya cuman jadi satu orang. Saya ini dua orang minimal. Yang satu mengalami, yang satu mengamati. Yang ketiga, merencanakan dan mengajarkan.

Bagaimana Anda bisa membagi diri untuk peran seperti itu?
Dari muda saya sudah melatih diri. Jika saya mengalami sesuatu, ada Mario yang satu lagi yang tertawa melihat kesedihan saya dan ada satu lagi yang mengatakan kalau ini diajarkan, kamu memulainya dari sudut ini. Saya harus jadi bukti nasihat saya.

Dalam perjalanannya, apakah Anda menemukan kesulitan?
Dalam masa awal saya tampil di publik itu, saya diprotes terus oleh orang-orang yang mengklaim ingin memiliki saya. Kalau sudah Islam, ya tampillah. Tetapi, dengan cara saya yang berbeda, saya harus bersabar. Dan, kesabaran yang dibutuhkan hanya bisa datang dari Tuhan.

Saya percaya yang saya lakukan ini sebaik-baiknya yang harus saya jalani. Jika pemuka agama yang menggunakan ayat Tuhan itu hidupnya lebih mudah, karena sebut saja Alquran surat Al-Furqon ayat berapa saja, tidak ada yang bantah.

Nah, dalam memotivasi, saya menggunakan bahasa Indonesia dan dibantah, dipertanyakan, atau dieyel kata orang jawa. Ayat-ayat Alquran itu seharusnya bisa disampaikan dalam bahasa apa pun. Seperti, ada batasan bahasa yang saya terpaksa harus langgar saat memberi motivasi dengan berlandaskan ajaran Islam.

Menurut saya, bahasa yang biasa digunakan tidak praktis maka saya langgar saja. Bukan saja karena saya suka melanggar, tapi itu kekhususan saya. Jika tidak dilakukan, ada cara-cara saya yang akan hilang saat memotivasi.


Pilihan kata itu penting ya?
Begini, ya. Orang tidak mungkin bertindak di luar pengertiannya. Jadi, orang yang menguasai kata, menguasai pengertian, dia menguasai tindakan. Dan, kalau dia menguasai pengertian orang banyak, berarti dia menguasai tindakan orang banyak.

Tuhan itu mengajar dengan kalam. Kalam itu juga kalimat lho. Lalu, mengapa kita tidak membuat diri kita ahli dalam penggunaan kata itu. Kalam memiliki arti kalimullah (kata-kata Tuhan), itu juga dengan kata. Jadi, ketika Tuhan ingin memberikan pesan pada seseorang, paling praktis itu lewat orang.

Bukan hanya di layar kaca atau di depan publik, secara pribadi dia sangat ramah dan familier. Malah, belum sempat ditanya, Mario Teguh sudah melontarkan sebuah pertanyaan pembuka bagi kami. ''Coba Anda tebak saya, apakah saya Cina?''
Kami sempat menyetujui anggapan itu lalu ia menjawab, ''Banyak orang yang mengatakan seperti itu.''

Awalnya, bagaimana Anda bisa menjadi motivator?
Sebenarnya, dulu pingin jadi guru. Saya sempat menjadi guru karena memang pendidikan saya IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) Malang, Jawa Timur. Dan, saat duduk di bangku SMA, saya mendapat beasiswa ke Chicago.

Sebagai seorang anak pensiunan kapten yang sederhana, saya agak miskin. Saya ini sempat protes kepada Tuhan. Why me? Mengapa kok saya yang dimiskinkan atau dikurangkan.

Nah, protes itu membuat saya sensitif pada orang yang lebih dari saya. Untungnya ayah saya mendidik saya untuk menghormati yang lebih kuat atau lebih mampu atau lebih pandai.

Jadi, dalam protes itu, saat melihat orang yang lebih dari saya, saya melihat mengapa mereka bisa sampai ke sana. Bukan memprotes ketidakadilan terhadap saya atau memprotes kemudahan hidup mereka.

Dan, saya melihat cara naik itu dari orang-orang di sekitar saya yang lebih kuat. Dari hal itu, saya seperti merasa terpanggil untuk memberikan pengertian yang sama pada orang lain bahwa saya mengerti caranya. Saya ingin menyampaikannya pada orang lain. Sebuah kesenangan membuat orang mengerti cara yang sama dengan saya.

Anda memotivasi orang. Apa yang Anda ucapkan itu sangat berkorelasi dengan yang Anda lakukan?
Tidak ada orang yang mengaku beriman kalau dirinya tidak diuji dan itu bagian dari iman. Seperti, kita mulai ingin bersabar, ketemu saja orang yang ingin buat kita marah.

Bayangkan, itu baru satu orang saja berjanji, diuji. Saya ini menasihatkan ke puluhan juta orang mengenai kesabaran. Jauh lebih berat. Itu tidak saya tunjukkan kemarahan-kemarahan saya, kecilnya hati, merasa dikhianati, merasa menyayangi kok ditipu balik, kok orang mengambil keuntungan itu setiap hari.

