Saturday, August 1, 2009

Ketika Mahasiswa Islam Jauh dari Tuntunan Agama


Satu hal paling urgen yang seringkali dilalaikan oleh banyak manusia adalah tentang hakikat dirinya sebagai seorang hamba Allah Swt.. Manusia acap kali mengabaikan atau bahkan sengaja melupakannya. Dan dari akar masalah inilah timbul berbagai tindakan dosa, maksiat, kejahatan, dan kerusakan dalam kehidupan. Manusia seperti ini hidup dalam kebebasan berbuat dan bereskpresi serta melakukan apapun yang dikehendaki hatinya. Hidup tanpa ada aturan yang jelas. Orang-orang yang seperti demikian telah hilang fungsi akal dan hatinya. Akalnya tidak lagi bisa membedakan antara yang baik dan buruk. Dan hatinya tidak lagi bisa membedakan antara yang benar dan salah.

Allah Swt. telah mengatur kehidupan manusia dalam al-Qur`an dan sunnah Rasulullah Saw.. Manusia yang menyadari dirinya sebagai seorang hamba akan selalu mengikuti petunjuk yang diturunkan Allah Swt. dan diajarkan Rasul Saw.. Hidupnya akan penuh dengan kebaikan dan nilai-nilai manfaat. Manusia seperti demikian adalah orang-orang yang Allah gambarkan sebagai ûlul albâb, orang-orang yang berakal. Sehingga nampak jelaslah adanya perbedaan yang mencolok antara orang-orang yang menjalankan fungsi akal dan hatinya. Dan adanya perbedaan antara orang-orang yang hatinya hidup dengan orang-orang yang hatinya sakit atau telah mati.


Kita sebagai pelajar dan mahasiswa Islam tentu harus lebih cerdas dalam hal ini. Kita telah belajar Al-Qur`an, Hadits, Aqidah, Fiqh dan beraneka ragam ilmu agama lainnya. Dari berbagai pembelajaran tersebut banyak hal yang telah kita pahami dan ketahui. Kita sudah mengenal Allah Swt., sunnah Rasul Saw., aturan-aturan syar`i, dan batas-batas dalam berbuat serta berekspresi. Ada koridor yang harus dijaga dan tidak boleh dilanggar. Kita bukan seperti orang-orang kafir yang boleh berbuat seenak hati, bukan seperti orang-orang awam yang masih dangkal dan jauh pemahaman agamanya. Tapi kita adalah muslim dan penuntut ilmu syar`i.

Sebagai seorang pelajar kita tidak hanya dituntut pintar, menguasai berbagai macam pengetahuan, tapi kita juga dituntut untuk soleh secara pribadi, akhlak, sikap, dan dalam hubungan dengan orang lain. Kesalehan yang mencakup seluruh aspek. Ini yang tidak dipahami dan disadari oleh sebagian pelajar islam. Sehingga kita banyak melihat pelajar islam sering kali melakukan tindakan-tindakan yang tidak layak bagi seseorang yang bergelar pelajar islam.

Contoh yang sering kita lihat adalah pacaran. Pacaran sudah menjadi budaya yang sulit rasanya untuk dihilangkan. Jalan bareng, nelpon tanpa batas waktu dan kata, chating yang berkepanjangan dan sebagainya telah begitu mengakar dalam diri sebagian pelajar islam. Interaksi yang terlalu dekat dengan lawan jenis ketika dalam kegiatan-kegiatan, acara rihlah, bahkan dalam forum-forum keilmuwan dan dakwah juga sering terjadi. Kerusakan moral telah meluas dan semakin parah.

Sebagian muda-mudi ada yang sentimen atau berpandangan negatif pada mahasiswa dan mahasiswi yang menikah ketika masih kuliah. Akan tetapi, apakah mereka tidak risih melihat mahasiswa/i yang pacaran, yang belakangan ini sudah menjadi pemandangan biasa. Seperti , jalan berduaan, makan di restoran berduaan, sehingga kita sangat sulit membedakan mana yang telah menikah dan mana yang belum, karena prilaku mereka seperti orang yang sudah menikah.

Dari segi pakaian, masih banyak kita temukan kaum muslimah yang pakaiannya ketat, transparan atau mengundang perhatian, sedangkan ia belajar di institut pendidikan Islam. Atau mahasiswa yang penampilannya tidak mengesankan dirinya seorang pelajar islam.

Hal lainnya adalah, tidak terjaganya mata, mata yang sering jelalatan dan melihat sesuatu yang akan mengotori hati, pikiran, dan membangkitkan hasrat nafsu birahi. Atau menghabiskan waktu dan hari-hari dengan hiburan-hiburan cengeng, yang membuat seseorang lemah mental dan iman. Hiburan yang tidak membangun jiwa, tidak menambah ilmu dan manfaat, hiburan yang tidak mendekatkan seseorang pada kebaikan dan pada Allah Swt.. Dan banyak hal lainnya yang kalau kita sorot lebih jauh dan mendalam, yang terjadi di lingkungan dan dalam kehidupan seorang manusia muslim dan mahasiswa/i islam.

Setiap orang memang boleh berekspresi, tapi harus diingat ada batasan yang mesti ia perhatikan dan jaga. Bukannya bisa berbuat seenak hati. Kita harus menyadari bahwa diri kita adalah seorang hamba Allah Swt.. Setiap saat Allah Swt. senantiasa melihat, mendengar dan mengetahui kata-kata, perbuatan dan isi hati kita. Kalau hal ini betul-betul kita pahami dengan baik, tentu berbagai kerusakan akhlak, moral, amal, ilmu dan seterusnya tidak akan terjadi dalam kehidupan kita.

Ketika band dijadikan sebagai hiburan oleh para penuntut ilmu agama, timbul pertanyaan, kenapa harus musik band? Apa tidak ada lagi hiburan lain yang lebih manfaat dan lebih pantas diadakan oleh kita selaku penuntut ilmu agama? Kenapa kita seolah-olah meninggalkan al-Qur`an sebagai penghibur hati? Walaupun ada beberapa alasan mereka yang membenarkan musik band, diantaranya adalah ungkapan, "Kan yang penting lirik lagunya islami," akan tetapi dari alasan ini muncul sebuah pertanyaan, apakah mereka yang mendengarkannya merenungi atau menikmati kata-kata yang ada dalam lagu tersebut, atau mereka terhibur adalah semata-mata karena alat musik yang dimainkan? Menurut penulis, masih banyak alternatif lain yang lebih pantas bagi kita sebagai penuntut ilmu syar`i.

Tulisan ini tidaklah bermaksud untuk menyudutkan beberapa pihak, tapi penulis ingin menghimbau pada kita semua untuk sama-sama mengenali hakekat diri kita sebagai seorang manusia, seorang hamba Allah Swt. dan seorang pelajar islam. Sehingga dengan adanya kesadaran yang penuh dalam diri kita akan hal ini, bisa menghantarkan kita semua untuk menjadi pribadi muslim yang soleh dan solehah sebagaimana yang diinginkan Allah Swt.. Kita hidup di dunia hanya sebentar, dan waktu sebentar itu tidaklah tepat kiranya kita gunakan untuk hal-hal yang tidak berguna apalagi untuk hal-hal yang akan mencelakakan kita di akhirat kelak.

Memang setiap kita punya persepsi masing-masing dan setiap individu berhak menentukan sikap dan pilihan terhadap dirinya. Namun alangkah bijaknya kita yang lemah dan tidak tahu ini berkaca pada petunjuk Allah Swt. dan Rasul Saw. dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih. Sehingga nampak jelaslah bagi kita kebenaran dan kemungkaran itu, jelaslah bagi kita jalan mana yang harus kita tempuh dan jalan mana yang harus kita tinggalkan.

Terakhir, semoga pembaca bijak dalam memahami tulisan ini , mengambil sisi positif dan manfaatnya. Dan bila terdapat kesalahan dalam penempatan atau penggunaan kata, terlebih dahulu penulis menyampaikan permintaan ma`af dan mengharapkan perbaikan dari pembaca sehingga diantara kita terbina saling mengingatkan pada kebaikan.