Satu lagi, berkata itu tidak ada sesuatu terjadi yang tujuannya tidak untuk kemuliaan kita. Jadi, saya melihat diri saya yang marah itu sebagai bukti saya tidak boleh menggampangkan. Saya menemukan nasihat itu tidak mudah, saya harus menemukan cara supaya nasihatnya masuk akal kalau disampaikan ke orang lain.

Nilai keagamaan itu penting untuk memotivasi diri?
Sebetulnya tidak ada kehidupan yang tanpa agama. Aslinya, pengertian hidup itu agama.
Saya dulu protes kalau hidup kita itu untuk Tuhan. Lalu, untuk aku apa? Kebebasanku di mana? Harus begini untuk menyenangkan Tuhan, lalu untuk menyenangkan saya mana?

Itu menjadi pertanyaan saya yang panjang sebagai Mario muda sampai saya mengerti bahwa kesenangan itu justru karena kita mengabdikan diri pada kebaikan. Jadi, saya belajar memisahkan dulu istilah hidup untuk Tuhan. Itu saya tunda dulu. Karena banyak orang tidak mengerti, jadi itu saya angsur, dicicil. Nanti, kalau kamu sudah mengerti sekali, baru hidupmu untuk Tuhan.

Bagaimana mengajak orang dalam kebaikan?
Orang mudah mengerti ketika diajak bahwa hidup itu untuk kebaikan. Yang hidup untuk kebaikan, dapat kebaikan sebagai hadiah pertama. Di dalam keluarga Mario Teguh Super Club (MTSC), itu ada banyak peraturan, hukum, rules. Hadiah pertama bagi orang yang melakukan kebaikan adalah kebaikan (salah satu rules penting di MTSC).

Saya mempengaruhkan sikap itu kepada semua orang yang kenal saya bahwa kalau kita melakukan kebaikan, kita diuji, diganggu. Kebaikan yang kita lakukan itu sebagai hadiah. Jadi, orang melakukan kebaikan tidak melihat bahwa itu hadiah. Yang dilihat adalah aku dapat apa.

Banyak orang yang disebut khilaf tidak melihat apa yang di depan matanya karena tidak melihat yang dilakukannya itu adalah hadiah. Bagi dirinya, orang bisa jadi baik itu sudah hebat sekali lho.
Salah satu rules lainnya yang saya ajarakan pada adik-adik saya, atau yang lebih muda, bahwa memang kita harus lebih dulu melakukan kebaikan dan melihat itu sebagai hadiah. Saya nasihatkan ke adik-adik saya bahwa jika yang kamu pikirkan kebaikan, yang kamu rasakan kebaikan, yang kamu katakan kebaikan, yang kamu lakukan kebaikan, maka kebaikan itu yang mencari jalan.

Tidak ada orang yang tidak bisa dimotivasi?
Semua bukannya bisa berubah, tapi semua orang membutuhkan perubahan. Sesulitnya orang, sejelek-jelek sifatnya, dia akan membutuhkan perubahan, karena dia tidak mungkin hidup di kualitas baru dengan pribadi yang lama. Jadi, dia mau menolak seperti apa. Semua orang sebenarnya sedang menunggu.

Salah satu doa saya kalau ada yang berkata jelek kepada saya, ''Tuhan, jadikan saya jalan dia menemukan jawaban pertanyaan atas kehidupannya, supaya ia belajar menghormati orang yang berniat baik kepadanya.''

Tuhan masih baik pada saya. Orang yang dahulu bicara aniaya kepada saya, sekarang baik pada saya.
Rules lainnya dalam MTSC: cara terbaik menghancurkan musuh adalah menjadikannya sahabat.
Ibunya asal Bugis, ayah Jawa-Cina dengan kakek tulen berdarah Cina. ''Hampir sudah habis Cina yang mengalir pada (darah) saya,'' kata Mario Teguh yang wajahnya selalu ceria.

Dia beranggapan, bukan karena penampilan fisik yang membuatnya dikira Cina. ''Tapi, saya menggunakan bahasa yang tidak lazim digunakan,'' ujarnya.

Kepuasan Anda menjadi motivator?
Dulu saat saya unknown (tidak dikenal), saya pingin diketahui. Dalam perjalanan, saya melihat bukan itu yang dicari. Nama baik itu hadiah. Cara agar hidup kita lama adalah dengan kebaikan. Karena, kebaikan itu akan tersisa dan diwarisi bahkan bukan oleh anak-anak kita saja.

Salah satu tanda Tuhan menghadiahkan nama baik, ada walau sudah meninggal. Nama baik hanya mungkin diberikan pada orang baik. Hanya bisa disebut orang baik kalau melakukan yang baik. Saya tidak lagi berpikir tentang nama ketenaran. Jadi, saya fokus pada apa yang saya lakukan baik.

Kalau dikenal itu pemberitahuan dari Tuhan bahwa wilayah pelayanan saya lebih luas. Tidak ada yang saya pikirkan kecuali perluasan pelayanan. Dan, kata ''pelayanan'' itu banyak yang

Read More..