Salam ukhuwah dari Mesir,
oleh M. Arif As-Salman
Read More..

Setahun Tanpa Penghasilan


Ini adalah kisah nyata dari pengalaman pribadi saya, dengan harapan agar kisah saya dapat dijadikan motivator bagi rekan-rekan yang mengalami nasib serupa saya.

Saya adalah karyawan bank yang mempunyai penghasilan yang bisa dibilang lumayan. Kredit pun bertebaran karena mudahnya persetujuan aplikasi. Dan hal itu juga yang menyebabkan hutang saya menggunung karena begitu mudahnya kredit saya terima. dari kartu kredit yang nilainya jutaan sampai KTA yang nilainya puluhan juta. Yang akhirnya, penghasilan yang saya terima tiap bulan menjadi minus karena pemotongan cicilan tiap bulannya.

Sebelumnya, saya pun bukanlah orang yang religi. shalat jarang saya laksanakan, apalagi puasa. saat shalat jumat saya malah nongkrong di tempat lain dan sering meremehkan orang yang melaksanakan shalat. saya malah sempat berujar " hei, ngapain sih shalat? emang kalo beres shalat ada yang ngasih duit??"


Tetapi saat saya ditimpa bencana finansial karena tagihan saya, bukannya sadar, saya malah marah ama Allah. Di saat anak saya membutuhkan susu dan pampers, uang sekolah, dan saya tidak bisa memenuhinya, saya malah marah ama Allah. " Ya Allah , tega bener kamu menelantarkan keluarga saya!!"

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, istri saya berjualan tas sedangkan saya berjualan telur asin. Hasilnya jelas jauh dari cukup sampai suatu hari saya menonton acara Yusuf Mansur yang mengatakan bahwa hutang adalah salah satu belitan dari ular berkepala sembilan yang diakibatkan kita sering meninggalkan shalat.

Di saat itu , saya seperti diberi hidayah dan langsung mendisiplinkan shalat saya, termasuk shalat dhuha. Diri saya pun seperti haus ilmu dan selalu mencari tambahan ilmu baik dari majelis taklim maupun dari acara di TV.

Awalnya memang tidak terjadi sesuatu, tapi saya ingat ucapan Yusuf Mansur, kalau kita udah kelamaan tidak melaksanakan shalat, maka ada proses untuk penghapusan dosa dulu untuk menghilangkan pembatas antara kita dengan Allah, barulah Insya Allah keinginan kita terpenuhi.

Selama hampir satu tahun, kondisi keuangan saya tidak berubah. Kebutuhan sehari-hari pun disupply oleh istri saya yang pada akhirnya malah menggunakan uang modal yang mengakibatkan tidak dapat berjualan lagi.

Tetapi Alhamdulillah, saya tetap yakin akan pertolongan dari Allah. Dan justru setelah saya mulai berhenti main hitung-hitungan dengan Allah, maksudnya saya ngitung kalo saya shalat kudu dapet rejeki, justru disanalah rejeki mulai bertebaran. meskipun saya masih belum mendapatkan penghasilan dari kantor saya, tapi rejeki berdatangan dari sana sini.

Sering sekali saya berangkat dari rumah tanpa membawa uang sepeser pun dan Alhamdulillah saat pulang saya dapat membawa uang untuk kebutuhan hidup. hutang pun meski belum terbayar, tapi saya merasa sangat diringankan dengan berkurangnya telepon dari debt collector, dll.

Yang sempat bikin saya terenyuh, pernah ketika ada rapat di kantor dan saat maghrib saya melaksanakan shalat di mushola. Saat selesai shalat, tiba-tiba di belakang ada rekan saya yang langsung menyerahkan amplop, uang rapat katanya. Langsung saya teringat akan ucapan dulu yang meremehkan rekan yang shalat dan saya pun langsung tersungkur memohon ampun dari Allah SWT.

Inti dari cerita ini adalah, semakin kita menggantungkan hidup kita hanya kepada Allah SWT, semakin kita akan merasakan bantuan dari Allah SWT. percayalah
oleh Andri Budi Wibowo
Read More..